Disclaimer : I don't own Naruto.

The Prince Behind the Mask


"Aku datang kemari untuk menjadikanmu milikku."

Perkataan itu sangat mantab dan jelas diucapkan oleh seorang pemuda tampan, berkulit putih bersih, berambut hitam kebiruan, dengan bentuk tubuh yang tegap dan gagah. Aura-nya tegas, penuh kepastian dan kepercayaan diri yang tinggi. Mata hitam kelamnya yang tajam menatap lurus seseorang yang berdiri di depannya. "Dan apapun yang kuinginkan pasti akan aku dapatkankan." Sambungnya, menyiratkan kalau kata penolakan tidak ada di dalam kamus-nya.

Uchiha Sasuke selalu mendapatkan yang dia inginkan, dan itu merupakan hukum alam di Negara ini. Ia adalah seorang Raja di Negara Konoha, kerajaan terbesar dari lima Negara. Dan hari ini, ia spesial datang seorang diri -tanpa pengawal seorangpun- untuk menemui seorang gadis cantik bersurai pirang yang telah berhasil memikat perhatiannya.

Gadis anggun nan cantik bersurai pirang yang sejak tadi berdiri angkuh di depan Sasuke -seolah tak mengidahkan eksistensi Sasuke sebagai Raja di Negeri ini. Ia mengangkat dagunya lebih tinggi, memberi kesan seolah derajatnya lebih tinggi dari pada sang Raja. "Begitukah caramu meminangku, Tuan?" Tanyanya dengan tatapan mata yang tenang, namun bersorot tajam. Bahkan ada sinar melecehkan di sana.

Sasuke tidak langsung menjawab. Perempuan ini benar-benar menarik, Pikirnya. Mengingat betapa banyaknya perempuan yang telah jatuh cinta dan tergila-gila kepada Sasuke. Tidak seorang gadis pun yang pernah menolaknya. Baru gadis ini yang tidak tertarik akan ketampanannya. Perbedaan besar itu justru membuat Sasuke semakin penasaran untuk menaklukan betina jalang yang ada di hadapannya ini. Seringai angkuh tercipta di bibir tipisnya. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan agar kau mau menjadi wanitaku?" Tanyanya sombong, berprilaku seperti Tuhan yang dapat mengabulkan apapun.

Alis perempuan cantik bersurai pirang itu terangkat. Sedetik kemudian, ia tersenyum tipis sambil mengibaskan helaian rambut pirangnya ke belakang, anggun. "Pulanglah-" Suruhnya sambil membalikkan badan, sudah tidak berminat akan pembicaraan ini. "-tidak ada wanita yang bisa kau beli dengan uangmu di sini." Katanya tenang dengan nada suara yang tegas. Dilangkahkannya kakinya untuk meninggalkan Sasuke.

"Kau harus tau, Naruto."

Perkataan Sasuke membuat langkah gadis anggun bersurai pirang yang bernama lengkap Uzumaki Naruto terhenti, ia berbalik -menunggu lanjutan dari perkataan Sasuke.

"Aku adalah kaisar di Negara ini." Sasuke berkata dengan wajah angkuh yang menyiratkan kesombongan bak dewa, memberitahu posisinya sebagai orang nomor satu yang berdiri di puncak dunia. Raja dari kerajaan yang menganut sistem monarki absolut. Orang yang bisa mengatur, memelihara, mengubah, atau menghancurkan apapun yang dia inginkan. "Titahku tidak ada batasnya." Ujarnya, memberitahu kalau ia bisa memerintah sesuka hatinya tanpa harus terikat undang-undang apapun, sehingga ia bisa berbuat apapun kepada Naruto atau orang-orang yang dekat dengan Naruto -bermaksud mengancam.

Mendengar hal itu, Naruto langsung terkekeh geli. Benar-benar rendahan orang ini, pikirnya menghina. Menggunakan statusnya untuk memuaskan ambisi dan nafsunya tanpa memikirkan rakyatnya, egois. Orang seperti itu tidak pantas menjadi pemimpin Negara, pantasnya membusuk di Neraka untuk disiksa bersama iblis dan setan. Manik indah blue sapphire Naruto mengarah ke mata elang sang Kaisar Konoha, tanpa gentar ia menatap lurus mata itu. "Kau janganlah terlalu berbesar kepala karena menjadi seorang Raja." Ujarnya menasehati tanpa rasa takut sedikitpun. "Asal kau tahu saja-" Ia mengambil nafas sebentar lalu melirik Sasuke sinis. "-aku tidak pernah mengakuimu sebagai Kaisar Konoha." Ucapnya terang-terangan menolak eksistensi Sasuke. Kembali dilangkakannya kakinya untuk meninggalkan Sasuke, tanpa menengok sekalipun ke belakang.

Sasuke hanya diam memandang punggug Naruto yang semakin menjauh. Mendengar perkataan dari Naruto, bukannya marah, ia malah menyeringai puas karena mengetahui gadis yang kali ini menjadi targetnya benar-benar nekat dan terkesan tak takut mati. Aku semakin ingin mendapatkanmu, batinnya, berambisi untuk membuat Naruto sembah sujud dan menjadi budak Sasuke seumur hidup.

"Lihat saja, kau pasti akan menjadi milikku, Naruto."


Di sebuah ruangan yang sangat besar, mewah, elegant dengan berbagai perabotan berkelas dan mahal lainnya yang menghiasi kamar tersebut. Seorang pemuda tampan berkulit putih terbangun dari tidurnya di atas kasur king size-nya. Ia meregangkan tubuhnya yang agak sedikit kaku karena kelelahan. Onix hitamnya yang indah melirik datar seorang perempuan yang tertidur di sampingnya. Seorang perempuan bugil yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Kondisinya pun tidak berbeda dengan perempuan itu, dia juga bugil dan hanya tertutupi selembar selimut yang menutupi pinggang sampai ke kakinya.

Ia menyadarkan punggungnya ke kepala kasur, terbayang diingatannya tentang seorang gadis cantik bersurai pirang, Uzumaki Naruto. Gadis yang sudah menolaknya secara mentah. Ia menyeringai tipis jika mengingat gadis yang satu itu. Perempuan yang satu itu sungguh berbeda, benar-benar membuat Sasuke penasaran dan ingin sesegera mungkin untuk mendapatkannya. Meskipun Sasuke sudah meniduri puluhan perempuan yang berbeda tapi rasanya kurang puas kalau ia belum menyentuh tubuh Naruto.

"Di sini kau rupanya, Sasuke."

Perkataan tiba-tiba tersebut membuat lelaki tampan -Sasuke- menoleh ke samping.

Gadis berambut pendek dengan warna pink lembut berdiri tepat di sampingnya.

"Sakura." Tegur Sasuke dingin, tak berminat dengan kehadiran gadis cantik bermata emerlard itu.

Sakura memperhatikan gadis yang masih tertidur nyaman di samping Sasuke. Ada perasaan kesal dan marah yang sangat menumpuk di hatinya. "Gadis itu adalah maid yang aku tugaskan untuk membersihkan kamar ini." Tunjuknya kepada wanita bugil yang tidur di samping Sasuke. "Kau tidur denganya?" Tanya Sakura sinis dengan nada yang dalam kepada Sasuke.

Sasuke memandang Sakura datar. "Yah, seperti yang kau lihat." Jawabnya tenang. Ia mulai turun dari kasur empuknya, berjalan dengan santainya melewati Sakura -meskipun tidak memakai sehelai pakainpun- menuju sebuah meja yang di atasnya terdapat berbagai jenis minuman untuk diminum olehnya.

"Dia itu pembantu, Sasuke!" Sakura berucap agak nyaring, merasa kesal dengan tingkah Sasuke yang tidak mau berubah. "Apa aku dan kelima selirmu yang lain masih belum cukup?" Tanyanya geram.

Mendengar perkataan yang terlontar dari Sakura, membuat Sasuke yang sedang minum ingin tersedak dan tertawa. Sakura dan lima selir yang lain masih belum cukup? Pertanyaan konyol! Tentu saja jawabannya 'Iya'. Sasuke itu perlu barang yang bagus dan baru, jika tidak baru lagi maka Sasuke akan merasa bosan memakainya. Begitu juga dengan perempuan.

"Kau berhentilah mengganggu urusanku, Sakura." Tegur Sasuke, merasa kalau Sakura selalu ikut campur mengenai hal apa saja yang ingin dilakukan olehnya.

Alis Sakura bertaut, merasa tak sependapat dengan pola pikir suaminya. "Aku adalah permaisurimu, Sasuke." Ucap Sakura mengingatkan akan statusnya. "Aku lebih istimewa dibandingkan selir-selirmu itu." Ujarnya lagi. "Aku adalah Ratu yang bersanding tepat di sampingmu. Jadi aku berhak mengajukan opiniku padamu."

Sasuke berdecak sebal mendengarnya. Inilah hal yang tidak disukainya dari Sakura. Perempuan pink yang satu ini memang sok pintar, jadi sifanya menjengkelkan. Seandainya saja Sakura tidaklah cantik, maka dari dulu Sasuke pasti sudah akan membuangnya. Sayangnya perempuan yang satu ini masih terlalu bening untuk dibuang, tunggu beberapa tahun saja lagi, ketika kecantikan Sakura sudah mulai berkurang, ia akan menyingkirkan perempuan ini dan menggantinya dengan yang lain, begitu juga dengan kelima selirnya yang lain.

Jahat? Itulah Sasuke.

Sasuke melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tidak ingin berdebat dengan permaisurinya yang cerewet itu. Ia ingin mandi, berendam air panas untuk merileks'kan tubuhnya.

Sakura memandang kepergian Sasuke hingga hilang memasuki kamar mandi. Mata emerlard-nya kembali beralih memandang perempuan maid yang ada di atas kasur Sasuke. Dan ternyata maid itu sudah bangun, nampaknya terbangun karena mendengar suara tinggi Sakura tadi.

Wajah perempuan maid itu pucat pasi begitu melihat Sakura, rasa takut berkecamuk di hatinya karena kepergok menjadi selingkuhan Sasuke. "Ya-Yang Mulia Ratu..." Lirihnya terbata. "I-ini... I-ni tidak..." Ia berusah menjelaskan untuk membela alibinya, tapi apa? Ia bingung karena tertangkap basah oleh istri pertama sang Kaisar.

"Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa., aku sudah mengetahui segalanya." Potong Sakura tegas, mata emerlard-nya menyorot dingin dengan aura yang menakutkan.

Perempuan maid itu menggigil takut melihatnya. Keringat dingin meluncur di pelipisnya, wajahnya pun semakin pucat saja. "A-Ampuni saya, Ratu..." Katanya meminta maaf dengan air mata yang sudah mulai meluncur di matanya.

Melihat hal itu Sakura tersenyum manis, terlalu manis malah. Ia melangkahkan kakinya pelan ke arah perempuan maid tersebut. "Kau tidak perlu meminta maaf karena aku pasti akan memaafkanmu..." Ucapnya halus seolah Sakura sudah benar-benar memaafkannya. "Hanya saja, sebelum memaafkanmu..." Aura Sakura tiba-tiba berubah dingin dengan semakin menakutkan. Ia mengeluarkan sebilah belati yang sejak tadi disimpannya di balik bajunya. Mata maid itu membelalak sempurna melihat belati yang sudah siap menusuknya di tangan Sakura.

"Ya-Yang Mulia.., tolong... Ampuni saya..." Lirihnya sambil meringsut mundur, berusaha menjauhi Sakura yang semakin begitu menakutkan. "To... AAARRGHK...!" Perkataan Maid itu terpotong dengan jeritannya sendiri.

Sakura telah menusuknya tepat di dadanya, menusuk-nusuknya berulang kali dengan keras -tanpa ampum. Hingga maid ini meninggal seketika dengan darah yang meluncur segar dari rongga dadanya yang berlubang.

Sakura menjauhi perempuan yang sudah berubah menjadi mayat itu. Ia menatap mayat itu dingin tanpa ekspresi apapun. "Aku akan memaafkanmu, hanya saja kau harus mati terlebih dahulu." Sakura melanjutkan perkataannya yang sempat menggantung tadi.

Ia melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar yang sudah berbau amis karena darah itu.

"Kau selalu melakukan hal yang tidak berguna."

Tegur seseorang kepada Sakura begitu keluar dari kamar Sasuke.

Sakura menoleh, mendapati pemuda imut berambut pink kemerahan dan bermata coklat.

Sakura tidak menghiraukan pemuda itu, ia sedang tidak mood untuk berbicara dengan siapapun, termasuk kakaknya sendiri : Sasori.

Sakura melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Sasori, akan tetapi Sasori tetap ngotot untuk membuntuti sang adik. "Menurutku tidak ada gunanya kau membunuh pelayan yang tidak ada harganya itu. Karena Sasuke juga tidak peduli dengannya." Sasori mulai berkemuka untuk memberitahu segala hal yang diketahuinya demi kepentingan sang adik.

Sakura menghentikan langkahnya, ia berbalik memandang kakak yang sedikit mirip dengannya ini. "Lalu kau memintaku membunuh siapa, kelima selirnya itu?" Tanya Sakura sinis.

Sasori tersenyum. "Menurutku itu juga percuma." Jawabnya santai. Ia memandang mata emerlard adiknya dengan sorot mata yang memancarkan keseriusan. "Apa kau tau kemana perginya Sasuke tadi siang?" Tanyanya mulai memancing sang adik.

Alis Sakura terangkat. "Pertanyaan bodoh." Dengusnya meremehkan. "Tentu saja dia bersama dengan maid itu." Jawabnya ketus.

"Kau salah." Sergah Sasori cepat. "Asal kau tahu saja, ia pergi ke kota seorang diri untuk melamar seorang perempuan."

Mata Sakura langsung terbelalak lebar begitu mendengarnya. "Apa kau bilang?" Tanya tak percaya. Hal seperti itu pasti amatlah sangat mustahil. Mana mungkin Sasuke mau melakukan hal seperti itu. "Jangan mengatakan hal konyol seperti itu!" Sungut Sakura kesal pada sang kakak yang suka menyebarkan gosip tak benar.

Sasori masih tersenyum simpul dengan santainya. "Apa kau tidak pernah dengar ada seorang gadis yang sangat cantik di kota Konoha?"

Alis Sakura berkerut mendengar pertanyaan dari kakaknya.

Sasori melanjutkan perkataannya. "Kabarnya, ia adalah gadis tercantik di seluruh pelosok Negeri Hi. Lebih cantik dari semua perempuan yang pernah ditiduri Sasuke, termasuk dirimu." Sasori nampak memanas-manasi sang adik, membuat alis Sakura semakin menaut dengan raut muka yang mengeras.

"Namanya adalah Uzumaki Naruto, dan menurut analisaku, ia bisa menggesermu sebagai permaisuri Sasuke."

Mendengar hal itu, Sakura menjadi murka. Apa benar semua informasi yang diberikan Sasori adalah kebenaran? Jika iya, maka ini tidak boleh dibiarkan. Tidak ada yang boleh menggeser kedudukannya sebagai Ratu Konoha, permaisuri dari Uchiha Sasuke.

Siapa sebenarnya Uzumaki Naruto? Sakura membatin penasaran ingin melihat rupa Naruto.

Siapa pun dia, Sakura sudah berinisiatif untuk menghancurkan perempuan itu. Ia tidak akan membiarkan Sasuke berpaling darinya, sudah cukup pengorbanannya dengan membiarkan Sasuke memiliki lima selir, ia tidak akan rela jika Sasuke mau menambah istri lagi, apa lagi jika perempuan yang ingin dinikahi Sasuke lebih cantik dari dirinya. "Akan aku bunuh, pelacur itu!" Geramnya emosi.


'Tok, Tok, Tok."

Suara ketukan pelan pada pintu membuat sang pemilik ruangan yaitu Naruto melirik ke arah pintu yang tertutup rapat. "Masuk." Suruhnya, menyilahkan orang tersebut untuk memasuki kamarnya.

Pintu kamar terbuka, menampilakan seorang pria berambut silver dengan gaya rambut tak biasa yaitu miring kesamping, serta memakai masker hitam untuk menutupi mulut dan sebelah matanya. Lelaki misterius berpakaian serba hitam itu memasuki kamar Naruto.

Dia adalah Hatake Kakashi, salah satu orang kepercayaan Naruto.

Kakashi menutup pintu yang ada di belakangnya.

"Ada apa?" Tanpa basa basi, Naruto yang sedang duduk di meja riasnya bertanya pada Kakashi.

"Aku dengar si bocah Uchiha itu datang untuk menemuimu." Kakashi pun menjawab cepat.

Naruto melirik Kakashi. "Dari mana kau tahu hal itu?" Tanyanya heran, karena merasa pertemuannya dengan Sasuke tadi siang adalah pertemuan klandestin atau rahasia -empat mata- tidak ada hawa orang lain yang mengintip ataupun menguping. Tapi ternyata, kabar bertemunya Naruto dengan Sasuke masih sampai juga ke telinga Kakashi.

Kakashi tersenyum di balik maskernya. "Kau tahu, aku punya banyak mata-mata yang bisa diandalkan." Ujarnya santai dengan bangganya.

Naruto agak sedikit kesal mendengarnya, karena mengetahui ternyata Kakashi menyuruh bawahannya untuk mengawasi Naruto.

"Apa yang diinginkannya darimu?" Tanya Kakashi, ada nada penasaran yang terselip di suaranya.

Naruto menghela napas bosan. Mata birunya menatap bayangan cantik dirinya yang ada di cermin di hadapannya. "Sama sekali tidak penting." Ujarnya malas, sambil mengambil kapas dan pembersih wajah untuk menghapus riasan wajahnya. "Ia hanya datang untuk menjadikanku selirnya." Tambahnya enteng di sela-sela aktifitasnya.

"Hahaha..." Kakashi langsung tertawa mendengarnya. "Yare... Yare..." Keluhnya sambil memegangi perut.

Naruto mendelik tak suka melihat kelakuan Kakashi. "Apa menurutmu itu lucu?" Tanyanya dengan nada tajam nan mengintimidasi. Kakashi langsung salah tingkah karenanya, ia menggaruk rambut silvernya. "Yah.., ini adalah lelaki kesepuluh yang melamarmu di bulan ini." Ujarnya, mulai mengajukan opininya yang menurutnya terasa lucu. "Aku hanya tidak menyangka kalau sang kaisar pun akan secara langsung memintamu menikah dengannya." Tambahnya lagi, mata sayunya menatap Naruto yang kembali berkutat untuk membersihkan riasan make-up di wajahnya. "Apa tidak sebaiknya kau terima tawarannya untuk menikah dengannya?"

Refleks, Naruto menoleh begitu mendengar pendapat Kakashi yang terkesan konyol. Dalam diam, mata birunya menatap Kakashi tajam -menuntut penjelasan untuk makna dari ucapan Kakashi.

"Bukankah dengan begitu kau bisa dengan mudah keluar masuk istana?" Kakashi menyambung sugestinya.

Naruto tersenyum kecut. Kembali untuk kesekian kalinya, mata birunya beralih memandang pantulan dirinya yang ada di cermin. Wajahnya sudah bersih, tanpa bedak, tanpa lipstick, tanpa alat make-up apapun, menampilkan wajah aslinya yang masih tetap cantik dan manis. Ia menghela nafas melihatnya, bukan maksud menyombong, hanya saja ia merasa kesal dengan Tuhan yang menjadikannya orang yang keterlaluan cantiknya sehingga banyak lelaki yang jatuh cinta padanya.

"Aku tidak mungkin menikah dengan orang yang tidak aku sukai." Ujarnya pada akhirnya, setelah sekian detik berdiam diri. Ia melepaskan segala macam penjepit rambut yang ada di kepalanya.

"Lagipula aku adalah seorang straight."

Sambil mengucapkan hal itu, perlahan Naruto menarik pelan rambut pirang panjangnya yang ternyata adalah sebuah wig. Ia mengacak rambut aslinya yang pendek dan juga berwarna pirang keemasan. Naruto berdiri dari duduknya, ia melepaskan pakaian yang sejak tadi dikenakannya. Menampilkan tubuh indah, mulus dan eksotis seorang lelaki. "Aku bukanlah gay." Dengan gaya cool-nya Naruto berkata demikian.

Kakashi hanya diam, tidak berkomentar apapun, ia membalikkan badan untuk berlaku sopan agar Naruto lebih leluasa mengganti bajunya -meskipun mereka berdua adalah sesama lelaki.

Naruto mengayunkan langkahnya menuju lemari besar pakaian yang terdapat di sudut ruangan. Ia Membuka lemari itu, mengambil sepasang baju dan celana berwarna hitam, lalu memakainya. "Lagipula tanpa harus menjadi istrinya pun aku masih bisa keluar masuk istana." Sambung Naruto, masih belum selesai akan perkataannya. Ia memanandang penampilannya saat ini di depan cermin besar yang ada di lemari pakaiannya, Naruto terlihat keren dengan baju hitam yang terkesan misterius itu. Manik biru cerahnya melirik Kakashi yang masih berdiri santai membelakanginya. "Apa kau sudah siap untuk aksi malam ini?" Tanyanya serius kepada Kakashi.

Kakashi menoleh, ia tersenyum sambil mengangguk hormat. "Tentu, semuanya sudah disiapkan, Yang Mulia." Jawabnya sopan, sikapnya berubah menjadi bawahan yang setia dan loyal kepada majikannya. "Pasukan Anbu pun tinggal menunggu perintah Anda." Sambung Kakashi.

Uzumaki Naruto adalah ketua dari pasukan Anbu, sebuah organisasi gelap yang melakukan pemberontakkan untuk menjatuhkan Uchiha Sasuke.

Kakashi mengambil sebuah topeng bergambar seperti rubah berwarna kuning kemerahan di atas meja rias Naruto. Ia berjalan mendekati Naruto, lalu menyerahkan topeng tersebut kepada sang ketua.

Naruto menyambut topeng itu, dipandanginya topeng bergambar rubah yang ada di tanganya. Sebuah topeng yang menutupi identitasnya sebagai Uzumaki Naruto. Dengan menggunakan topeng ini, ia akan menjadi Kyuubi, ketua Anbu, seorang boronan atau penjahat terbesar di Konoha karena mengincar kepala sang Kaisar Uchiha. Seringai sinis tercipta di bibirnya. Ini ironis sekali, pikirnya begitu mengingat tawaran Sasuke untuk menikah dengannya. Mungkin Kakashi benar, cerita seperti ini benar-benar lucu, pantas ditertawakan. Seandainya Sasuke tahu siapa Naruto sebenarnya, dia pasti langsung ingin memenggal kepala Naruto. Karena dengan keberadaan Naruto, posisinya sebagai Raja akan terancam.

"Aku pasti akan merebut kembali apa yang diambilnya dariku." Gumam Naruto bersungguh-sungguh, mengingat segala hal yang hilang karena ulah para Uchiha biadab yang licik itu. "Negara yang dititipkan oleh almarhum Ayah dan almarhumah Ibuku, akan aku rebut kembali." Ujarnya mantab, membongkar identitasnya sebagai Pangeran Putra Mahkota, Namikaze Naruto yang terasingkan sepuluh tahun yang lalu.

"Dan akan aku buat mereka membayar berpuluh-puluh kali lipat sadisnya atas segala hal yang telah mereka lakukan dahulu." Sambung Naruto penuh hasrat dendam dan kebencian untuk balas dendam.

"Akan aku hancurkan mereka hingga masuk ke lembah Neraka terdalam."

Lalu, bagaimana kisah ini akan berlanjut? Author-pun tak tahu, karena masih belum jelas cerita ini akan dilanjutkan atau tidak.

Tolong kasih pendapatnya...

XD