Vanished Memories
"AKAN KULAKUKAN!"
Ucap seorang laki-laki setengah berteriak membuat seorang gadis didepannya terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba. "Akan kunikahi kau, kali ini aku sangat serius!" tambah laki-laki itu. Ia menatap gadis di depannya, menerka-nerka apa yang akan dikatakannya. Gadis itu pun menunduk dengan wajah murung, "Tapii...senpai...tidak mengetahui aku yang sebenarnya.." ujarnya lirih. Lelaki itu mengepalkan tangannya dengan keras, "Tak peduli apa yang terjadi dengan mu di dunia fana, aku akan tetap menikahimu!" "Tak peduli penyakit apa pun yang kau miliki!" tambahnya. "Tapi..Aku tak bisa berjalan ataupun berdiri," jelas gadis itu sambil memandang laki-laki didepannya. "KUBILANG AKU TAK PEDULI!" teriak lelaki itu yang membuat gadis itu terkejut. "Bahkan walaupun kau tak bisa berjalan ataupun berdiri, ataupun kau tak bisa memiliki anak." Ia pun selangkah demi selangkah mendekati gadis itu. "Aku akan tetap menikahimu!" Mereka pun saling bertatapan. "Aku akan selalu berada disampingmu." Air mata sang gadis pun mengalir. "Senpai..." lirihnya.
Tiba-tiba, lelaki itu tak bisa mendengar suaranya lagi,"..." "Apa?" "..." "Yui, kau bicara apa?" tanya lelaki itu. Mendadak laki-laki itu terjatuh ke lubang yang tak tau darimana datangnya..."YUIIIIII..."
HINATA POV
"Yui...Ukh...". "Kau tidak apa2 Hinata?" tanya seorang laki-laki. 'Mimpi?, apa yang kulihat tadi mimpi?' batinnya. "Ehh...dimana aku?" tanya Hinata. "Kau tidak ingat? Kau mengalami kecelakaan truk di persimpangan Jl. Yoshida," ujarnya. Laki-laki berambut biru itu pun terkejut mendengarnya. "Luar biasanya kau hanya mengalami luka kecil," tambah temannya. "Eh? Benarkah? Err..aku tidak ingat" ujar Hinata sambil memegang kepalanya berusaha untuk mengingatnya. Mendadak ia tersadar, dipandanginya orang yang berada disampingnya, "Err, maaf tapi kau siapa ya?". Tanpa basa-basi orang itu langsung memukul kepala Hinata dengan pemukul baseball. "WADAUWWW! SAKIT TAUUU, MAKIN PUSING AJA NEH KEPALA !" "Hahaha gomen - gomen, ku pikir kau akan mengigat ku jika kupukul dengan tongkat kesayanganmu ini," ujarnya sambil menunjukkan tongkat baseball yang dari tadi digenggamnya. 'Mana mungkin bisa,' batin Hinata. "Yah, aku Fujimaki, temanmu dalam tim baseball, kuharap kau tidak benar-benar melupakan teman sependeritaan mu ini," ujar Fujimaki bangga. "Oh begitu, thanks ya udah nolongin, Fujimaki," kata Hinata sambil tersenyum. "Sama-sama," balas temannya tersebut
End Of Hinata POV
YUI POV
"Ngggggg...akhhh...".
Disuatu tempat seorang gadis baru terbangun dari tidurnya. "Wah sudah pagi, selamat pagi matahari.." ujarnya tersenyum sambil melihat kilauan sang fajar yang membagikan kehangatannya ke Bumi. Ia pun lalu termenung. Ia berusaha mengingat kembali mimpi yang baru saja dialaminya, " Mimpiku tadi malam terasa nyata, walaupun samar-samar...tapi aku yakin memimpikan seorang pria yang berteriak seperti orang gila yang mengatakan akan menik...nik.."
BLUSH...
Semburat merah pun mulai muncul dari pipinya. "Hahaha, mustahil, pasti aku terlalu banyak menonton film Romance...hahaha," ia pun tertawa, meskipun dalam hati ia sangat berharap hal itu akan terwujud.
Ia mendengar suara ketukan pintu lalu menoleh saat seseorang mulai memasuki kamarnya, "Yui kau sudah bangun, nak?" tanya seseorang disana. Yui pun tersenyum, "Sudah maa...", jawabnya kepada ibunya yang sangat dicintainya itu. "Kalau begitu mama bawakan sarapan ya sayang, sebentar," tambah ibunya. "Terima kasih ma," jawab Yui sambil memandang punggung mamanya yang sudah berbalik untuk mengambil makanannya.
Yui pun mengambil sebuah remote kemudian menyalakan tv yang ada di depan kasurnya. Ia pun mulai menekan tombol remote tersebut, mencari-cari channel yang mungkin ia sukai. 'Hhh, tenang seperti biasa heh,' batinnya. Ia kemudian behenti di Nippon channel , ada acara pencarian bakat untuk anak remaja. Ya, memang itulah keseharian gadis berambut merah muda tersebut. Seharian ia hanya menonton tv, makan, minum bahkan mandi di ranjang warna putihnya tersebut. Terkadang ia merasakan kesepian mengutuki dirinya sendiri dan kami-sama untuk kelumpuhan yang dialaminya. 'Kami-sama kenapa kau buat aku tak berdaya, kenapa kau sungguh membuat ku mendapat cobaan yang sangat berat ini. Kenapa tidak kau ambil saja nyawaku ini sekalian, Kami-sama?' batinnya. Lalu ia mulai mengingat kembali apa yang terjadi dulu, 10 tahun yang lalu..
Flashback 10 years ago..
"Yui hati-hati bermain di pinggir jalan nak...bahaya.." kata ibunya mengingatkan. "Iya mahh," ujar gadis kecil itu. Yui kecil memang tomboy dan hiperaktif, tidak bisa diam. Ia lebih sering bermain bola atau mobil dibanding bermain boneka-bonekaan. Tapi takkan ada yang menyangka takdir apa yang akan menunggunya. Saat itu ia sedang bermain bola di halaman belakang rumahnya. Lalu ia tak sengaja menendang bola terlalu tinggi dan melambung keluar. Ia pun mencari-cari bola tersebut dan menemukannya di pinggir jalan. Ketika dia ingin kembali ke rumah. Ia melihat ibunya baru kembali dari pasar. Ia pun berlari mendekati ibunya, "Mamaah, pasti berat ya sini yui bantu," teriaknya senang. Sang ibu yang melihatnya pun mulai menghampirinya, "Jangan lari-lari, Yu—" ibunya terkejut ia pun menjatuhkan belanjaannya. Ia pun berteriak, "YUIII...AWASSSSSS..." Yui yang tak tau menahu menoleh kesampingnya dan membelalakkan mata. Disampingnya mobil sedan sedang menghampirinya. Ia yang tak sempat bereaksi mulai menitikkan air mata, "Mama—".
CIIIITTT...DUAKK...
End of Flashback
Setitik air mata pun mulai membasahi pipinya, ia merasa sedih bila mengingat kejadian yang dialaminya. Kejadian yang telah mengubah hidupnya. Kadang ia merasa sedih melihat ibunya mengurusinya setiap hari tanpa kenal lelah dan letih. Terkadang ia meminta maaf kepada ibunya telah mengurusinya selama ini yang dijawab dengan sunggingan ibunya, 'Yui, kau adalah anak yang sangat mama cintai karena itu jangan lah sungkan, mama melakukan ini bukan karena terpaksa tetapi karena memang keinginan mama sendiri,' ujar ibunya. 'Mama asal melihatmu tersenyum dan senang, itu adalah kebahagian tersendiri bagi mama,' tambah ibunya sambil tersenyum. 'Terimakasih mama, kau adalah mama terbaik sedunia, tidak-bahkan sejagat raya, aku sayang padamu mama,' batinnya sambil menitikkan air mata.
Keesokan paginya seorang pemuda berambut biru terbangun dari tidurnya."Ngggg…nyam…nyam. Sudah pagi ya." Ia pun membetulkan celananya (looh abis ngapain emang?:P), menuju kamar mandi untuk cuci muka, tak lupa ia pun menyikat giginya. Setelah itu ia jogging pagi selama 5 menit untuk melemaskan otot-ototnya, kegiatan ini sudah biasa ia lakoni (maklum atlit). Sepulang sekolah ia berjanji dengan teman-temannya untuk bermain baseball. Ketika ia berjalan, ia melihat seorang ibu-ibu yang sedang kerepotan ingin menyebrang jalan. Ibu itu sedang membawa belanjaan sambil mendorong seseorang di kursi roda. Dengan rasa keadilan yang tinggi, ia pun berkeinginan ingin membantu ibu tersebut, dihampirinya si ibu lalu ia pun menepuk pundak si ibu. "Permisi bu.." sapanya. Si Ibu yang kaget tiba-tiba ditepuk pun menoleh dan menjawab, "Maaf ada apa ya?" Hinata tersadar kalau ia telah mengagetkan si ibu, "Maaf bu bila saya telah menggagetkan ibu, kalau ibu tak berkeberatan saya ingin membantu ibu." Setelah melamun agak lama, si ibu pun mengiyakan," Baiklah, maaf ya kalau merepotkan." Sang pemuda pun membantu ibu itu membawa belanjaannya, karena belanjaan yang cukup banyak, ia pun menawarkan diri untuk membawanya sampai ke rumah si ibu. Mereka sibuk berbincang hingga tak sadar bahwa ada seorang gadis yang membisikkan sesuatu, "Suara itu…"
~ TO BE CONTINUED ~
