Entah sejak kapan...—
Senyumnya menghilang...
CAN'T SMILE DON'T BLAME
Disclaimer: ... (don't look at me)
.
Chapter 1: Met
Seharusnya aku tahu akan hal ini.
Memasuki gedung Twilight High yang megah itu sungguh membuatku tidak nyaman. Disorot oleh ribuan mata asing yang menatap tajam mataku, Seakan kalau aku ini adalah hantu. Biasa awalnya, tapi kian hari kian menjadi kesal karenanya. Tidak bisakah wajah mereka berpaling ke..—entahlah, yang pasti ke kesibukan mereka sendiri?
Hai, namaku Namine. Namine Swing. Berumur 16 tahun, duduk di bangku kelas 2 SMA, dan aku baru saja pindah dari kota Oblivion. Kalau kalian tidak tahu, kalian cukup masuk ke kantin saat jam istirahat, dimana kalian melihat seorang anak perempuan berkulit pucat, berambut pirang berantakan yang lebih suka duduk di pojokan. Dan kalau kalian berhasil menemukannya, itulah aku.
Aku pindah, dan tinggal serumah dengan rumah sahabat orang tuaku, Ansem Wise. Walau, aku menjadi anak angkatnya, aku tetap memakai nama marga keluargaku, keluarga Swing.
Aku bersekolah di Twilight High, dimana sepupuku bersekolah di situ juga. Namanya Kairi Jeann. Kuakui, ia cukup cantik untuk dibilang dengan julukan sang putri. Rambutnya merah berkilauan, dengan kulitnya yang tampaknya tidak sepucat dengan kulitku. Ia bahkan dilirik, dan menjadi incaran seluruh pria di sekolahnya. Setidaknya, Kairi tidak takut dengan pria-pria yang selalu mengejarnya.
RING! RING!
Duh, bel masuk kelas sudah berbunyi.
Aku buru-buru mengambil buku mata pelajaranku dari lokerku, dan berlari menuju kelas Ms. Flora. Jangan sampai lupa, jangan sampai lupa, batinku. Sumpah, gedung ini saking luasnya bisa saja membuat kalian kembali ke titik awal dimana kalian baru saja memasukinya. Walau sudah seminggu di sini, otakku tidak bisa diajak berkompromi untuk mengingat jalan menuju kelasku sendiri. Semoga, kali ini aku ingat jalan menuju kelasnya. Kuharap aku bisa masuk ke kelas tepat waktu dan tidak mendapat hukuman. Tapi, asal kau tahu saja, Ms. Flora itu guru seni yang baik. Aku bahkan dipuji atas hasil karyaku.
"Kairi sudah masuk ke kelas duluan ya?" gumamku. Tanpa sadar, tanpa melihat ke depan, secara tidak sengaja, aku menabrak seseorang dengan bunyi 'bruk' dimana buku mata pelajaranku jatuh berhamburan kemana-mana.
"Ma-Maaf! Aku tidak lihat-lihat!" kataku sambil memunguti buku-bukuku, dan kertas yang berserakan kemana-mana. "Tanpa sadar, aku—"
"Nah, it's okay..," kata seseorang yang kutabrak tadi sambil membantuku memunguti buku-bukuku. "Sebenarnya, akulah yang harus minta maaf.. Pikiranku melayang entah kemana.."
Kusadari suaranya tidak kukenal. Yah, awalnya kukira orang yang kutabrak tadi adalah Sora Jefferson—atau Riku Stinson. Aku menghela napas panjang. "Kata-kata itu kukembalikan kepadamu.."
Selesai mengepak buku-bukuku yang tadi jatuh berhamburan, aku berdiri dibantu olehnya. Saat itulah aku menyadari, bahwa pria ini belum pernah kulihat sebelumnya. Mata lembut berkacamata yang tegas, rambut pirang yang berantakan, dan mata biru yang.. tajam. Walau begitu, mukanya terlihat familiar.. Mungkin seperti...
Sora?
"Emm.. Maaf, kau tidak apa-apa?" tanyanya.
"Uh.. iya! Aku tidak apa.." jawabku sambil berusaha menghilangkan keteganganku. Oh tidak, aku jadi salah tingkah!"
Cowok itu lalu mengamatiku lekat-lekat dengan mata birunya yang tajam. "Wajahmu terlihat seperti Jeann. Apa kau adalah anak baru yang bernama Swing itu? Namine Swing?" tanyanya.
"Jeann? Maksudmu Kairi Jeann?" tanyaku. Melihatnya menganggukkan kepalanya, aku menjawab, "Ya, dia sepupuku.."
Dilihat dari raut wajahnya, sepertinya ia tidak kaget, tatapannya lurus seperti biasa. Lurus memandangku.
"Begitu," katanya. "Apa kau berniat menuju kelas Ms. Flora? Kulihat bukumu, bukumu mengatakan bahwa pelajaran pertamamu di kelasnya."
Aku mengikuti jari telunjuknya yang menunjuk ke arah buku mata pelajaranku. Aku mengangguk. "Ya, dan sepertinya aku terlambat masuk kelasnya."
Cowok itu mengangguk. "Mau kuantar? Sebenarnya, aku ingin pergi ke kelas Ms. Fauna, tapi karena sepertinya kelasnya berseberangan, aku tidak keberatan berjalan bersamamu ke sana."
Dapat kurasakan pipiku yang pucat ini merona merah. Berjalan.. Bersama cowok ini? Aku bahkan tidak mengenalnya. Tapi sepertinya dia baik. Tambah lagi, dia juga...—
"Hello?" kata cowok itu melambaikan tangannya di depan wajahku, membawaku kembali ke bumi. "Mau kuantar?" ulangnya.
Secara refleks, aku menganggukkan kepalaku, dan aku sendiri tidak tahu dengan apa yang aku lakukan.
-...-
"Thanks.." kataku sambil membungkukkan kepalaku. "Makasih sudah mau menemaniku."
Cowok itu mengangguk. "Yah, no problem. Lagipula, kelas kita berseberangan apa salahnya kalau ramah sedikit?" Lalu, ia berjalan menuju ke kelasnya. "Bye, Namine Swing.."
Setelah ia masuk ke kelasnya, aku berjalan masuk kelas Ms. Flora. Berharap dia tidak marah denganku..
Aku membuka pintu kelas, dan masuk ke dalamnya, mendapat tatapan sinis dari seluruh penjuru kelas yang seolah menyuruhku pergi dari ruangan ini.
"Ah.., Kau terlambat, Ms. Swing," sahut Ms. Flora lembut. "Apa ada masalah hari ini? Tidak seperti biasanya kau terlambat 5 menit dari hari yang sebelumnya.."
5 menit? Berjalan dengan anak tadi serasa berjalan 1 jam!
"Ah-eh.. Ya, sedikit hambatan. Maafkan aku, Ms. Flora..," kataku sambil membungkukkan kepalaku.
Ms. Flora lalu tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang merah. "Well, tidak apa-apa. Kuharap kau menikmati kelasku hari ini. Silahkan duduk di tempat dudukmu.."
Aku mengangguk, lalu berjalan melewati tatapan dari mereka yang menatapku berjalan, dan duduk di bangku kosong di sebelah Kairi. "Apa aku melewatkan sesuatu?" tanyaku pada Kairi.
Kairi menggelengkan kepalanya, membiarkan rambut merahnya ikut menggeleng dengan kepalanya. "Tidak. Ms. Flora hanya berbincang-bincang dengan kami tentang karya-karya milik Da Vinci. Kau tahu? Tanpamu di sisiku, aku sudah nyaris pingsan mendengarnya. Darimana saja kau tadi?" tanyanya.
Aku tertawa kecil mendengar keluhan Kairi tentang Ms. Flora. "Aku baru saja menabrak seseorang—maksudku, seorang pria.." kataku, menjawab pertanyaan Kairi. "Dan, pria itu terlihat familiar. Dia terlihat seperti..—"
"Seperti apa?" tanya Kairi, memotong pembicaraanku.
"... Terlihat seperti Sora.." lanjutku.
Dapat kulihat tatapan kaget yang kelihatan di wajah Kairi. "Seperti Sora? Apa rambutnya pirang berantakan, matanya biru tajam, dan berkacamata?" tanya Kairi, mengintrogasiku.
Aku menelan ludah. "I-Iya.. Kenapa? Kau kenal dia?" tanyaku.
Kairi menghela napas panjang. "Dia sepupu Sora Jefferson. Namanya Roxas Strike."
Author's Note:
Buih, akhirnya selesai juga fic saya yang baru. anda tahu? saya update cerita ini biar tidak lupa. hehehe.
fic saya yang lain (Kingdom Hearts: Losing Memory) akan lanjut suatu hari nanti, bersama dengan fic saya I am 'You'.
mungkin cerita saya kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Ini terlihat... begitulah..
maka dari itu, read and review fic saya ini ya!
Luv,
Complicated021.
