Title : Love of My Life (Chapter 1)

Author : Oh Michele

Cast : Sehun, Jongin, Luhan,etc

Rated : T

Pair : Hunkai

Warning : cerita abal, banyak typo, yaoi, mpreg, etc.

Hello ^^ terima kasih buat yang udah baca FF saya. Saya senang sekali. Saya jadi semangat bikin FF lagi nih hahaha. Entah kenapa saya seneng banget bikin cerita yang nikah-nikah gitu hehehe. Soal couple hmm gimana ya, saya lagi sering liat couple Hunkai dari kemarin-kemarin. Lagian yang bikin FF Hunkai cuma dikit juga jadi saya bikin deh. Semoga suka ya sama cerita ini. Silahkan dibaca dan Selamat membaca ^^

HUNKAI

Angin menyapu debu-debu di jalanan. Dedaunan yang terbang menambah kesan indah pada tempat itu. Burung-burung berkicau menghibur sesosok namja kecil yang sedang duduk di kursi panjang berwarna putih. Ia tak henti-hentinya mengayunkan kaki pendeknya sambil sesekali bersenandung lagu-lagu yang di dengarnya di sekolah. Pandangannya masih fokus pada bunga yang ada di tangannya. Dimainkan dan diayun-ayunkan bunga itu sampai sebuah suara memanggilnya

"Baekki….."

Sesosok namja dewasa dengan wajah tampan kini sedang melambai padanya. Di belakang namja itu tampak seorang namja manis tengah menyandarkan tubuhnya pada pintu mobil sambil tersenyum. Baekki langsung saja turun dari bangku. Matanya berbinar-binar dan kaki kecilnya berlari kearah dua orang yang tampak menunggunya.

"Appa….. Umma….." Baekki menghambur ke arah namja yang di panggilnya Appa.

"Astaga anak appa semakin berat saja." Ucap namja bernama Sehun langsung menggendong putra kecilnya.

"Tentu saja. Aku kan tumbuh dengan cepat. Ya kan Umma?" Baekki tersenyum ceria pada Ummanya yang bernama Kai. Sementara Kai hanya mengangguk sambil mengelus kepala sang anak.

"Appa kemana saja? Pergi lama sekali."Baekki menggembungkan kedua pipinya tanda merajuk. Melihat tingkah lucu anaknya, Sehun langsung tersenyum. "Ada sesuatu yang harus Appa urus. Sepertinya Appa hanya meninggalkanmu selama 2 minggu. Kau sudah merindukan Appa?"

"Tapi aku tidak bisa jauh dari Appa. Kemarin saja aku tidak ada teman bermain."

Kai yang mendengar keluhan manja anaknya langsung berdehem. "Baekki jangan manja. Umma sudah bilang kan?"ucap Kai tiba-tiba.

Baekki yang mendengar itu langsung menunduk. Sehun menghela nafas mendengar kata-kata Kai. "Dia anak kita kan? Jadi apa salahnya dia manja padaku? Tak apa Baekki. Bagaimana kalau Appa belikan kau ice cream hari ini? Kau mau?" Baekki yang sedari tadi tertunduk pun akhirnya tersenyum kembali dan mengangguk antusias. "Aku mau Appa!" teriak Baekki dan dibalas senyuman oleh Sehun. Sementara Kai hanya menggelengkan kepala.

00000

"Apa Baekhyun sudah tidur?"

Kai berdiri di balkon kamarnya. Menikmati angin malam yang berhembus dan gemerlap cahaya kota di depannya. Ini adalah kebiasaannya sebelum tidur. Setelah melihat pemandangan di malam hari, perasaannya akan sedikit tenang. Kai merasakan sebuah lengan yang tiba-tiba memeluknya kini semakin mengerat.

"Sehun, apa Baekhyun sudah tidur?" tanyanya lagi karna tak mendapat jawaban.

Sehun hanya mengangguk. Ia menumpukan kepalanya pada bahu Kai. "Kau marah padaku?"Tanya Sehun tiba-tiba.

"Untuk apa aku marah? Tidak ada hal yang membuatku marah." Jawab Kai datar walaupun masih terkesan ada sesuatu yang ditutupinya.

Sehun kembali menghela nafas. "Kau tau? Baekki sudah berumur 4 tahun. Secara tidak langsung kita sudah bersama selama 7 tahun. Apa lagi yang aku tidak tau tentangmu?"

Kai hanya berdehem. Tidak tertarik dengan pembicaraan Sehun. Lebih tepatnya dia tidak ingin membahas masalah ini. Walaupun sejujurnya hatinya tak enak, tapi apa perlu ia merusak harinya dengan membahas sebuah masalah yang terjadi sudah cukup lama?

"Kau marah karna aku pergi? Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya."Sehun mengeratkan pelukannya lagi. Terlihat sangat possessive sekarang.

Kai menarik nafas. Mencoba sabar dan meredam semuanya. "Ani… Untuk apa aku marah? Bukankah itu sudah benar? Kau pulang ke rumah istrimu. Apa yang salah dari itu?" Kai memandang lurus ke depan. Sebenarnya perasaannya terasa sesak sekali.

"Sudah ku bilang jangan pernah berkata begitu. Selamanya hanya kaulah istriku chagi."Sehun mencium leher Kai membuatnya sedikit terkejut. Kai bergerak tak nyaman. "Uuuh…. Ku mohon Sehun….. Sampai kapan kita akan begini?" mata Kai mulai berkaca-kaca.

Sehun membalik tubuh Kai. Di pandanginya mata indah itu yang sedikit berair. Ia sudah tau apa yang Kai rasakan sebenarnya. Kadang Sehun sering marah pada Kai yang suka memendam kesedihannya sendiri. Ia tau Kai sangat tegar, tapi ia tidak ingin Kai memikul beban ini sendiri. Ia akan selalu ada untuk Kai.

"Sebentar lagi. Ku mohon bersabarlah." Sehun mencoba mengelus rambut Kai namun Kai cepat-cepat menampik tangan Sehun.

"Itu adalah kalimat yang sama yang telah kau ucapkan padaku 3 tahun yang lalu Oh Sehun! Lalu apa yang aku dapatkan?" Kai menarik nafas. Rasanya ia siap meledak sekarang. "Kau menikah dengan orang lain! Bahkan ini sudah hampir 5 bulan kau menikah dengannya! Kau bilang kau akan menceraikannya lalu kita akan hidup bahagia….. Kapan? Kapan itu akan terjadi? Sampai kapan aku harus menunggumu?"

Air mata Kai mengalir deras. Ia menangis. Akhirnya semua yang ia pendam selama ini tersampaikan juga. Sejujurnya ia sangat mencintai Sehun. Jika Sehun menyuruhnya menunggu hingga ajalnya menjemput, ia sudah pasti tanpa penolakan akan melakukannya. Namun setelah semua ini berlalu, ia semakin lelah saja. Apalagi sekarang Sehun sudah menikah dengan orang lain. Walaupun selama ini Sehun selalu tinggal bersamanya dan tidak pulang ke rumah istrinya, tapi Kai tetap saja cemas. Ini sudah terlalu jauh. Nyonya Oh benar-benar membencinya dan tak memberi ruang sedikit pun untuknya. Buktinya Nyonya Oh nekat juga menjodohkan dan bahkan sampai menikahkan Sehun dengan orang lain.

"Kemarin Umma datang menginap. Maka dari itu mau tidak mau aku harus pulang." Sehun mencoba memberi penjelasan sekali lagi agar Kai tidak berpikiran yang tidak-tidak.

Kai mengangguk. Ia paham soal itu. Tapi ia tidak yakin juga. Ia benar-benar takut. Bisa saja kan suatu saat Sehun jatuh cinta pada istrinya itu bila keadaan terus-terusan begini. "Aku rasa Ummamu tak akan pernah merestui kita." Kai menundukkan kepalanya. Tersirat keputus asaan dari kalimat yang barusan ia ucapkan.

"Umma belum melihat Baekhyun. Baekhyun adalah cucunya. Umma akan merestui kita bila ia melihat Baekhyun….."

Mendengar nama Bekhyun disebut-sebut Kai langsung saja menatap tajam ke arah Sehun. "Tidak! Aku tidak akan pernah mau membawa Baekhyun pada Ummamu! Sudah cukup aku dihina olehnya. Dan itu tidak akan terjadi juga pada Baekhyun." Mereka memang belum pernah mencoba membawa Baekhyun pada Nyonya Oh. Nyonya Oh tidak tau kalau sebenarnya penerus keluarga Oh sudah lahir ke dunia. Kai tidak ingin mencobanya. Ia seperti sudah tau jawabannya bila ia pergi kesana. Cukup dia saja yang disumpah serapahi oleh Nyonya Oh, jangan sampai Baekhyunnya juga.

"Ku mohon-"

"Sekarang pilihlah"ucap Kai.

Sehun menatap bingung ke arah Kai. "Apa?"

"Aku atau namja itu…"

Kai membelakanginya sekarang. Tidak ingin melihat wajah Sehun. Sementara Sehun menelan ludah. Ia sudah siap dengan jawabannya. Ia sudah tau mana yang ia pilih. Semuanya sudah jelas. Persetan dengan apa yang akan mereka hadapi. Toh sejauh ini mereka bisa. Ia hanya ingin bersama Kai. Itulah jawabannya. Itulah tujuan hidupnya selama 6 tahun. Ia tidak akan menyerah begitu saja.

Sehun mulai mendekat. Memeluk Kai dari belakang dengan erat. "Selamanya aku akan memilihmu. Sampai mati pun aku akan memilihmu. Mianhae…. Aku juga ingin kita cepat bersama. Namun semua butuh waktu Kai. Semuanya. Walaupun aku sudah menikah dengannya tapi aku sama sekali tidak mencintainya. Selamanya aku hanya mencintaimu. Selamanya hanya kau ibu dari anakku. Jadi kumohon bersabarlah sebentar lagi."

Mendengar ucapan Sehun, Kai semakin menangis. Ia melepaskan pelukan Sehun perlahan dan berbalik menghadap Sehun. "Apa kau tau aku sangat menderita? Apa kau tau aku sangat takut?"

"Aku tau. Aku tau semuanya. Karna apa pun yang kau rasakan akan aku rasakan juga."

Sehun menghapus air mata Kai. Lalu diciumnya pipi Kai yang memerah karna menangis. Namun Kai masih sesenggukan. Akhirnya diciumnya bibir Kai dengan lembut. Kai hanya bisa memejamkan matanya merasakan bibir Sehun yang menguasai bibirnya. Mencoba meyakinkan tentang cinta mereka. Bahwa cinta mereka nyata adanya. Memberikan Kai kekuatan dan kepercayaan.

Semakin lama ciuman itu semakin menuntut. Kai semakin mengeratkan pelukannya pada Sehun. Hingga Sehun melepaskan pagutan mereka. Kai masih mengambil nafas ketika Sehun tiba-tiba beralih pada lehernya. "Sehuuuun…. Ini masih dibalkon. Uuuh…. orang-orang bisa melihat kita." Ucap Kai sambil berusaha menahan desahannya. Tubuhnya selalu sensitive sekali dengan sentuhan Sehun.

"Aku sangat merindukanmu chagi." Ucap Sehun dan langsung mencium bibir Kai lagi. Ia menarik tubuh Kai agar segera masuk ke dalam kamar lalu menjatuhkan tubuh mereka di atas ranjang.

"Tunggu" ucap Kai tiba-tiba yang membuat Sehun mengerutkan kening.

"Ada apa chagi?"

"Boleh aku bertanya?" Kai mengalihkan pandangannya kearah lain. Sementara Sehun mengangguk menyetujui.

"Ehm… Apa kau pernah melakukan ini dengan orang lain selain aku? Maksudku dengan istrimu itu mungkin….." Tanya Kai pelan. Sebenarnya ia gugup dan malu menanyakan hal ini.

Sehun menggeleng sambil tersenyum. "Aku tidak pernah menyentuhnya seujung jari pun. Apalagi melakukan ini chagi. Aku hanya akan melakukan ini denganmu."

Seketika pipi Kai memanas. Ia sedikit merasa lega sekarang. Ia takut saja kalau Sehun sampai melakukannya dengan orang lain. Tidak bisa membayangkan hal itu.

Sehun yang melihat ekspresi Kai kembali memeluknya erat. "Saranghae…. Percayalah padaku." Ucapnya tepat ditelinga Kai.

"Ne. Nado Saranghae Sehunnie….."

Setelah itu mereka melalui malam yang panjang dengan suara desahan-desahan yang menghiasi kamar mereka. Menyalurkan rasa rindu dan cinta pada diri mereka satu sama lain. Memberikan rasa percaya dan berharap keajaiban pada hidup mereka.

00000

2 bulan kemudian.

Seorang namja berwajah cantik sedang duduk di sofa panjang berwarna merah. Kulitnya yang berwarna putih susu menambah kecantikannya. Ia menyalakan tv sambil sesekali melihat jam. Tak bisa dipungkiri ia sedang menunggu kedatangan seseorang. Lebih tepatnya seseorang yang tidak pernah datang namun selalu saja ia tunggu. Tak berapa lama tiba-tiba suara pintu yang dibuka terdengar. Ia langsung saja berlari kearah pintu.

"Sehun….. kau pulang?" ucap namja cantik itu. Sehun tidak menghiraukan ucapan namja itu. Ia memilih masuk dan melewati namja itu seolah-olah tidak ada orang disana. Namja cantik bernama Luhan itu hanya bisa tersenyum miris.

"Kemarin umma menelfon kemari."

Seketika langkah Sehun terhenti. Ia berbalik menghadap Luhan sekarang. "Apa yang ia katakan?"

Luhan agak ragu melanjutkan kalimatnya. Tapi ia sudah terlanjur mengatakannya. "Dia menyuruh kita mengadopsi anak agar kau betah dirumah." Luhan berucap dengan suara pelan. Takut jika Sehun akan marah.

"Oh begitu." Jawab Sehun singkat. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. Baginya itu bukanlah sesuatu yang penting.

"Ehm lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Luhan sambil mengekor dibelakang Sehun.

"Terserah kau. Itu bukan urusanku. Lagi pula kita akan bercerai sebentar lagi. Aku kemari hanya sebentar. Ingin mengambil barangku yang tertinggal."

Mendengar respon Sehun yang berbanding terbalik dengan harapannya membuat Luhan langsung terdiam. Ia hanya bisa menunduk sekarang.

Setelah mendapat apa yang ia cari, Sehun langsung keluar dari rumah itu tanpa berpamitan pada Luhan. Luhan yang sedang duduk langsung saja menangis dengan kencang. Ia tidak peduli karna ia tinggal sendirian disana. Tidak akan ada yang mendengarnya menangis. Ia benar-benar sangat rapuh dan lelah. Ia menderita oleh cintanya sendiri.

"Aku mencintaimu Sehun. Aku mencintaimu…."

00000

"Chagi kau kelihatan pucat." Sehun menyentuh kening Kai dengan punggung tangannya. Ia merasa khawatir dengan keadaan Kai yang sering pucat akhir-akhir ini. Pasti Kai sedang sakit. Namun seperti kebiasaan Kai sejak dulu, ia akan memendamnya sendiri dan berkata seolah semua baik-baik saja.

Kai menggeleng pelan. "Gwenchana…. Aku hanya lelah. Café ramai sekali akhir-akhir ini." Ucap Kai sambil tersenyum. Kai selalu saja berkata bahwa dirinya tidak apa-apa. Padahal Sehun ingin sekali Kai bermanja-manja padanya. Kai yang tampak pucat mendorong troli berisi belanjaan kebutuhan mereka dengan pelan.

Sehun refleks merangkul Kai. "Jangan terlalu lelah. Beristirahatlah sesekali. Aku bisa mengambil cuti dan kita bisa berlibur bersama Baekhyun juga."

Kai terkejut dan dengan cepat menggeleng. "Gwenchana…. Kalau kau mengambil cuti bisa-bisa ummamu curiga."

Mereka berjalan menuju kasir. Setelah membayar semua belanjaan, mereka keluar dai supermarket tanpa mengetahui ada seseorang yang sekarang sedang memperhatikan gerak gerik mereka.

00000

"Braaakk"

Suara pintu yang didobrak membangunkan Luhan dari tidurnya. Ia baru sadar kalau tertidur di ruang tengah.

"Luhaaaan…." Teriak seseorang yang suaranya sangat familiar di telinganya. Luhan langsung sadar. Ia menelan ludahnya kasar saat orang itu berada di depannya sekarang.

"U….Umma.." ucapnya terbata.

"Dimana Sehun?" Nyonya Oh berkacak pinggang sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Luhan bingung harus menjawab apa. Ia menjawab sekenanya. Setidaknya ia juga harus terus bersandiwara meskipun tidak ada Sehun disini.

"Di…dia… dia belum pulang."

"Belum pulang atau memang tidak pernah pulang?" bentak Nyonya Oh menbuat tubuh Luhan seketika bergetar. Ia hanya bisa menunduk dan memejamkan mata.

"Sehun pergi ke rumah namja itu kan?"

Luhan menggeleng lemah. Masih dengan kepala tertunduk.

"Jawab sejujurnya! Jangan melindunginya Luhan!" Nyonya Oh kembali berteriak. Mengguncang-guncang tubuh Luhan. Luhan tidak tau apa yang harus ia lakukan hingga ia dengan pasrah mengangguk.

Nyonya Oh langsung terdiam. Seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya ini. Dirinya sudah terbakar amarah sekarang. Dengan cepat ia menarik tangan Luhan "Ikut Umma sekarang!"

00000

"Bos, kau pucat sekali. Kalau kau lelah biar aku saja yang menjaga kasir." Ucap salah satu pegawai Kai yang sedang mengelap cangkir. Sejujurnya Kai memang merasa kepalanya sedikit pusing tapi ia mencoba menahannya. Ia tidak ingin membuat semua orang khawatir.

"Gwenchana…. Aku akan bertambah sakit jika tidak melakukan apa pun." Jawab Kai sambil tersenyum.

"Braaakk…."

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan kasar.

"Selamat datang…." ucap pegawai Kai melihat orang yang masuk ke dalam café mereka. Kai yang sedari tadi tertunduk langsung mendongak melihat siapa pelanggan yang membuka pintu cafenya dengan tidak sabaran. Seketika mata Kai membulat sempurna melihat 2 orang yang berdiri di depannya.

"Nyonya Oh?"

"Kita perlu bicara Kai-sshi."

TBC