Brunette menghela nafas. "Apa yang kalian katakan ? kalian tahu bukan ? aku tidak akan mati semudah itu… kita masih belum mengakhiri masa-masa gelap dunia Mafia…".
Spiky brunette tertunduk sedih , "Kalaupun aku mati , kalian masih akan bersamaku , terkubur dalam ingatan dan hatiku , begitu juga dengan kalian… dan juga… aku tidak perlu khawatir , aku masih memiliki kalian yang akan menggantikanku , bukan ?". brunette tersenyum hangat dengan sedikit kesedihan yang tidak terlihat.
.
Poltergeist
Story and Author © Natsu Yuuki
Genre : Supernatural and Suspense
.
.
.
DESCLAIMER : Katekyo Hitman Reborn not Mine
Poltergeist adalah sebuah fenomena supernatural yang mengerikan terkait berbagai gangguan fisikal seperti suara yang keras hingga benda-benda yang bergerak sendiri. –Anonymous.
Seminggu setelah Vongola mengetahui fakta yang memilukan dan menyayat hati , mereka bersiap untuk pindah kembali ke pusat yang lama. Mereka tidak ingin jauh-jauh dari tempat dimana semua kenangan mereka dengan sang langit terakhir beristirahat dengan tenang.
Setidaknya itulah yang mereka pikirkan.
Tetapi pada kenyataannya mereka tidak ingin melupakkan langit tercinta mereka , mereka ingin berada disana dimana semua terjadi , dimana semua kenangan berada. Saat-saat langit mereka masih bersama mereka.
Yang terpenting tempat dimana mereka akan selalu mengingat kejadian itu , kejadian dimana langit memohon kepada elements'nya , langit dimana kesepian dan menderita.
Sang langit yang mempercayai mereka akan datang dan kembali bersama dengannya. Hanya seperti yang ia harapkan selama ini.
Haneuma Dino , boss kesepuluh dari Cavallone famiglia yang juga aliansi terdekat Vongola , merasa terkejut mendengar berita tersebut. Berita tentang kebenaran yang Brunet katakan pada famiglianya dan juga kematiannya pada saat bersamaan.
Ia marah , bingung , kesal , kecewa dan yang lebih penting lagi ia merasa menyesal ia tidak bisa berada di belakang Tsuna untuk memberinya sebuah dorongan , memberinya semangat dan yang lebih penting memberinya keyakinan untuk terus hidup.
Ia bodoh mempercayai seseorang yang baik , innocent dan berhati besar serta penuh tekad untuk melindungi yang tercinta baginya , membunuh Kyuudaime dan guardiannya yang mana ia selalu lihat kasih sayang antara mereka layaknya seorang cucu dan kakeknya.
Ia merasa malu kepada dirinya sendiri dan terlebih lagi kepada tutor yang membantunya menjadi seorang seperti ia saat ini , Reborn.
Tutor yang selalu ia dan Tsuna lihat keatas , melihatnya sebagai seorang figure ayah yang mendukung anaknya , figure yang tidak pernah mereka miliki karena keadaaan mereka masing-masing.
Dino lalu langsung pergi ke mansion Vongola dan memutuskan ikatan aliansi dengan mantan Guardian adik kecilnya –Vongola Famiglia- , Tsuna- tidak sebelum ia pergi mengunjungi tempat peristirahatan terakhirnya dan tutornya- dan peristirahatan terakhir brunet.
Ia pergi ke nisan tutornya , Reborn , yang tanah dan batu nisannya dipenuhi dengan bunga-bunga kuning yang indah dari tanaman beach sun flower yang bercahaya di bawah matahari. Ia mengerutkan keningnya , ia tidak pernah melihat tanaman-tanaman indah itu sebelumnya. Sudah berapa tahun ia tidak mengunjungi kuburannya?. Berapa tahun sudah terlewat ia tidak mengunjungi Vongola dan adiknya?. Ia lalu melihat-lihat sekitar kuburan Reborn dan kuburan arcobaleno lainnya. Kuburan mereka tampak indah dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni yang sama dengan flame mereka masing-masing.
Kecuali milik Tsuna yang hanya sekedar tumpukan tanah.
Dan juga tidak jauh dari kuburan mereka disana ada sebuah taman kecil yang sekelilingnya banyak sekali bunga-bunga berwarna warni seperti api-api deathperation yang melingkari sebuah kursi taman cukup panjang di tengah bunga-bunga yang mejulang cukup tinggi. Satu kata yang terlintas pada pemandangan disekitarnya. Indah.
Kemudian ia menyadari mengapa hanya milik Brunette- hanya tempat peristirahatan terakhirnya sangat gersang tanpa di tumbuhi tanaman apapun. Ia menyadari bahwa Tsuna lah yang mananam mereka , mengunjungi mereka selama lebih dari tiga tahun.
Dalam kesendirian dan kesunyian.
Saat itu juga perasaannya terasa tersambar petir. Bunga yang ia bawa jatuh tepat diatas makam Reborn. Ia berlutut sambil memegangi batu nisan yang tertutupi oleh tanaman kuning merambat –yang hanya memperlihatkan nama , tanggal lahir dan tanggal dia dimakamkan- itu ,menempatkan keningnya diatas batu nisan yang dingin seakan ia benar-benar bertatap mata dengan tutornya. "Maafkan aku Reborn , maafkan aku sudah mengecewakanmu… aku… aku memang tidak berguna bukan…" bisiknya pada batu nisan sambil menangis sendu dan tertawa kecil saat ia membayangkan reaksinya kemudian. Reaksi yang dibalas dengan seringaian seraya mengancam menggunakan pistol kesayangannya sambil mengatakan "Hmph. Memang. Kau bahkan tidak bisa menjaga adikmu sendiri… aku rasa kau perlu kulatih lagi bukan , Dame-Dino?." Memikirkan hal itu ia tak kuasa menahan tangis. Ia ingin sang tutor berada di sini. Walau itu adalah hal yang mustahil.
Dino mengusap air matanya dan melihat kearah makam Tsuna , saat sekelebat bayangan muncul dari arah taman diantara bunga-bunga matahari yang tinggi berada. Sang blonde mengikuti bayangan yang terlihat cukup transparent itu kearah taman bunga. Ia bersembunyi di balik bunga matahari yang tadi di lewati oleh bayangan tersebut dan mengintip melalui sela-sela tumbuhan.
Dan ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Ia melihat Sawada Tsunayoshi , adik kecilnya yang belum lama meninggal , meringkuk diatas kursi taman dan menangis sambil menggumamkan sesuatu. Kedua kakinya terangkat dan wajahnya disembunyikan diantara kakinya. Dino Cavallone lalu mendekatinya dari belakang kursi ingin memastikan lebih baik pria yang ada di kursi dan ia mendengar apa yang ia katakan. "Hiks… hiks… Re- Reborn… ma- maafkan aku… aku- aku memang tidak berguna- aku hanyalah beban bagi mereka dan- dan aku juga sudah membuat malu Vongola… aku- hiks… minta maaf…" sang blonde lalu menggigit bibirnya sambil menahan tangis saat mendengarnya dan juga entah mengapa ia merasa bulu kuduknya berdiri , semakin merinding saat ia mendekati Brunette yang berada di kursi tersebut.
"Tsuna?." Tanyanya tak yakin sambil masih mencoba mendekatinya dan menepuk pundaknya yang transparant.
Brunet lalu menegang , menaikan kepalanya dan berbisik pelan dan serak "Siapa?."
Blonde yang mendengarnya langsung merasa merinding dan sedikit senang karna setidaknya ia bisa melihat brunet dan meminta maaf.
Oh. Betapa salahnya dia.
"Ini aku Dino." Balasnya tanpa ia sadari ia mundur selangkah.
"…..Dino-san?." Suaranya semakin serak dan berat.
"Ya Tsuna….?" Balasnya sedikit ragu.
Brunet lalu berdiri dan menghadap Dino. Saat ia berbalik , bajunya terlihat kusut , poninya sedikit memanjang beserta rambut coklat bagian belakangnya yang juga ikut memanjang hampir sepinggang , pipinya memerah , akan tetapi Blonde tidak bisa melihat mata coklat indahnya karna kepalanya menunduk kebawah.
Ia tersadar kembali dari pengamatannya saat Brunet berjalan memutar kursi taman dan menghampiri Dino sambil menundukkan kepalanya dan menyembunyikan matanya. "Tsuna…..?" Tanyanya dan tanpa sadar ia mundur saat Tsuna hanya beberapa langkah didepannya dan ia terjatuh karna kecerobohan alaminya tanpa bawahannya di sekitar.
Dino terduduk diatas rerumputan hijau sambil mengamati brunet yang berhenti dan menaikkan wajahnya. Saat Blonde melihatnya ia langsung cepat-cepat merangkak mundur kembali menjauh dari brunet didepannya.
Mata coklat Tsuna mengeluarkan darah. Itu seperti Brunet menangis darah sebelumnya. Matanya juga seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Apakah ini ilusi? Atau mimpi? Jika begitu ia perlu bangun dari mimpi buruknya dan menemui serta memeluk brunet yang sangat ia sayangi. Akan tetapi jika ini ilusi ia perlu melawannya dan kembali sadar.
Saat blonde sedang sibuk dengan pikirannya , Brunette tersenyum licik dan tertawa layaknya seorang maniak. Ia lalu menyerang Dino.
Dino yang tersadar kembali melebarkan matanya , mengangkat kedua tangannya melindungi dari serangan yang akan datang saat tiba-tiba seseorang- , sesuatu berada di belakang Blonde melindunginya dari serangan yang tidak kunjung datang , lalu ia membuka matanya dan melihat Brunette- Tsuna melangkah mundur darinya dan kembali memasuki bayangan disekitar tempat itu. Lalu menghilang sepenuhnya dari hadapannya.
"Apa kau baik-baik saja?." Tanya suara lembut dan halus dari belakangnya.
Atomatis Dino langsung menoleh kebelakang dan ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Dihadapannya berdiri seorang pria berumur dua puluhan yang tampak terlihat masih sangat muda , ia terlihat seperti memancarkan cahaya disekitarnya. Pria tersebut memakai jas putih dan celana putih yang sangat cocok dengan aura putih yang ia miliki , ia memiliki rambut coklat yang panjang hingga kepinggang , ia memiliki tubuh yang ramping , kulit putih nan mulus serta sepasang sayap putih yang panjang sampai menyentuh tanah. Dengan kata lain , ia terlihat sangat… menakjubkan. Ia terlihat seperti malaikat yang turun dari langit dan membantunya.
Ia kembali tersadar dari lamunannya saat pria-, malaikat yang berada di depannya melambaikan tangan di hadapannya "Hallo? Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?." Tanyanya khawatir.
"A- ahaha… aku ba- baik-baik saja." Balasnya gugup.
Malaikat tersebut menghela nafas lega saat mendengar jawabannya. Ia pun berdiri dan mengulurkan tangannya "Sini aku bantu berdiri…?." Kata pria tersebut dengan senyum yang familiar baginya , akan tetapi ia lupa senyum itu milik siapa.
Saat Dino hendak mengambil uluran tangannya , tangannya menembus tangan pria tersebut dan ia jatuh kembali ketanah. Melihat hal itu , sang malaikat langsung panic dan minta maaf kepadanya.
"Ma- maaf , aku lupa kalau aku sudah… mati." Katanya dengan nada sedih dan minta maaf.
'Mati? Bukannya dia seorang malaikat?.' Pikirnya bingung saat matanya bertemu dengan mata coklat sang malaikat di depannya , matanya melebar dan mengingat siapa orang yang berada di hadapannya.
"Tsuna?." Tanyanya pelan.
Malaikat yang mendengar namanya disebut langsung menjawabnya "Ya?."
Blonde yang mendengarnya langsung menangis bahagia dan melompat untuk memeluk pria yang berada di depannya , melupakan fakta bahwa pria tersebut transparent dan tembus pandang. Seluruh tubuh Dino langsung mencium tanah berumput dibawahnya.
Tsuna yang melihatnya langsung sweatdrops dan khawatir blonde akan terkena demam jika tiduran diatas tanah. Akan tetapi ditengah kekhawatirannya , ia sedikit mengenali pria yang terjatuh tersebut saat sebuah kata meluncur dari mulutnya "Dino… -san?."
Pria berambut pirang itu langsung bangun saat namanya disebutkan "Tsuna! Kau mengenaliku? Apa kau sudah mengingatku kembali?." Tanya Dino bersemangat.
"Anoo… aku bukannya lupa atau hilang ingatan , akan tetapi penampilanmu sedikit… berbeda , Dino-san." Balasnya ragu seraya menggaruk pelan pipinya yang tak gatal dan melihat kearah lain selain pria dihadapannya dengan gugup.
"….."
Tsuna lalu mendengar isakan dari pria yang ada didepannya , lalu cepat melihatnya dan panic saat Dino tiba-tiba menangis sambil menundukkan kepalannya "D- Dino-san? Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Aku- aku minta maaf , tolong jangan mena-."
"Tsuna!" teriak Dino tiba-tiba memotong kata-kata Brunette "Aku- aku minta maaf. Aku minta maaf karna aku tidak percaya padamu Tsuna! Aku minta maaf karna tidak bisa membantumu melewati semua yang harus kau lewati. Aku minta maaf karena aku sudah tidak mengunjungimu lagi setelah Reborn meninggal. Aku minta ma-." Kata katanya terputus saat sebuah jadi telunjuk yang tembus pandang berada tepat didepan wajahnya –didepan mulutnya- dan menghentikan ocehannya tersebut
"Itu tidak apa-apa Dino-san. Sungguh. Kau tidak perlu minta maaf , dan aku juga minta maaf aku tidak bisa menemanimu di masa-masa tersulitmu di saat Reborn pergi. Dan tidak memberitahumu rahasiaku. Jadi itu sepenuhnya salahku." Kata Brunet tersenyum lembut kepada kakak angkatnya. "Jadi bagaimana jika kita duduk dikursi dan berbicara , Dino-san..? ada sesuatu yang ingin ku bicarakan."
.
"Jadi aku ingin kau pergi dari sini secepat mungkin sampai semua kembali normal , Dino-san. Disini , markas utama Vongola yang berdiri selama berabad-abad, memiliki banyak dendam yang berasal dari famiglia musuh yang meninggal karena Vongola. Dan dendam mereka masih ada disekitar sini." Kata Tsuna serius "Dan entah mengapa , sakit hati , penghianatan , Dendam dan kebencian mereka bangkit sepenuhnya setelah kematianku."
"Jadi…"
Brunet lalu bersandar dan memandang langit biru yang dikelilingi oleh awan "Ya. Yang baru saja kau lihat adalah salah satunya. Sepertinya mereka akan membalaskan dendam mereka melalui wujud diriku. Kemungkinan besar , mereka akan membuat kesalahan yang diperbuat oleh guardianku untuk menyerang mereka."
"Tapi… bagaimana kau tahu?"
"Hmm… bagaimana ya? Aku sudah bertahun-tahun diasingkan disini sendiri…" lalu Tsuna kembali menatap Dino "Jadi aku semacam mengalami hal-hal aneh dan juga aku tahu setelah aku membaca buku diary yang ditinggalkan oleh Vongola Ottavo , Daniela , yang entah mengapa juga merasakan hal-hal aneh saat ia mengalami depresi sejak kematian ibunya dan beban yang di tanggung untuk menjadi seorang boss."
"Buku diary…?"
"Ah… sepertinya setiap boss Vongola memiliki buku diary tersendiri untuk melepaskan beban mereka dan juga untuk memecahkan masalah jika ada masalah yang sama dimasa depan. Aku juga punya satu sejak masih duduk di masa sekolah , beberapa bulan sejak Reborn datang… yah , walaupun ia tidak mengatakan aku harus menulis sebuah diary , tapi aku menulisnya untuk kenanganku di masa depan dengan semuanya."
"Oh iya… saat kau datang… kenapa mereka seperti ketakutan?"
"Hmm… aku juga sebenarnya tidak yakin , tapi aku rasa itu karna aku dan mereka berbeda dan berlawanan." Balas Tsuna yang masih melihat ekspresi bingung Dino "Ah! Aku rasa itu karna kami memiliki energy yang berbeda , aku memiliki energy positif dengan tekad yang lebih kuat dari mereka. Sedangkan mereka memiliki energy negative."
"Tekad? Seperti Dying Will? Tapi bukankah ketika saat bos-bos Vongola meninggal, Dying Will mereka akan masuk ke dalam cincin?"
"Hmm… aku juga sebenarnya tidak mengerti akan hal itu… tapi , dalam kasusku , saat aku mejadi arwah tapi masih memiliki tekad seperti di dunia, Dying Will tidak berubah menjadi sebuah api , melainkan menjadi sebuah aura yang keluar seperti cahaya yang mengelilingi seluruh tubuh. Seperti ini." Brunet lalu menutup matanya , kemudian membukanya. Matanya berubah menjadi warna orange terang dan bercahaya di bawah matahari.
'Ia terlihat seperti saat ia dalam Dying Will Mode' pikir Blonde. Ia lalu mengamati dan sadar saat cahaya disekitar Tsuna bertambah terang. Cahaya yang sebelumnya hanya berwarna putih , sekarang dilapisi dengan warna orange sampai semua sayapnya berubah warna yang sama.
"Tapi bagaimana kau bisa ada disini…? Apa-… apakah Reborn juga…"
Brunet menggelengkan kepalanya "Tidak. Aku berada disini karena arwahku masih tidak bisa tenang , dan juga… bagaimana aku masih bisa tenang jika teman-teman-keluarga- ku sedang berada dalam bahaya. Lagian juga sepertinya mereka menyesal dan tidak bisa melepaskan kepergianku… termasuk kau , Dino-san…" kata Tsuna tersenyum "Kumohon… tolong ikhlaskan kepergianku dan tolong bantu Vongola melewati semua masa krisis mereka , Dino-san… jika tidak , sayapku masih akan terus menjadi berat sehingga aku tidak bisa terbang dan menjadi bebas."
Dino lalu melihat ke sayap putih bersih Tsuna yang menyapu ke tanah melewati bagian belakang kursi , lalu melihat Brunet dan tersenyum "Baiklah… aku berjanji akan membantu Vongola dan mengikhlaskan kau untuk menjadi bebas , otouto"
Di saat yang bersamaan dengan kata-kata yang dikatakan Blonde , sayap Tsuna tersentak sedikit. Ia lalu berdiri dan melihat sayapnya "Ah! Sepertinya itu memang berhasil…" kata Brunet tersenyum kecil lalu merentangkan sayapnya yang menyebabkan bulu-bulu putih-orange berterbangan dan mencoba mengepakkannya "Hmm… sudah tidak terlalu berat lagi sekarang" ia lalu melihat ke Dino dan tersenyum.
Blonde yang dari tadi melihat kearah bulu-bulu putih-orange nan transparent yang berada di sekitarnya , tidak sadar jika seseorang sudah datang dan menghampirinya.
"Boss! Sudah waktunya kita pergi ke pertemuan Vongola…" kata Romario yang terlihat khawatir karena bossnya yang tak kunjung datang.
Dino lalu melihat kearahnya dan tersenyum kecil "Romario… kita batalkan pertemuan dengan mereka , aku tidak ingin memutuskan ikatan aliansi dengan Vongola. Aku ingin menepati janjiku dan membantu mereka."
Romario lalu ikut tersenyum dan membungkuk sedikit "Kalau begitu , aku pergi dulu dan mempersiapkan mobilnya , Boss."
"Ah! Aku akan disini sebentar lagi , aku akan menyusulmu nanti."
Dengan begitu sang bawahan lalu pergi dan mempersiapkan mobil. Sementara itu dengan Blonde , ia berbalik dan melihat tempat Brunet tadi berada "Tsuna…?" tanyanya ragu seraya mencari Brunet disekitar taman kecil , akan tetapi hasilnya nihil. Tsuna tidak terlihat dimanapun , itu terlihat seperti ia sama sekali tidak berada disana.
Ia duduk letih di atas kursi di tempat dimana ia dan Brunet berbincang sebelumnya. Dino lalu menghela nafas dan berdiri , saat tiba-tiba hembusan angin yang cukup besar melewatinya dan menerbangkan daun-daun dengan bulu putih-orange diantaranya. Serta sebuah suara.
'Terima kasih untuk segalanya , Dino-san….'
Boss Cavallone pun tersenyum dan melanjutkan perjalanan menuju kerumahnya 'Tidak. Terima kasih… Tsuna….' Ia merasa lega setelah berbicara dengannya 'Awasi aku. Aku akan menjaga ikatan kedua famiglia dan membantu mereka…' pikirnya lalu beranjak pergi.
