Sasusaku Shortfic
Naruto—Masashi Kishimoto
.
.
Sakura mengetatkan pelukannya pada lengan pria di sampingnya, suaminya, Uchiha Sasuke. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Malam semakin larut dan Sakura semakin gelisah. Elusan tangan suaminya pada rambutnya tidak membantu menenangkannya sama sekali. Ia menarik nafas panjang, mencoba merilekskan dirinya.
"Kau harus tidur Sakura," kata sang suami pelan sambil menggenggam jari-jemari Sakura.
Sakura menggelengkan kepalanya, kembali ingin menangis kala sang suami malah menyuruhnya tertidur sedangkan ia merasa gelisah. Ini sudah hampir tengah malam dan mereka masih duduk di sofa. Sasuke melepaskan genggaman Sakura, menatap ke dalam matanya intens, mengecup bibirnya dan mengelus telapak tangan Sakura yang lebih kecil dari dirinya.
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Sasuke lembut. Menenangkan istrinya di saat sedang kalut itu.
"Sa… Sasuke-kun." Bukannya berbicara, yang keluar hanya suara isakan kecil di bibir tipisnya. Membuat Sasuke memeluknya, menenggelamkan kepala Sakura di dadanya.
Waktu menunjukkan pukul setengah satu malam. Ketika Sasuke dan Sakura masih berpelukan sambil terduduk di sofa. Sakura agak sedikit tenang dibandingkan tadi.
"Hmm… Dan saat itu kau menembakku di lorong sekolah. Aku pikir kau orang yang pendiam, Sasuke-kun," Sakura terkekeh mengenang masa lalu saat-saat dimana mereka masih mulai berpacaran dulu. Sasuke mengecup dahi Sakura penuh sayang.
"Saat itu, aku dengar kau sedang dekat dengan Hidate. Aku benar-benar tidak bisa tidur semalaman saat itu. Bayang-bayang kau akan memanggilnya dnegan sebutan sayang membuatku hampir gila," Sasuke kemudian terkekeh sedangkan Sakura sudah tertawa pelan. dihembuskannya nafas pelan. sudah mulai terasa rileks dan sekarang ia mulai mengantuk.
"Tidurlah Sakura," perintah sang suami. Sejenak ia kembali merasa takut dan gundah. ia takut tertidur. Ia takut melewati hari ini begitu cepat.
"Jangan menangis, besok kau akan segera menjadi seorang Ibu, sayangku," ucapan dari suaminya membuatnya tersenyum. Esok adalah hari persalinannya setelah Sembilan bulan harus mengandung hasil buah cintanya dengan Sasuke—suaminya. Namun, ketakutannya akan hari persalinannya masih membayanginya.
Kata orang, yang namanya melahirkan untuk yang pertama kali pastilah sangat sakit. Kata orang, rasanya seperti ingin mati saja. Kata orang, itu artinya pertaruhan nyawa. Bisa jadi kau akan hidup dengan bayimu, bisa jadi kau akan hidup sementara bayimu tidak, atau bahkan bayimu akan lahir dan kau tidak akan selamat bahkan sebelum kau sempat mencium buah hatimu sendiri.
Kembali Sakura menggelengkan kepalanya. kembali ia terisak ketakutan. Sasuke melepas rangkulannya pada Sakura, memegang kedua pipinya dan menatap matanya sekali lagi.
"Kau kuat, aku yakin itu. Kau akan melahirkan secara normal. Aku akan terus berada di sampingmu, sebagai penyemangatmu. Aku akan selalu berada disisimu. Untuk kamu dan untuk calon bayi kita," Setelahnya Sakura merasa terharu. Sasuke tampak manis dengan kata-katanya. Membuat kegundahan dan ketakutan itu sedikit terkikis.
Sasuke membimbing Sakura ke Intensive Care Bed nya. menyelimutinya dan mengecup perut Sakura yang membesar.
"Lahirlah ke dunia dengan selamat dan sehat nak. Ayah dan Ibu menunggumu," setelahnya Sasuke mengecup dahi Sakura dan memainkan telinga Sakura, kebiasaan ketika Sakura tidak bisa tertidur. Sakura memegang tangan Sakura hingga ia merasa mengantuk dan akhirnya tertidur. Siap untuk menyambut kehadiran bayi yang sudah ditunggunya selama sembilan bulan.
'Ibu harap, kau akan segera lahir ke dunia, sayangku, buah hatiku.'
END
