Hallo minna~ ini fic pertama Hie yang pastinya TYPOS, jadi gomen kalau ceritanya aneh banget. Lagi pula aku juga jarang ngarang cerita, hihhihi…. Ini aja jadinya lama banget (ampe berabad-abad, bolak-balik masuk kuburan) tapi karna ada yang nyemangatin Hie, jadinya slese juga deh. Arigatou, Aika Ray-chan! Uda deh gak usah banyak bacot. Mulai…!

Naruto milikku *di depak ama Masashi Kishimoto sensei*

Care! © Kyukei Hie Ru

smua chara ini bukan milikku,.trus buad kyuubi...saia terispirasi dri fic-nya Kucing Perak senpai, jadi maap ya senpai,,, kalo udah obrak-abrik seenak jidat...hohohoho

Prolog…

Rating T, mungkin untuk keanehanya -?-

Warning:

OOC, AU, gaje, tidak sesuai dengan EYD, alur berantakan, de el el.

DON'T LIKE DON'T READ!

Summary:

Naruto dan Sasuke terpaksa terjebak karena ulah kakak Naruto yang memasukkan mereka ke dalam sekolah militer. Bahkan mereka sempat dijadikan sebagai kandidat untuk melewati siksaan seperti di neraka. Lalu Naruto mulai mencari jalan keluar dengan Sasuke sebagai bahan pelariannya.

Bener-bener mulai…

Enjoy…

Pukul 06.35 WKS (Waktu Konoha Setempat)

Dari kejauhan tampak dua orang pemuda yang berlari. Yang satu berambut pirang bermata biru dan yang satu berambut hitam bermata hitam juga dengan kotak-kotak kardus ditangannya. Tampaknya si Rambut Hitam tertinggal cukup jauh.

"Hosh, hosh, hosh…. cepatan Teme!"

"Sabar Dobe, kau bisa lihat kan kalau aku lagi bawa nih kotak. Kamu mau membawanya?"

"Heiiii…!" si rambut pirang mencerca "Emang, siapa yang pernah bilang kalau dia lebih kuat n pinter dari aku, heh Tuan Sok Perfect? Lagi pula, aku kan udah bawa tas sekolah kita."

Belum sempat si Hitam, eh… si Rambut Hitam ngejawab, terdengarlah suara yang tidak mereka harapkan sama sekali. "Guk, guk, guk… guk, guk!" rupanya itu yang membuat mereka sampai lari-lari pagi ini.

"Huwaa… Teme, aku duluan ya!" dengan itu si Pirang berlari sekuat tenaga meninggalkan Sasuke sendiri.

"NARUUTO~OOO!" Si pirang yang diketahui namanya Naruto, Namikaze Naruto tepatnya mendengar jelas suara seperti apa yang dilontarkan teman sejolinya itu dari kejauhan.

"Maapin aku Teme, aku gak ada maksud ninggalin kamu. Aku cuma… cuma…pokoknya maakan aku Sasuke, hiks!" katanya dengan suara lirih dan pedih yang dibuat-buat, yang jelas dia bisa selamat walaupun harus kehilangan sahabat pantat ayamnya itu, tragis, sadis, dan hiperbolis. Memang keadaan seperti itulah yang udah biasa ditampakkan oleh kedua pemuda itu. Kasihan si Pantat Ayam er.. maksudku Sasuke. *salahin rambut loe yang mirip pantat ayam, Sas!*

Naruto tampak kelelehahan, entah sudah berapa menit dia berlari meninggalkan Sasuke. Dan tampaklah gedung sekolah yang akan ditempatinya beberapa menit lagi, gedung yang sudah menjadi tempat suka-dukanya selama tiga bulan terakhir. Sakuin Konoha High Shool (SKHS). Suatu rahasia besar jika sebenarnya sekolah ini merupakan sekolah militer yang dikhususkan mencari orang-orang hebat di masa depan. Dari luar sekolah ini biasa saja namun sebenarnya banyak peristiwa luar binasa di dalamnya. Gak tanggung-tanggung berbagai senjata pun disediakan di sekolah itu. Bahkan beberapa senjata yang diimpor dari luar negeri dimodifikasi secanggih mungkin. Gedung-gedung yang berdiri dengan megah itu juga telah diantisipasi dengan bahan anti peluru yang dijamin ketulenannya.

Akhirnya, Naruto berhenti di halaman belakang sekolah. Ia mengatur napasnya sejenak dan duduk bersender di bawah pohon sakura sambil menengadah ke langit.

Naruto's POV

Setelah lama aku berlari dengan si Teme, akhirnya aku bisa duduk tenang juga. Kalau dipikir-pikir kasian juga ya, si Teme. Hahh… capeknya, kakiku pegel semua, duh… gimana keadaan Teme? Jangan-jangan dia mati lagi dicincang anjing bulldog sialan itu, gawat nih mau bilang apa aku ke ortunya. Bisa-bisa digantung idup-idup aku. Grrr…

"Jashin-sama tolonglah ampuni dosa-dosa Sasu-Teme, terimalah dia di sisimu! Dan semoga ortunya gak ngegantung aku idup-idup huwee…he..he…" nangis gak niat sambil sesenggukan.

"Oh, jadi kamu lebih takut kalau ortuku ngeroyok kamu dari pada aku yang mati karna kamu tinggalin, heh?"

Hah…aku gak percaya. Aku gak salah denger kan? Itu kan suara…suaranya…Sasu-Teme. Dengan gerakan slow-motion ala robot buatan Jepang yang baru-baru ini diluncurkan, aku noleh pelan-pelan ke arah belakang. Aku sih berharap suara itu hanya ilusi semata. Dan kalaupun permohonanku gak terkabul, semoga itu bukan Sas-

"Huwaaaa, hantu Temee…huwa siapa aja tolong akuuu….. aw, itte!" Suaraku tertahan, knapa hantu bisa njitak kepala orang ya? Hebat bener hantunya, pasti berkelas tuh. (kayaknya kejeniusan nih Namikaze mulai tampak -?-) Saat aku mau protes hantu-Teme malah nyembur ke mukaku.

"Dasar buodoh, otak cetek, gak setia kawan, rakus, jorok, gak berpendidikan, gak taw sopan, mulut toa, sinting, gak taw tatakrama, stupid, jelek, usuratonkachi, baka, DOBE!" wokey dia ngomong tanpa jeda sedikitpun ke arah pas di mukaku. Uh, ujan….(baca: air liurnya Sasuke)

"Kamu tuh udah ninggalin aku trus skarang kamu malah ngatain aku hantu, kau mau ngehina aku sampe tahap mana, heh?" dia nambah kalimatnya setelah ambil napas sekali.

"Yah, sori deh… gomong-ngomong kok kamu masih bisa slamet sih dari tuh anjing, Teme?" Aku bertanya ama Teme sekedar untuk mencairkan suasana agar dianya gak melampiaskan kemarahannya ke aku.

Normal POV

'Sialan nih Dobe berani-beraninya ngalihin pembicaraan. Aku ingat bener saat-saat nyawaku diperjuangkan sehidup semati tau, inner Sasuke berbicara. Tentu saja dengan mudah Sasuke tahu apa isi otak yang berputar di dalam kepala Naruto, secara… mereka udah sahabatan lama banget bahkan pas masih ada di dalam kandungan. Kenapa bisa? Itu karena kaasan merekalah yang sudah membuat ikatan batin tuk di jadiin BFF. *emang dukun? Paranormal? Mungkin! Eh, tapi beneran kok.*

Flash Back

Sasuke yang tengah berlari sendirian dengan anjing yang mengekor di belakangnya. Ia menduga lama-kelamaan akan ketangkep juga. Saat itu Sasuke berpikir keras, antara mencoba tetap berlari ataukah menghadapi secara jantan sang anjing. Dan ia putuskan bahwa pemikiran pertamalah yang akan ia buang. Satu kali rem dan Sasuke segera berbalik ke belakang menghadap sang lawan, anjing. Rupanya sang lawan juga berhenti, menatap tajam Sasuke dengan mata anjingnya.*ya iya lah masa pakai mata orang?* Sasuke meletakkan kardus-kardus yang tadi dibawanya ke tempat yang sudah diperkirakan tidak akan rusak oleh pertempuran yang akan dia buat sendiri nantinya.

Sementara itu suasana tampak tak begitu ramai karena masih terlalu pagi atau memang jalan itu jarang dilalui orang-orang. Angin yang berhembus menambah sunyi kala itu. Lalu keheningan itu terpecah dengan menggelindingnya sebuah bola tangan dari arah kanan Sasuke. Muncul seorang anak berumur 6 tahun, rupanya bola itu miliknya. Saat anak itu mengambil langkah, secepat kilat Sasuke dan Anjing bulldog memberikan deathglare level teratas-nya pada anak itu.

SETT…

Ia mengerem. Anak berambut biru itu membeku sebentar dan segera berlari masuk rumah setelah dirasa tubuhnya mulai mencair *?* Bibirnya bergetar dan kelopak mata anak itu meneteskan air asin. Oh… ternyata mencari induknya.

"Kasaan, kasaan! Ada kakak 'pantat ayam' dan anjing bulldog yang menyeramkan di luar sana, Konan takut."

Rasanya alis kanan Sasuke berkedut mendengar kata 'pantat ayam' yang dikeluarkan melalui tangis anak kecil, yang diketahui bernama Konan tadi. Sasuke berjanji bahwa jika suatu hari nanti ia masih hidup dan mempunyai seorang anak, ia akan mendidiknya mengenai tata cara sopan santun ataupun tatakrama kepada orang yang lebih tua. Oke, kembali ke perjuangan Uchiha bungsu.

Kali ini Sasuke menatap si Anjing dengan lebih serius. Begitu pula sebaliknya dengan si Anjing. Jauh di dalam, Sasuke sedang berpikir sekaligus berpose ala L yang lagi berhadapan dengan Light. Dapat, ia menarik kesimpulan yang menyatakan kalau anjing itu tidak mempunyai majikan karena si Anjing tidak memakai kalung anjing. Kembalilah angin bertiup untuh kedua kalinya.

Thak..thekk… thek…tkk…

Sebuah kaleng bekas terjatuh dari tong sampah terdekat lalu menggelinding seolah mau menjadi wasit diantara mereka. Tapi begitu aura membunuh keluar dari kedua belah pihak, Sasuke dan anjing, secara ajaib Sang kaleng bekas berhenti di tempat. Entah apa artinya itu karena aura membunuh mereka yang terlampau kuat ataukah hanya karena angin yang mulai berbenti berhembus, author pun juga tidak mengetahui kebenarannya dengan pasti. Yang jelas kalengnya berhenti. *reader: kapan pertarungannya dimulai?*

Setelah beberapa peristiwa itu terjadi, kali ini Sasuke bisa memastikan kalau tidak akan ada gangguan lagi, hanya ada dia dan penantang (tadi sang lawan terus si Anjing dan sekarang penantang, gelarnya banyak banget yah?) Dengan otak jeniusnya, Sasuke mencoba mencari cara untuk bisa mengalahkan atau bahkan menakhukkan si Anjing. Memori otaknya pun bergerak memutar rekamannya beberapa bulan yang lalu saat ia menonton serial anime fave-nya di televisi bersama aniki tersayang, Itachi. Sasuke membayangkan kalau dirinya adalah Youichi Hiruma, sang iblis dari Deimon yang melawan Cerberrus hanya dengan menggunakan kalung anjing. Dengan gerakan kilat memakaikan kalung itu ke anjing dan akhirnya Hiruma menang. Tampaknya baru saja kita ketahui kalau Sasuke adalah penggemar berat anime Eyeshield. Tapi itu tak kan mungkin ia lakukan mengingat ia bukanlah seorang iblis seperti Hiruma.

Kemudian Sasuke berpikir kembali. Mungkin ia bisa secepat itu kalau saja ia mempunyai mata sharingan. Rupanya Sasuke juga penggemar berat anime Naruto terutama chara yang bernama Uchiha Sasuke. 'Dia memang selalu terlihat keren', ucap Sasuke dalam hati saat membayangkan 'Uchiha Sasuke' di anime Naruto. Tapi lagi-lagi ia tak bisa, dia sama sekali bukan tokoh anime di manapun. Yah mungkin yang terakhir tadi benar, sayangnya di fic ini, author samasekali tidak mengijinkan. Jelas-jelas di atas tertulis AU, AU, AU!*minna: iya udah tahu!*

Sasuke menggeleng pelan, Si Anjing kebingungan melihat lawannya yang mulai menampakkan tanta-tanda orang abnormal. Si Anjing sih Cuma menggonggong memastikan Sasuke tidak terkena rabies*?*. Sasuke menatap anjing itu balik, pertanda ia tidak rabies. Ia berambisi melawan anjing tersebut degan cara yang diijinkan oleh author yaitu maju langsung tanpa senjata. (author emang kejem) Sasuke memulai langkah awal dengan satu langkah, si Anjing menggonggong dua kali. Dengan itu, keduanya mengawali pertarungan yang luar biasa sengit. Bahkan badan jalan pun mungkin bisa tidak berbentuk lagi. Dan sebaiknya tidak usah diceritakan lebih detil karena ceritanya akan berbelit-belit juga untuk menjaga image keluarga Uchiha pantat ayam.

End of Flash Back

"Teme, kamu masih hidup kan? TEME!"

"Jangan teriak pakai mulut toamu, Dobe! Telingaku sakit," teriak Sasuke setelah sadar dari lamunannya.

"Makanya gak usah ngelamun. Mana kotaknya, Teme! Jangan bilang kalau kau lupa!" tantang Naruto dengan mata selidik.

"Aku tidak sebodoh itu, Dobe." Sasuke mengeluarkan kardus yang sedari tadi dibawanya. Saat tangan Naruto hampir menyentuhnya, Sasuke kembali menariknya.

"Tunggu, Dobe!" katanya dengan mimic serius.

"Eh?" Naruto tersentak mendengar perintah Sasuke. Jangan-jangan Sasuke akan memintanya melakukan hal-hal konyol karena sudah meninggalkan Sasuke sendirian tadi. Peluh keringat tiba-tiba saja membanjiri wajah berkulit tan nya.

Sasuke memajukan wajahnya ke hadapan Naruto, mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda pirang itu.

"Hey, kenapa tampangmu jadi aneh kayak gitu? Aku kan cuma mau tanya apa isi kotak ini?." Sasuke menautkan alisnya. Sejak awal ia memang tidak mengetahui apa isi dari kotak itu. Pertama kali Sasuke bertanya, Naruto hanya menjawab sekenanya dan kurang jelas bagi Sasuke.

"Fuhhh… aku kira kamu mau ngapain, ternyata…" Naruto menggantungkan kalimatnya, "Aku kan pernah bilang di kotak ini tersimpan benda-benda yang akan membantu memperlancar strategi kita berdua. So, aku suruh kamu yang bawa supaya gak ada yang rusak."

"Langsung ke inti, Dobe! "

"Oke, mendekatlah!" mendengar perkataan Naruto, Sasuke langsung memasang topeng serius (lagi) sekaligus penasaran. Entah kenapa perasaan Sasuke jadi tidak enak bahkan ia sempat berpikir lebih baik kalau tidak melihatnya saja untuk sementara waktu. Sasuke menelan ludah satu setengah kali sebelum Naruto memperlihatkan isi kotak itu. Benar saja kotak itu berisi-…

"Apa-apaan ini, Dobe? Buat apa benda menjijikan ini kita bawa? Huuu~…kasian tangan-tangan manisku." Narsis Sasuke di sela-sela perkataannya sambil melihat kedua telapaknya sendiri.

Ia menjauh tiga meter dari tempat semula. Untung Naruto masih sibuk ngecek 'harta'nya di dalam kotak. Jadi ia tak mendengar saat-saat di mana Sasuke bernarsis-ria. Kalau saja iya, habislah riwayat Uchiha.

Tapi mungkin ada benarnya Sasuke menganggap benda itu sangat mengerikan. Baik ayo kita tengok apa isinya.

Jreng, jreng, jreng…

Kotak-kotak itu berisi satu buah wig dengan warna pirang, sarung tangan berwarna hitam, dress cantik yang didominasi oleh warna coklat tua, gaun berwarna biru tua, enam buah t-shirt dengan warna berbeda-beda, peralatan make-up komplit, n de el el. Intinya peralatan cewek semua (or banci? Pakai wig sih!). Sungguh ini pemandangan yang luar biasa 'mempesona' mata bagi Uchiha Sasuke.

Melihat temannya mencak-mencak sendiri, Naruto angkat bicara.

"Tenanglah Sasu-Teme, kita akan mulai beraksi…" punggung Naruto bergetar, saat Sasuke mendekat dan ingin memegang pundaknya tiba-tiba saja Naruto tertawa "Hehe….he…huahahahahaa…." awalnya suara gelak tawa Naruto hanya pelan tapi kelamaan seperti orang kesurupan. Bahkan, baru pertama kali ini Sasuke melihatnya. Sampai ia merinding sendiri. Mungkin ada rencana setan di balik semua ini. Lamunan Sasuke pun buyar setelah mendengar Naruto mengatakan sesuatu.

"Sasuke… menurutmu siapa yang akan menang, setan atau iblis, hemh?"

Kali ini Naruto menyeringai aneh, seringai yang membuat bulu kuduk Sasuke yang tadi sempat tidur jadi berdiri. Bahkan Naruto menggunakan kata 'Sasuke' dan bukan 'Teme'. Mungkin Sasuke sedang berpikir bahwa Naruto yang ia kenal sudah disandera oleh orang di depannya.

Sebenarnya lawan mereka bukanlah seorang manusia pada umumnya. Bahkan Naruto yang merupakan saudaranya sendiri memanggilnya dengan iblis. Ya, dia seorang Namikaze sama seperti halnya Naruto. Sayangnya dia berjuta-juta kali lipat lebih kejam, sadis, dan licik dari Namikaze manapun.

"E.. entahlah, Dobe." Ucap Sasuke tergagap. Ia tidak mengerti jalan pembicaraan Namikaze yang satu ini. Atau mungkin semuanya.

"Baiklah, Teme ayo mulai!"

"Ah?"

"Kenapa lagi?"

"Memang mau apa kau, Dobe?"

Naruto mengernyitkan dahinya. Ia berharap kalau Sasuke akan segera tahu maksud dari perkataan maupun perbuatannya.

"Udahlah, aku tahu kalau kamu sebenernya sudah tahu maksudku, Teme."

"Jangan bercanda, Dobe! Kau tak kan membuat kita pakai 'ini' kan?" Sasuke berkata setengah membentak sambil nuding-nuding isi kotak itu.

"Ya enggak lah, tapi yang makai ini tuh-"

JLEBB…

Tiba-tiba sebuah jarum menancap di pohon sakura di belakang Naruto dan Sasuke. Saat mereka berbalik ke arah jarum itu datang mereka tak melihat siapapun. Tapi segera mengetahui siapa orang itu setelah melihat jarum yang diluncurkan ke arah mereka tadi. Jarum itu tidak terlalu menancap dalam tapi jarum itu di olesi racun atau mungkin obat tertentu oleh empunya. Dengan sigap Naruto dan Sasuke menyembunyikan kotak itu di semak-semak terdekat (kebetulan ada semak yang memang dikhususkan ada buat latihan lapangan).

"Hati-hati, dia masih ada di sekitar sini!"

"Iya, iya aku ta-"

"DOBE!" Segera Sasuke mendorong Naruto dengan kakinya. Yeah, dengan kaki karena jarak antara dia dengan Naruto cukup jauh dan hanya bisa dijangkau dengan kaki saja.

BUAKK…

JLEB, JLEB, JLEB…

Tiga buah jarum berturut-turut membanjiri mereka. Untungnya tidak kena. Sementara dari dalam gedung Sakuin Konoha High School (SKHS) terlihat seseorang memakai seragam yang sama dengan yang dikenakan Naruto dan Sasuke. Hanya saja lambang di kemejanya menunjukkan bahwa ia dua tingkat lebih tinggi dari mereka.

"Dobe cepat lari dari sini!"

Sasuke tahu kalau mereka tidak segera pergi dari tempat itu, mereka tak kan bisa selamat. Walau mereka sudah bersembunyi di balik pohon sakura, sang iblis akan mencari celah.

"Cepat sembunyi di balik gedung!" lagi-lagi Sasuke mengomando.

Dengan sigap mereka menghindar dari jarum-jarum yang meluncur hampir secara bersamaan. Mereka tahu kalau jarum itu sama sekali tak berbahaya, karena memang tidak diperbolehkan oleh sekolah, hanya saja apabila sampai kena itu jelas tak kan menguntungkan mereka. Sedikit lagi, dua meter lagi mereka akan terbebas untuk sementara. Satu meter lagi dan….

CRASS…

BUAKKK…

Hampir bersamaan dengan jatuhnya tubuh Naruto ke samping gedung, lengan dan kaki kirinya terserempet jarum.

"Aargh… sial!"

Sayang sekali dari tadi Naruto hanya bisa berada di belakang Sasuke. Sejak awal jaraknya dengan gedung utama lebih jauh dari pada Sasuke. Ditambah dengan kecepatan Naruto yang memang tak lebih cepat dari sahabat dekatnya itu.

"Ada apa? Kau terkena jarum rubah sialan itu?"

Naruto masih tidak bergeming, hanya terdengar suara rintihan yang keluar dari mulutnya "Che….!"

"DOBE." Suara Sasuke meninggi tapi terdengar jelas nada khawatir yang terselip dari kata itu. Sasuke memang gampang khawatir mengenai masalah Naruto. Baginya Naruto itu adalah adik kecilnya sedari dulu. Adik yang selalu menemani dan mengiburnya setiap kali ia sendirian. Adik yang selalu dimanja dan disayanginya.

"Sial, sulit digerakkan."

"Ayo, kita ke Rugon Kussi (Ruang Pengobatan Khusus Siswa)!"

Saat kejadian itu berlangsung, tidak ada murid lain yang melihatnya karena jam pelajaran memang sudah berlangsung. Selagi mereka berjalan, dengan Sasuke memapah Naruto, seseorang yang disebut 'rubah sialan' itu terkekeh.

"Heh…heh…heh…rupanya anak ayam itu lebih lincah. Tapi…sayang sekali gue udah nemuin kelemahannya."

Di Rugon Kussi

BRAKKK….

Sasuke mendorong pintu (kasar) dengan kaki kanannya. Tanpa ba-bi-bu lagi Sasuke segera masuk dan membaringkan Naruto di tempat tidur terdekat, tidak memperdulikan tatapan kaget plus ngeri dari petugas penjaga.

"Ada apa dengan Naruto, Sasuke?" Seorang penjaga Rugon bertanya, "Apa kalian diikutsertakan, Sasuke?"

"Ah? Sizhune-sensei, tampaknya kau benar… Aku mohon! Tolong, cepatlah sembuhkan Naru!" Sasuke memohon seraya berlogat histeris di depan sensei-nya itu.

"Tenanglah Sasuke, aku akan coba memeriksanya terlebih dulu. Dan… diamlah!"

Setelah mengamati dan memeriksa keadaan Naruto, Sizhune berjalan mendekati almari obat dan mengutak-atik hendak mencari beberapa obat yang dia perlukan.

"Sasuke, bantu aku mengambil handuk dan sebaskom air!"

"Argh…Sizhune-sensei…. tangan dan kaki kiriku…argh… " Naruto mengerang kesakitan, nampaknya racun itu mulai bereaksi kembali.

Sizhune kembali berjalan menuju ke tempat Naruto berbaring. Dan kali ini ia menyadari sesuatu. "Ah! Racun ini, bukankah-…"

"Sizhune-sensei, ini air dan handuknya."

"Taruh di sini!" kata Sizhune sambil menunjuk meja di sampingnya, "Kau tahu siapa yang melakukan ini, Sasuke?"

"Hn, mungkin." Ia tak mau banyak bicara dan terus memperhatikan keadaan Naruto. Di luarnya sih memang selalu terlihat dingin tapi sebenarnya ia sudah khawatir sepertujuh hidup.

"Sasuke, perlu kau ketahui racun obat ini tidak bisa sembarangan didapat karena belum terealisasikan secara sempurna. Bahkan di Konoha sendiri, racun ini hanya dapat ditemukan di sekolah kita. Menurut sampel yang tersisa di lab sekolah kita, jenis dari racun ini dapat langsung membahayakan nyawa korbannya. Akan tetapi karena Naruto tampaknya hanya mengalami kelumpuhan, maka dapat dipastikan seseorang telah merubah struktur atau bahkan menyempurnakan komposisi banding racun ini." Jelas Sizhune panjang lebar.

"Aku tak heran, karna…yang kami lawan adalah orang yang menyandang pangkat Dallions."

Dallions merupakan anggota Akatsuki yang menduduki peringkat atas dan terdiri dari tiga orang. Setiap tingkatan kelas memiliki anggota Akatsuki maupun Dallions kecuali untuk tingkatan kelas satu karena baru masuk tahap seleksi. Dalam seleksi itu sendiri sudah dapat ditentukan mereka akan menjadi anggota Akatsuki biasa ataukah bagian dari Dallions dari data-data yang di kumpulkan oleh penguji maupun ANBU yang tugasnya mengawasi. Dan pada saatnya masuk tingkat ke dua mereka akan diresmikan secara langsung oleh Leader Akatsuki. Setiap anggota Akatsuki maupun Dallions pada tingkat ke tiga diwajibkan untuk mencari kandidat yang pantas dan menjadi anggota selanjutnya. Setiap anggota Akatsuki boleh mengambil satu kandidat kecuali untuk Dallions yang diperbolehkan dua kandidat. Pada akhirnya para kandidat yang terkumpul adalah 15 orang atau juga bisa kurang tergantung pada kandidat itu sendiri bisa atau tidaknya menyelesaikan tantangan. Sedangkan untuk kandidat ANBU adalah senpai-senpai cerdas yang dipilih oleh pemimpin langsung karena tanggung jawabnya yang besar. Masa jabatan anggota itu sendiri bisa berubah-ubah sesuai keadaan fisik maupun mentalnya waktu itu. Sedangkan untuk menghindari kericuhan maka data-data dari pada anggota-anggota tersebut dirahasiakan oleh pemimpin tertinggi dan hanya orang-orang yang berkepentinganlah yang boleh tahu.

"Begitukah. Tapi kau tak usah khawatir, apapun racun atau obat yang dimasukkan oleh para Dallions maupun Akatsuki itu tidak akan diperbolehkan jika obat penawarnya belum ada ataupun bisa menyebabkan kematian."

Mendengar hal itu Sasuke jadi merasa agak lega. Toh, ia dan Naruto tak mau melawan 'dia' dalam pertahanan yang lemah.

Sizhune mengeluarkan sedikit racun dari tangan dan kaki kiri Naruto dengan handuk yang diolesi air dan obat penawar. "Ah…ittei." Naruto kembali mengerang setelah Sizhune menyuntikkan obat penawar ke dalam tubuhnya. Terakhir, ia membalutkan perban pada bagian luka Naruto.

"Sasuke, tolong temani Naruto beristirahat di sini! Ia akan mengalami sakit luar biasa karena fase penembuhannnya tidak akan berjalan mulus. Sedangkan jika obat penenang disuntikkan, malah akan mengganggu reaksi obat penawar. Kau mengerti kan, Sasuke?" Lebih baik Sasuke yang menunggui Naruto karena dialah teman dekatnya. Lagi pula bukankah teman harus selalu ada saat yang lainnya membutuhkan?

Sizhune memperhatikan Naruto dan Sasuke bergantian, sudah sejak dulu kejadian seperti ini berulang pada siswa-siswi lain. Sebenarnya ia juga tak tega, namun ini sekolah militer. Memang dengan cara inilah mereka berlatih.

"Hn."

"Baiklah aku akan memberi laporan pada Tsunade-sama, kalau ada sesuatu segera panggil aku di ruangannya."

"Hn, aku mengerti." Sejenak Sizhune menyunggingkan seulas senyum pada keduanya dan menutup pintu ruangan itu. Sasuke mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Naruto.

Ruang Tsunade

"Heh…heh…heh… gak perlu kuatir! Dia itu adik gue, gue juga lebih tahu keadaannya dibandingkan orang lain." Ia terkekeh sambil memutar bamboo kecil seperti mainan di tangan kirinya yang tadinya buat ngetes Naruto ama Sasuke.

"Aku tahu dia adikmu tapi…kalau ada apa-apa tetap saja AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB. Lagi pula kau terkenal sadis jika sedang berhadapan dengan lawanmu."

"Yah, yah, yah…terserah apa katamu, tapi gue yakin dia gak kan knapa-napa." Menjawab santai dan sekenanya.

"Dasar, Kau ini…!" Tsunade memijit sebelah kepalanya, jika terus dilanjutkan juga akan percuma. Tak akan merubah sikap murid uniknya ini.

TOKK…TOKK…

Duo rambut pirang yang ada di ruangan itu menoleh ke arah pintu.

"Ini aku, Sizhune."

"Masuklah!...fuhh." Tsunade menghela napas mendapati murid di depannya memasang senyum menyeringai.

"Ouhayou Tsunade-sama, saya membawa berita-." Perkataan Sizhune berhenti sejenak setelah melihat pemuda berpostur tegap dan tinggi di depannya, "baru?... maaf Tsunade-sama, apa dia sudah menceritakannya pada Anda?" tanyanya bingung dan mengarahkahkan tangannya pada satu-satunya pemuda di situ.

"Emhh, ya. Tapi bagaimana keadaan Naruto?" Tanya Tsunade sambil membenahi dokumen-dokumen di mejanya.

"Naruto sudah saya tangani, sekarang dia sedang berbaring di ruang UKS dan sudah ditemani Uchiha Sasuke. Tapi mungkin untuk beberapa menit ke depan ia akan kesakitan karena efek dari penawar racun itu."

"Tuh kan, bener? Gue bilang juga apa, dia gak kan mati." Pemuda itu lagi-lagi menyeringai menampilkan gigi-giginya yang serupa dengan vampire hanya saja taringnya 'sedikit' lebih pendek.

Kembali ke Rugon Kussi

"Dobe, apa kau merasakan sakit?" Sasuke bertanya dengan innocent-nya. Padahal jelas-jelas ia melihat raut muka kesakitan dari Naruto. Sas, pakai dong otak loe yang notabenenya jenius itu! Gimana sih?

"Gak, Sasuke. Aku sehat wal afiat kok." Naruto menjawab dengan raut muka yang tampak berseri. Bahkan ada effect dari sinar mentari pagi.

"Bohong!" tuduhnya pada Naruto, "Lalu, kenapa tadi mukamu terlihat kesakitan, heh?"

Sunyi…

"Sasukee…" suara Naruto bergetar, mungkin ia terharu karena ulah sahabatnya yang satu ini atau, "KALAU UDAH TAHU NAPA NANYA? JANGAN BUAT ULAH, TEME! Aku ini sedang kesakitan tau…hosh, hosh…" rupanya gara-gara racun itu, berteriak segitu saja tenaga Naruto sudah mulai habis.

DEGG…

"Agh!" tiba-tiba saja Naruto memegangi perut bagian atas kirinya, tepat di bagian hati. Karena racunnya cepat menyebar, jadi segala aktivitas penawar racun didominasi pada bagian hati.

"Dobe!" lagi-lagi Sasuke membentak, memegangi pundak Naruto, kuatir.

"Teme, sakiit…" Ia merintih tah tahan dengan penderitaan itu.

'Jangan-jangan efeknya mulai bereaksi?' Sungguh saat ini Sasukesangat mengkhawatirkan Naruto. Ia bingung, tak bisa apa-apa. Ia hanya bisa menemani keberadaannya saja. Tak lebih.

GREBB…

Mata safir Naruto terbelalak, ia tak menyangka bahwa Teme-nya yang setiap saat selalu mengejek dan memakinya akan memeluknya seperti ini. Sasuke memeluknya erat berusaha meyakinkan Naruto bahwa ia akan selalu bersamanya, menjaga dirinya, selalu berbagi dengannya apapun itu, dan tak kan pernah membiarkan Naruto merasakan kepedian sendiri.

"Sa…ske…" Naruto sedikit kesulitan untuk bicara.

"Maaf, Naruto aku hanya bisa memberikan ini." Suara Sasuke sedikit tertahan, tak kuasa menahan pedih atas rasa prihatinnya pada Naruto. Ia sudah gagal menjaga malaikat kecilnya.

"Hmmh…" Saat ini perasaan Naruto sudah mulai tenang, ia tak mengerang kesakitan lagi. Yah Naruto membalas pelukan hangat itu dan menyamankan dirinya, menyatukan kedua kelopak matanya. Keheningan pun menyeruak dalam ruangan itu. Tak ada suara apapun kecuali suara lembut AC yang menyala. Beberapa saat berlalu. Napas Naruto mulai berhembus dengan teratur dan Sasuke pun melepas pelukannya. Tentu dengan pelan agar 'adik'nya tidak bangun. Ia mengamati wajah polos Naruto yang baru kali ini bisa ia lihat dengan jelas. Memang tak jarang mereka menginap di rumah teman, tapi itu malam hari. Wajahnya benar-benar tampak lugu, bibirnya yang tak bergerak membuat Sasuke ingin tertawa mengingat kalau orang itu tak pernah bisa berhenti bicara. Benar-benar, adik idaman.

"Dasar, anak manja…" Sasuke memberikan senyuman hangat pada orang yang terlelap di sampingnya. Kemudian ia mengambil selimut untuk menyelimuti Naruto dan ikut tertidur di sampingnya. Tentunya dengan pose terduduk di kursi dan menyender pada tepi ranjang.

Di atas atap Rugon Kussi

Seorang pemuda berambut panjang hitam sedang mengamati fenomena langka yang terjadi antara Naruto dan Sasuke. Wajahnya hampir mirip dangan Sasuke hanya saja ada garis di setiap lekukan bawah mata orang itu yang membedakannya.

"Wah, ternyata my otouto bisa jadi seorang niichan yang baik yah? Tapi, napa jadi otouto yang baik, susahnya minta ampun? Rupanya aku musti belajar dari Kyuubi, nih..."

=========***********TSUZUKU***********=========

Akhirnya prolog-nya slese. Gimana, gimana, gimana? Terlalu pendek kah? Gaje kah? Mungkin dirasa fic ini aneh karna alurnya gak nyatu or ada yang cepet tapi ada juga yang lambat banget kayak semut yang lewat di depan Hie. Udah pada tahu kan lawannya Naruto ama Sasuke tuh sapa? Siapa lagi kalau bukan *y*u*i. Trus, trus yang jadi kakaknya Sasuke?... Itu tuh **ach*.

Naru: pelit amet sih loe, semua juga uda pada tahu kok.

Hie : kali aja ada yang belom tau. Yeee!

All : gak mungkin!

Yah, yah, yah pokoknya nih fic bener-bener aneh. Apalagi tentang Akatsuki dan ANBU yang di obrak-abrik dengan seenak jidat. Huiiii…gaje. Untuk Sasuke yang meluk Naru mah itu impiannya author, tapi karna gak bakal kesampean ya di wakilin aja ama Sasu. Ya gak, Sas?

Sasu: Hn.

Duh jawabanya kayak biasa, singkat, padet, dingin, ringan, judes, n kurang meyakinkan. Ck… ck… ck… mondekusei. Oh ya, aku mungkin bakal lama updet nya soalnya gak bisa ngarang dalam waktu singkat sih…huwee…*nangis gaje*

Buat yang mau nge-flame or minta Hie buat hiatus ngomong aja langsung ke Hie, gak usa ke mana-mana. Yah, biar Hie bisa penuhi permintaan para reader... plissss!

All: tenang aja gak ada yang nungguin kok!

Yow wes lah silakan REVIEW nya! Kalau ada yang mau, sih…*pundung ke pojok pager rumah author*.