Stay

Naruto©Masashi Kishimoto

SasuSaku - Canon

.

.

.

.

.

.

"Seorang ninja tidak boleh menunjukkan emosinya dalam keadaan apapun."

.

.

.

.

.

Gadis muda itu berlari sambil menggenggam tangan pria tua di sampingnya. Wajahnya pucat sepucat rambut merah mudanya. Raut wajah yang biasanya ceria kini terlihat begitu khawatir. Namun ketika ia mengingat kata-katanya gurunya, ia menyembunyikan emosinya. Tidak begitu baik. Namun cukup untuk membuat orang yang tak terlalu mengenalnya tak bisa membaca emosinya.

Langkahnya terhenti kala matanya menangkap dengan jelas sesosok anak lelaki seumurannya tengah terbaring tak berdaya dengan luka di sekujur tubuhnya. Tubuh lelaki itu tertusuk puluhan jarum yang mengenai titik vital di tubuhnya. Mulutnya mengeluarkan darah.

Tubuh gadis itu sedikit bergetar. Airmata bergumul di pelupuk matanya. Langkahnya tertatih mendekati sosok itu. Namun ia tetap berusaha tegar meski dalam hatinya sudah hancur tak terkira.

"Sasuke-kun …."

Lelaki itu adalah cinta pertamanya. Wajah tampannya membuat ia tergila-gila. Ia menyukainya, sangatsangat menyukainya. Sekalipun lelaki itu hanya menganggapnya sebagai gadis yang menyebalkan, ia tetap menyukainya. Ia tetap tersenyum pada lelaki itu, bersikap ceria padanya, berusaha menarik perhatiannya dengan rona merah di pipinya. Meski sekali lagi yang ia dapat hanyalah sikap dingin dari lelaki itu. Ia tetap tak peduli.

Ia tetap menyukainya.

Dan kenyataan bahwa lelaki itu kini terbaring tak berdaya tanpa ada tanda-tanda kehidupan, telah membuat hatinya menangis. Suhu tubuh lelaki itu sudah dingin. Rekan-rekannya berpikir bahwa lelaki itu sudah mati. Namun untuk kesekian kalinya ia berusaha untuk tidak menangis.

Karena ninja tidak boleh menangis.

Sakura berusaha untuk tak menangis. Meski mulutnya yang berbicara sudah bergetar menahan tangis. Pria yang berdiri di belakangnya pun tak dapat membendung rasa sedihnya. Namun Sakura melakukannya. Ia tak menangis. Bibirnya mengulas senyum ketika tangannya mengusap penuh sayang pipi lelaki itu.

Sasuke-nya kala itu terlihat begitu tenang, begitu polos. Tidak seperti biasanya di mana Sasuke begitu dingin. Sasuke-nya begitu berbeda, begitu kesepian. Hingga membuatnya ingin terus berada di sisinya. Sasuke terasa begitu nyata, begitu mudah untuk disentuh. Namun bukan ini yang ia inginkan. Gadis itu lebih memilih menghadapi sikap dingin Sasuke daripada melihat Sasuke seperti ini. Karena Sasuke yang tengah terbaring dihadapannya ini membuatnya terluka, sedih begitu dalam.

Dan tangisnya pun pecah.

"Sasuke-kun … Sasuke-kun … Sasuke-kun … ."

Ia memeluknya, memanggil-manggil namanya. Tangisnya terdengar begitu pedih, begitu memilukan.

Baju lelaki itu basah karena airmatanya. Ya, ia berharap lelaki itu akan bangun dan kembali menyebut namanya. Meskipun itu hanya kata-kata bernada dingin yang akan melukainya.

Ia berharap ini mimpi. Dan ketika ia terbangun, Sasuke ada di sampingnya.

"Sakura …."

"Sasuke-kun?"

"Kau berat."

Dan ketika ia kehilangan harapannya, cahaya itu datang menghampirinya.

Ketika lelaki itu tak sadarkan diri, ia berpikir ia sudah mati. Semuanya gelap. Tak ada apa-apa di sana. Namun ia masih bisa mendengar suara yang memanggilnya. Itu suara gadis itu. Suara Sakura yang terisak memanggil namanya. Suara itu seolah menyadarkannya, membangunkannya dari tidurnya.

Dan mata hitam itu pun kembali terbuka. Sakura tengah menangis di tubuhnya. Aa, rasanya berat.

"Sasuke-kun …."

"Sakura, sakit."

Gadis itu melupakan fakta bahwa kondisi Sasuke dalam keadaan tidak baik. Tubuhnya sakit, bahkan untuk bangun pun sulit. Namun gadis itu malah memeluknya nyaris erat sambil menangis bahagia. Sampai Sasuke mengucapkan kata itu dan membuatnya melepaskan pelukannya. Ia tersenyum bahagia.

Sasuke-nya kembali.

Sasuke-nya masih hidup.

Aa, dan ia pun kembali menjadi fangirl yang menyebalkan bagi Sasuke.

Tak apa. Sungguh. Sakura tak mempermasalahkan itu.

Karena yang terpenting baginya, Sasuke ada di sisinya. Sasuke baik-baik saja. Meski lelaki itu hanya akan menyakitinya.

.

.

.

.

.

"Sasuke-kun … ano … sepulangnya dari sini, kita berkencan, ya?"

"Tidak mau."

.

.

.

.

Fin


582 words

Note: Saya lagi kangen berat sama SasuSaku. Maaf kalau menuh-menuhin archivenya.

Terima kasih sudah membaca :)