HAiiii minna, ini fict kedua yuri dan fict NaruSaku pertama yang yuri publish. nekat dini hari begini publish fict yang lumayan gaje ini. Yosh langsung saja,
CLASS DREAM chapter 1
Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
Story: purely mine 'AcaAzuka Yuri'
Warning: AU, very OOC, typos/misstypos, Dark Ino, TOTALLY friendship, no romance, school life fict, kata yang membingungkan, ide pasaran, konflik yang terlalu ringan, dan kecerobohan lainnya
Summary: 'Semuanya berubah, atau aku yang berubah'/ "Sakura selalu sendirian,aku jadi ingin bicara dan berteman dengannya" / "Kau harus menjauhinya! Dia itu aneh! Dan lagipula kau tidak tahu apa-apa tentang dia kan?"/ "Dan mungkin kau tidak tahu tentang kejadian waktu kita kelas satu, Naruto? Tentang apa yang terjadi pada Sai karena Sakura?"
Enjoy reading~
Seorang gadis bermahkota merah muda sebahu sedang duduk termangu melihat tablemate nya, Hinata yang terlihat sedang asyik berbincang-bincang ria dengan temannya. Walaupun Hinata tablemate Sakura, tapi saat ini dia tidak begitu dekat dengannya. Sakura hanya bisa berbicara padanya ketika jam pelajaran saja karena ketika istirahat Hinata selalu saja langsung pergi ke teman-temannya, itupun hanya sedikit berbicara.
Pandangannya berubah tak fokus, pikirannya pun mulai mengabur jauh.
Ia ingat. Apakah Ia rindu saat Ia memiliki banyak teman yang selalu memperhatikannya?
Mungkin iya.
Sakura kembali memfokuskan pandangannya menuju satu titik. Seorang gadis bertubuh tinggi semampai dengan rambut blonde nya yang dikuncir kuda. Gadis itu sedang tertawa, ada Hinata juga di sana. Sakura menyunggingkan senyum miris.
"Semuanya berubah," gumam Sakura lirih. "Atau aku yang berubah?"
Pada kenyataannya, memang dirinya dan semuanya yang berubah. Dirinya yang dulu bisa dikatakan seseorang yang begitu ceria dan pandai bersosialisasi, kini berubah menjadi begitu diam, pemurung dan lebih sering terlihat sendiri. Sementara yang lainnya? Ya, mereka terlihat tak berubah di mata orang lain. Tapi mereka memang berubah. Mereka sekarang membenci dirinya, dan menjauhinya. Namun, siapakah yang terlebih dahulu berubah? Dirinya, atau mereka?
Ia tak ingat. Dan tak mau mengingatnya sekarang. Mungkin inilah yang terbaik bagi semuanya.
Dan Ia harus membuang semua impiannya di kelas ini, untuk menjadikan kelas ini kelas yang diimpi-impikannya. Kelas impian.
Sakura terus termenung dan tak menyadari bahwa seseorang menghampiri dirinya dan duduk di samping kursinya, kursi Hinata.
"Hai Sakura!" Sapa orang itu.
Sakura tidak bergeming, sebagai balasannya hanya bergumam tak jelas. "Hm..?"
Jelas bahwa Sakura terlihat masih melamun.
Orang itu menggaruk kepala blonde jabriknya yang tak gatal, seraya tersenyum lebar yang lebih terlihat seperti cengiran. Ia memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikatakannya pada Sakura.
"Ano, aku senang akhirnya aku bisa menyapamu. Kau tahu? Sebenarnya sudah lama aku memperhatikanmu dari jauh. Aku ingin sekali berbicara denganmu. Karena kau selalu menghindar dari orang-orang, jadi aku harus mencari waktu yang tepat untuk bisa menyapamu," kata pemuda itu antusias. Wajahnya sedikit merona.
Namun tak lama kemudian pemuda itu terdiam menatap Sakura. Nampaknya Ia baru menyadari bahwa Sakura tidak mendengarkannya. Bahkan mungkin Sakura tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang berbicara disampingnya.
"Hei, apa kau mendengarkanku?" kata pemuda itu hati-hati. Sebelah alisnya terangkat tanda ragu-ragu.
Sayangnya Sakura masih tetap bergeming dan hanya mendesah panjang tak jelas. Tatapannya kosong. Wajahnya sungguh terlihat kentara sekali sedang melamun.
"Hei, kau ini tidak pernah bicara pada siapapun ya?!" katanya agak keras yang akhirnya dapat menyadarkan Sakura dari acara melamunnya. Tetapi untungnya tidak sampai terlalu keras hingga orang lain dapat mendengar.
Sakura yang kaget segera menolehkan kepalanya menuju pemuda di sampingnya.
"Eh ya? Eeh Na.. Namikaze Naruto-san?!" mata hijau emerald nya melebar tak percaya.
Dia kan Namikaze Naruto. Siswa pindahan yang populer di kalangan anak perempuan di sekolah. Memang Ia sekelas dengannya, tapi kenapa dia ada di sini di kursi Hinata? Pikir Sakura cepat.
Sementara Naruto langsung mendesah berat. "Tuh kan, dugaanku benar. Sepertinya dari tadi kau tidak menyadari kalau aku sedang berbicara padamu. Dan sepertinya kau memang tidak menyadari kalau aku menghampirimu dan menyapamu ya?" Keluh naruto memegang kepala bagian kanan dengan tangan kanannya. Ia bergeleng pelan sambil berdecak.
Ucapan Naruto barusan membuat Sakura sedikit tersentak. "Ekh maaf, aku tidak tahu kalau kau berbicara padaku," sahut Sakura cepat. Ia menunduk. Wajahnya sedikit memerah malu. 'Dia ini… terlihat keren' pikir Sakura tanpa sadar.
Selang beberapa detik saling diam akhirnya Sakura memberanikan diri mengangkat kepalanya dan memulai pembicaraan.
"Ano, ada apa kau menghampiriku? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?" kata Sakura datar, berusaha mengendalikan diri agar suaranya tidak terdengar gugup.
Naruto mengubah gesturnya menyender ke kursi dan melipat kedua tangannya, "Sebenarnya aku sudah bicara banyak padamu, tapi sayangnya tadi kau melamun berat dan tidak mendengar sepatah katapun yang kuucapkan." jawab Naruto dengan memasang mimik wajah agak kesal.
"Ah benarkah? Aku minta maaf." Wajah Sakura semakin merah padam.
Melihat gadis di sampingnya itu sontak membuat wajah Naruto langsung berubah. Ia memperlihatkan cengiran khas nya kembali.
"Hehe tak apa-apa! aku hanya bercanda, tenang saja." sanggah Naruto cepat. "Lagipula, tadi juga bukan sesuatu hal yang penting kok." Naruto tertawa kecil.
"Begitu ya?" Sakura memiringkan kepalanya, "Lalu ada apa kau menghampiriku?" tanya Sakura sedikit penasaran.
"Aku hanya ingin mengobrol saja denganmu." Jawab Naruto singkat sambil mengangkat kedua bahunya. Membuat Sakura yang mendengarnya agak terkejut. Rasanya sudah lama sekali ia tak mendengar ajakan orang lain yang ingin sekedar mengobrol dengannya.
"Oh iya, aku mau Tanya, apa sih yang kau lamunkan sampai tak mendengarku?" Tanya Naruto penasaran sambil terus mengeluarkan jurus tersenyum manis andalannya yang membuat kagum banyak siswi sekolah.
Sakura menahan napasnya. Lalu menunduk pelan. "Ah, itu.. bukan apa-apa kok." Jawab Sakura gugup. Entah karena pertanyaan Naruto atau Naruto lah yang membuatnya gugup seperti ini.
Naruto mengerutkan alisnya, jawaban Sakura itu bukan suatu jawaban yang ingin didengarkannya. Tapi ya sudahlah. Dan juga yang terpenting, Naruto sangat bersyukur Sakura tidak mendengar perkataannya di awal tadi. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin menghampiri Sakura yang sendirian—lagi, dan langsung bicara tanpa pikir panjang. Tindakan yang ceroboh, pikir Naruto.
Sekarang apa? pikir Naruto cepat. Yah meskipun begitu bukan Naruto namanya kalau tak bisa mencari topik baru.
"Oh iya, kau selalu sendiri ya, kenapa tidak ikut berkumpul saja dengan yang lain?" Tanya Naruto. Yak, itu hal yang sangat mudah baginya untuk mencari topik pembicaraan, salah satu kelebihannya.
Sakura berpikir sejenak sebelum menjawab, "Itu.. mungkin karena aku tidak berani menghampiri mereka." Sakura menoleh menatap Naruto dan tersenyum kecil. "Aku memang payah kan?"
Wajah Naruto tanpa sebab sedikit merona. Matanya berkeliaran ke segala arah. "Oh, kenapa begitu? Kenapa kau tidak berani menghampiri mereka?"
.
.
Sementara itu tidak jauh dari tempat Sakura dan Naruto, beberapa siswa perempuan sedang berkumpul.
"Hei Ino, coba lihat itu! Naruto sedang apa sih bersama anak pembawa sial itu?" bisik salah satu anak perempuan rambut hitam bercepol dua, Tenten.
"Eh iyatuh, kok Naruto mau sih sama anak aneh itu. Samperin mereka yuk." Sambar Karin.
"Le.. lebih baik tidak usah, bi..biarkan saja mereka." Hinata mencoba menghentikan niat teman-temannya untuk menghampiri Sakura. Ia yakin itu bukan ide yang bagus.
"Kau bicara apa sih Hinata? Naruto itu duduk di bangku mu dan mengajak Sakura bicara berdua lho. Memangnya kau tidak cemburu?" Tanya Karin pada Hinata.
Hinata menunduk. "I..itu.."
"Ah, sudahlah biarkan aku yang ke sana sendiri!" ucap Ino dengan nada suara agak tinggi. Dan langsung menghampiri tempat Naruto sedang duduk. Tak menghiarukan suara Hinata yang mencegahnya.
Semua mata melirik pada Ino yang menghampiri Naruto dan Sakura. Tampaknya kejadian ini adalah suguhan yang cukup menarik bagi mereka karena sudah lama tak terjadi lagi.
"Hai Naruto, kau sedang apa di sini dengan dia?" tanya Ino langsung tanpa basa-basi.
Sakura sontak menahan napas nya saat melihat Ino ada di depannya dan langsung menunduk. Dia tidak berani mengangkat wajahnya.
Naruto menoleh menatap Ino. "Oh, rupanya kau Ino. Aku hanya sedang mengobrol dengannya," kata Naruto santai sambil senyum seperti biasa.
Ino mengerutkan alisnya. "Tumben kau bersamanya. Sebelumnya kau tidak pernah berbicara dengan Sakura kan?"
Naruto mengangkat kedua bahunya. "Aku hanya ingin berbincang-bincang saja dengannya. Sakura selalu sendirian, aku jadi ingin bicara dan berteman dengannya." kata Naruto tetap santai. Tak menyadari suasana telah berubah di sekitarnya.
"Apa? Kau ingin berteman dengannya!?" Tanya Ino tak percaya. Nada suaranya agak meninggi.
Semuanya terpana. Yah Naruto memang sangat baik. Meskipun tak cukup pintar, tapi dia memiliki wajah yang sangat menarik dan berpenampilan keren. Bukan hanya itu, neneknya adalah kepala sekolah di sekolah ini, jadi waktu Naruto pindah ke sekolah ini membuat semua murid menjadi heboh.
Naruto juga adalah teman sedari kecilnya Uchiha Sasuke, ketua kelas di kelas ini. Dan Sasuke juga sangat tampan. Di tambah lagi, mereka berdua selalu bersama sejak Naruto pindah awal tahun ajaran kedua di musim semi. Mereka juga adalah anggota klub basket dan Sasuke adalah ketua nya. Karena itu mereka berdua menjadi sangat popular.
Sakura sontak memandang Naruto takjub. Ia tak percaya akan pernyataan Naruto barusan. 'Apa katanya? Ingin menjadi temanku?' Pikir Sakura linglung. Tiba-tiba rasa kehangatan menyeruak masuk dalam dirinya yang sepertinya sudah begitu lama tak dirasakannya. Namun perasaan itu sedikit memudar ketika Ia melihat sekeliling dan semuanya memandang ke arahnya dengan tatapan yang tak terbaca. Dia langsung menundukkan kepalanya kembali.
Saat itu, Sasuke berjalan masuk ke dalam kelas. Dia berhenti melangkah dan mengerutkan alisnya saat melihat suasana sepi dan mencekam di kelas ini. Ia mencoba melihat situasi. Semua murid melihat ke satu arah. Sasuke menelusuri arah pandang semuanya. Wajahnya semakin bingung ketika dilihatnya Naruto yang duduk dan Ino yang berdiri saling diam berpandangan sementara Sakura menunduk di samping Naruto. Apa yang sedang terjadi? Akhirnya Sasuke tetap diam di tempat dan melihat apa yang terjadi.
Sepertinya Naruto mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. Semua terdiam dan melihat ke arahnya. Naruto mengangguk. "Ya, karena itu aku menghampirinya. Aku tahu ia orang yang baik." jawab Naruto perlahan sambil sesekali melirik teman-teman yang lainnya.
mimik wajah Ino berubah, terlihat begitu emosi. "Tapi Naruto! Kau harus menjauhinya! Dia itu aneh! Dan lagipula kau tidak tahu apa-apa tentang dia kan?" Ino meninggikan suaranya. Wajahnya merah marah. "Dia itu tidak pernah mau ikut bergabung!"
Sakura terkejut dan langsung mengangkat kepalanya menatap Ino. Mimik wajahnya tak terbaca. 'Apa? Apa tidak salah? Bukannya mereka yang tidak mau aku untuk ikut bergabung?' Pikir Sakura sedih.
Hinta menggigit jarinya perlahan. "Gawat, ini pertama kalinya Ino kembali terang-terangan di depan Sakura seperti ini," gumam Hinata pelan namun terdengar oleh Karin, Tenten dan Sasuke yang berdiri tak jauh darinya.
TING TONG TING TONG
Bel masuk berbunyi dan semua masih terpaku pada tempatnya.
"Dan mungkin kau tidak tahu kan tentang kejadian waktu kita kelas satu Naruto? Tentang apa yang terjadi pada Sai karena Sakura?" Tanya Ino sinis lalu melirik Sakura, "Dan aku tidak mau kalau kau juga akan bernasib sama dengannya." Sakura membalas tatapan Ino yag begitu marah, dan terlihat… sedih?
Baru saja Naruto membuka mulutnya ingin menjawab perkataan Ino tadi, namun suara Sasuke menginterupsinya.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Kalian tidak dengar kalu bel masuk sudah berbunyi?" ucap Sasuke datar. Ia menghampiri dan berhenti di depan Ino. Memandangnya tajam. "Semuanya duduk di tempat masing-masing. Sebentar lagi Kakashi-sensei akan datang," perintah Sasuke tenang namun terdengar menyeramkan.
Ino mengalihkan pandangannya sambil berdecih pelan, lalu berjalan meninggalkan Naruto, Sakura dan Sasuke.
Naruto yang sudah mulai mengerti situasi. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya, namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakannya pada siapapun.
Naruto berdiri dari bangku Hinata, sedetik melirik ke Sakura lalu sekilas menepuk pundak Sasuke pelan sebelum berjalan dan duduk di bangkunya. Sasuke juga melirik Sakura yang sedang menatap Ino dengan pandangan nanar sebelum akhirnya ikut kembali duduk di kursinya samping Naruto.
*To Be Continued*
gomen pendek, soalnya ini baru permulaan aja.
sebenarnya fic ini awalnya cerpen. iseng+ nekat, edit chara dan edit tulisan sana-sini. dan jadilah fict ini.
kayaknya ceritanya membosankan banget deh. bagaimana pendapat readers tentang fict ini? jelek kah? biasa kah? atau apa kah?
minta pendapat kalian, keep or delete?
kalau ada kesalahan penulisan atau ada sesuatu tolong katakan saja, soalnya supaya aku bisa improve lagi untuk buat fict-fict yang selanjutnya
kalau respon positif n dpt review 5 ajah *semogaaa aja* akan ku publish chap 2 nya secepatnya.
terima kasih buat readers yang sudah berkenan membaca and please review. bentuk apapun akan ku terima.
