Paint My Love

©Kitsune Diaz isHizuka

Nae Sarangeul Paint©Park Jung Hye

Disclaimer: all casts are belong to their self and God

Rated: T

Genre: Hurt/Comfort/Drama

Pairing: Kyuhyun x Sungmin

Warning: Genderswitch, OOC, Typo(s), etc

Don't Like, Don't Read!

And please Don't be Silent Reader!


.

.

.

Chapter 1

Painting in my mind

.

.

.


"Sangat membosankan!" Kyuhyun menendang kerikil kecil yang ada di hadapannya dengan kesal. Jika bukan karena perintah ayahnya ia tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam berkutat dengan ilmu ekonomi, bisnis, akuntasi yang selalu membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

"Kau membolos lagi?" Tepukan keras dibahunya membuat Kyuhyun menoleh dan mendapati Donghae terlihat repot membawa buku managemen bisnisnya yang tebal seperti bantal. Teman satu kelasnya itu paling rajin hadir di semua mata kuliah. Tak heran jika nilainya terus beranjak naik dan menjadikannya salah satu mahasiswa teladan. Sangat menguntungkan bagi Kyuhyun karena ia bisa mencontek atau meminta Donghae mengerjakan tugas yang tertinggal karena hobi membolosnya.

"Kenapa?" Kyuhyun balik bertanya.

"Jika seperti ini terus, kau bisa menjadi mahasiswa abadi," tegur Donghae kesal melihat Kyuhyun sama sekali tidak perduli dengan kuliahnya.

"Kau sudah bosan membantuku?" ledek namja berambut auburn itu.

"Bukan seperti itu, aku—"

"Oppa! Ayo kita makan siang bersama…" kalimat Donghae terpotong dengan kehadiran Jessica. Kyuhyun melirik malas gadis dengan dandanan trendi yang akhir-akhir ini selalu mengganggunya.

"Aku sudah makan," ucap Kyuhyun singkat, lalu menarik tangan Donghae untuk segera pergi.

Jessica menarik tangan kanan Kyuhyun dengan keras hingga membuat Kyuhyun berhenti melangkah.

"Oppa, haruskah berakhir seperti ini?" ucapnya pelan.

Kyuhyun memutar bolamata malas. "Kau sudah tahu sejak awal resikonya berpacaran denganku seperti apa," tukasnya seraya melepas cekalan tangan Jessica.

Jessica menatap Kyuhyun dengan terluka. Ia sadar betul apa resikonya berpacaran dengan cassanova terkenal ini. Ia harus siap didepak kapan saja sesuka hati Kyuhyun. Ia tidak bisa menolak rayuan dan kata manis Kyuhyun kala dulu mendekatinya. Saat itu yang terpikir hanyalah kebanggaan karena berhasil menjadi pacar salah satu mahasiswa popular yang pandai melukis. Selain tentu saja ketampanan dan gayanya yang seperti seniman. Ia sama sekali tak menyangka jika Kyuhyun akan memutuskan hubungan di bulan ketiga, karena selama dekat tak sekalipun sunbaenya ini menunjukkan sikap bosan atau benci padanya.

Jessica selalu merasa sebagai gadis tercantik yang pernah menjadi pacar Kyuhyun. Jika dibandingkan mantan pacarnya yang lain dalam hal gaya, bentuk tubuh hingga paras wajah, Jessica yakin ialah pemenangnya. Siapa yang tidak mengenalinya sebagai model di beberapa majalah fashion Korea. Tapi ternyata semua itu belum cukup untuk menjadikannya pacar terakhir Kyuhyun.

"Oppa, aku bisa mengerjakan tugas harianmu…" kejar Jessica melihat tubuh Kyuhyun menjauh.

"Hei, berhentilah! Kasihan dia," tegur Donghae melihat Jessica berlari mengejar mereka.

Kyuhyun menghembuskan nafas kesal. Gadis ini sungguh menyebalkan, dari awal berpacaran ia sudah memberitahu jika hubungan mereka hanya bertahan paling lama tiga bulan. Selama itu ia sama sekali tak peduli Jessica mengatur hubungan sesuai keinginannya, asalkan saat harus putus tidak boleh ada penolakan.

"Kamu mau apa? Jangan sia-siakan waktumu untuk membantuku!" bentak Kyuhyun dengan nada tinggi.

Mata Jessica memerah. Terlihat sekali ia ingin menumpahkan airmatanya.

"Oppa, aku tidak bisa pisah darimu," ucapnya pelan sambil menunduk.

Kyuhyun membuang wajahnya. Sudah puluhan kaliia mendengar kalimat sama keluar dari bibir Jessica, sudah berkali-kali pula ia mengatakan jika hubungan mereka telah selesai dan jangan mengganggunya lagi.

"Cukup, aku muak! Ini terakhir kalinya aku mendengar kamu mengucapkan kalimat itu!" teriak Kyuhyun kesal lalu pergi meninggalkan Jessica yang telah berurai airmata.

"Kyuhyun… aiish, bagaimana ini?" ujar Donghae bingung melihat Jessica tengah menangis tersedu-sedu.

"Sabarlah!" ucap Donghae seraya menepuk bahu Jessica untuk membuat gadis itu tenang.

"Bagaimana bisa kau lakukan ini padaku, Kyuhyun-ah?" isaknya sambil menghapus airmata yang mengalir deras.

Donghae tidak bisa berkata apa-apa selain terus mengusap punggung Jessica.


XXXX

Kyuhyun mengambil sehelai kanvas untuk melampiaskan kekesalan hatinya dengan mulai mencoret. Tiap kali suasana hatinya sedang tidak baik ia akan datang ke Fakultas Kesenian dan bergabung dengan mahasiswa seni. Melihat mereka begitu serius memahami coretan demi coretan seolah mengobati luka hatinya.

Di tempat inilah ia merasa dirinya hidup dan bernyawa. Ia diterima dan diakui sebagai teman, sahabat bahkan mentor bagi para mahasiswa baru yang ingin serius mendalami dunia melukis. Beban berat yang berada di pundaknya seolah lepas begitu saja jika sudah mencium bau cat minyak berbagai warna.

Dari kelas melukis inilah ia mengenal Park Jung Soo, atau yang lebih dikenal dengan nama Leeteuk, mahasiswa tingkat akhir yang merangkap menjadi asisten dosen. Melihat minat melukis Kyuhyun yang begitu tinggi, ia rela membagi sedikit waktunya untuk membagi pengetahuannya tentang dunia melukis pada Kyuhyun.

.

.

Kyuhyun tidak tahu sampai kapan akan seperti narapidana yang diberikan hukuman seumur hidup. Bukan salahnya jika ibu memilih bercerai dengan ayah yang memiliki hobi main perempuan. Ia bosan melihat dengan mata kepala sendiri ayahnya membawa perempuan lain ke dalam rumah mereka.

Tiap kali akan bertindak untuk memberi pelajaran pada semua wanita itu, ibu selalu melarangnya. Ibu memilih untuk tetap bertahan demi kebahagian Kyuhyun karena ia merasa tidak bisa melindungi anak semata wayangnya.

Puncak kesabaran ibu berakhir saat salah satu wanita simpanan ayah menuntut untuk dinikahi. Tak akan pernah terlupakan pertengkaran hebat yang terjadi malam itu.

Kyuhyun hanya bisa terpaku mendengar dan melihat ayah memperlakukan ibu seperti patung mati yang tidak bisa melawan. Hatinya terasa sesak melihat airmata ibu yang terus menetes saat membereskan semua barang miliknya. Kesetiaan ibu selama ini sama sekali tidak berharga di mata ayah.

Jika tidak ingat pesan ibu, ingin rasanya Kyuhyun terjun bebas ke dalam Sungai Han dari atas jembatan Banpo. Ibu berpesan agar Kyuhyun menjadi pewaris tunggal perusahaan. Ibu tidak ingin Kyuhyun tersingkirkan oleh wanita simpanan ayah. Ibu memilih tinggal dengan orangtuanya di Chamseok untuk hidup tenang. Biarlah ibu yang mengalah demi masa depan putra kesayangannya.


XXXX

Sungmin merapikan kemeja sebelum mengikat rambutnya yang panjang dengan ikat rambut pink, warna favoritnya. Ini hari pertamanya kuliah di salah satu universitas terkenal di Korea. Keluarganya pindah ke Seoul karena ayah tirinya mendapat kenaikan jabatan sebagai manager pemasaran di kantor pusat. Sebenarnya Sungmin lebih nyaman berada di Pulau Nami yang berada di Kota Chuncheon dan masuk ke dalam Provinsi Gwangwon Do. Di tempat inilah ia lahir dan menghabiskan masa remajanya.

"Sudah siapkah untuk berangkat ke kampus barumu?" Nyonya Lee menegur putri tunggalnya yang terlihat masih melamun.

Sungmin tersenyum seraya mengangguk meski sedikit enggan. Ini pertama kali dalam hidupnya datang ke sebuah lingkungan baru yang sangat asing. Ia bahkan tidak mengenal siapapun dikampus berunya itu. Sifat kaku dan pendiam membuatnya sulit untuk bergaul, apalagi menyapa orang lain yang belum dikenalnya.

"Kamu pasti akan baik-baik saja, ayahmu sudah mendaftarkamu di kelas seni agar kemampuan melukismu semakin baik," lanjut Nyonya Lee seolah bisa membaca kegelisahan putrinya.


XXXX

"Gomawo sudah mengantarkanku…" pamit Sungmin kepada ayahnya.

Tuan Lee memegang bahu Sungmin yang langsung ditepis cepat olehnya. Ia tersenyum tipis melihat gerakan refleks yang dilakukan putrinya.

"Belajarlah dengan baik, apakah appa harus menjemputmu kembali?"

"Tidak perlu, aku bisa menggunakan bus untuk pulang ke rumah," ucap Sungmin cepat lalu meninggalkan tubuh Tuan Lee yang masih terpaku memandangnya.

Gedung kampus yang megah, suasana yang hiruk pikuk dengan banyaknya mahasiswa yang hilir mudik membuat bulu kuduk Sungmin meremang. Ia seolah merasakan semua orang sedang menatapnya dengan pandangan aneh. Mereka terlihat seperti sedang menelanjangi dengan sempurna.

Ia mempercepat langkah menuju ruang informasi untuk bertanya di mana letak Fakultas Seni yang sedang ditujunya. Karena terburu-buru dan berjalan dengan menundukkan kepala, tanpa sengaja menubruk orang yang berada di hadapannya dan menyebabkan segelas kopi yang digenggamnya tumpah.

"Mian, Mianhae!" ucapnya cepat seraya membungkukkan tubuhnya.

"Memangnya kau tidak lihat tubuhku sebesar ini, hah!" bentak pria yang kini membalikkan tubuh dan memandang wajahnya dengan penuh amarah.

"Mian, aku sedang terburu-buru…" sesal Sungmin.

"Lihat! Apa yang aku lakukan dengan kemejaku!" Pria itu menunjukkan kemejanya yang ternoda karena tumpahan kopi.

Sungmin buru-buru mengeluarkan sapu tangan ingin membersihkan, tapi tangannya lebih dulu ditahan.

"Aku tidak mau kemejaku tersentuh oleh tangan kotormu!" umpatnya kesal.

Sungmin terperangah mendengar kalimat kasar yang keluar dari pria di hadapannya.

"Aku… aku hanya ingin membersihkan…"

"Sudah! Jangan di teruskan lagi, kau sudah membuat membuat hariku jadi berantakan," potong pria itu lalu merampas sapu tangan Sungmin dan membersihkan kemejanya sendiri. Tapi tetap saja noda itu tidak mau hilang. Ia melempar sapu tangan ke wajah Sungmin untuk meluapkan kekesalannya.

Jantung Sungmin berdetak lebih kencang, keringat dingin bercucuran dari dahinya, ia melihat wajah pria di hadapannya berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan. Tangannya mencengkeram erat tas untuk membuatnya tetap sadar. Tidak! Tidak boleh pingsan di sini! Ini akan sangat memalukan.

"Apa kau seorang pria, hanya masalah kecil seperti ini harus sekasar itu pada wanita!" tegur seseorang yang membuat kesadaran Sungmin kembali.

"Kau tidak lihat apa yang sudah di lakukannya?" balas pria itu tak mau kalah.

"Dia sudah meminta maaf, apa kau tidak mendengar?"

"Kalian berdua sama saja, manusia tidak berguna yang—"

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya. Pukulan keras sudah melayang ke wajahnya dan membuatnya jatuh tersungkur.

"Sudah… Sudah! Bubar! Kenapa kalian harus ribut! Kyuhyun kau ini bikin malu saja…" omel Donghae sambil membantu pria yang dipukul Kyuhyun untuk berdiri dan menyuruhnya pergi.

"Seenaknya saja kalau bicara," umpat Kyuhyun tak peduli dengan omelan Donghae.

Sungmin terpaku melihat kejadian di hadapannya. Ia sama sekali tidak menyangka apa yang tak sengaja di lakukannya memancing keributan hingga menarik perhatian mahasiswa lain dan menjadikannya tontonan gratis.

"Gwaenchanayo?" tanya Kyuhyun lembut.

Sungmin menggeleng keras, takut jika sosok di depannya ini juga akan melampiaskan kembali emosinya.

"Apa kau mahasiswa baru?"

Sungmin mengangguk.

"Fakultas apa?"

"Seni."

"Cho Kyuhyun imnida dan ini temanku Lee Donghae," Kyuhyun mengenalkan dirinya pada Sungmin yang masih seperti orang bingung.

"Lee Sungmin imnida," ucapnya pelan.

"Apa kau perlu bantuan?" tanya Donghae yang melihat Sungmin gelisah.

Sungmin menggigit bibirnya ragu untuk bertanya.

"Itu… aku tidak tahu dimana letak Fakultas Seni," ucapnya seraya menundukkan kepala.

Kyuhyun tertawa keras melihat sikap sungkan gadis manis di depannya. Ia heran kenapa untuk bertanya letak kampus saja gadis ini begitu ketakutan.

"Kamu jalan lurus saja lalu gedung yang ada di sebelah kanan itu tempatnya." Donghae dengan sabar menjabarkan.

"Gamsahamnida…" ucap Sungmin sambil membungkukkan tubuhnya lalu berjalan menuju arah yang diberikan Donghae.

"Hei, dia bahkan belum berterima kasih padaku karena sudah menolongnya tadi," protes Kyuhyun melihat Sungmin pergi begitu saja tanpa bicara apapun padanya.

"Sudahlah. Jangan diperbesar lagi masalahnya. Wajar jika dia belum tahu banyak tentang kampus kita," putus Donghae menyudahi protes Kyuhyun.

"Dia itu aneh sekali, bagaimana bisa gadis seperti itu masuk ke kampus kita?"

"Aneh bagaimana? Dia tidak ada bedanya dengan gadis lain di kampus ini." Donghae balik bertanya. Ia heran dengan penilaian Kyuhyun.

"Sekarang ini sedang musim panas untuk apa dia memakai sweater setebal itu ke kampus," celotehnya.

"Hei, aku benci sekali mendengar kau mengomentari selera berpakaian gadis-gadis di kampus ini bak seorang designer."

"Tapi memang aneh! Apa dia tidak merasa kepanasan memakai pakaian seperti itu sepanjang hari? Padahal wajahnya cukup manis."

"Ah, sudahlah! Itu bukan hal penting, biarkan saja mereka memakai apa saja asal jangan datang ke kampus ini dengan telanjang." Donghae tertawa meninggalkan Kyuhyun yang hanya meringis.

TBC


A/N:

Annyeong~ Saya kembali dengan fic baru. Fic ini tercetus saat sedang membaca novel Korea yang berjudul Nae Sarangeul Paint. Entah kenapa saya jadi teringat Kyumin. Coba-coba dibikin versi Kyumin dan beginilah hasilnya.

Bagaimana? Hapus atau lanjut?

Mohon apresiasinya dengan memberikan kritik dan saran di kotak review. m(_ _)m

Gomawo ^^

R

E

V

I

E

W

Kitsune Diaz isHizuka