Little Happiness

Bleach miliknya Tite Kubo

Little Happiness murni karya Ricchan^^

Warning : OOC, TYPO, menjurus lime

.

.

.

Ichigo membuka matanya saat merasakan hawa dingin menjalar di sekujur tubuhnya. Maupun sinar matahari pagi sudah meyusup dari sela jendela, mata hazel pemuda itu masih enggan untuk terbuka. Iseng, ditariknya tangan mungil yang telah membuka selimutnya, membuat hawa dingin menyeruak.

"Ichigo!" ujar perempuan itu saat rambut pirang ini menariknya dalam pelukan. Nafas Ichigo kembai teratur, seolah kembali mencoba untuk memasuki alam tidur.

"Ichigo hari sudah pagi. Bukankah kau ada rapat di kantor pagi ini!" ujar perempuan itu mencoba keluar dari lengan kokoh Ichigo. Namun tubuh mungilnya jelas kalah kuat maupun laki-laki ini masih setengah tidur.

"Bangunkan aku, Rukia!" pina Ichigo mendelik. Sebelah matanya terbuka kecil, ingin melihat ekspresi Rukia, perempuan yang masih ada dalam dekapannya.

"Aku memang sedang membangunkanku Jeruk Bodoh!" teriak Rukia mulai kesal. Tangannya mencoba mencubit atau sekedar memukul Ichigo. Namun Ichigo sama sekali tak bereaksi.

"Maksudku, morning kiss Sayang" Ichigo mempererat dekapannya. Ichigo sengaja menurunkan badannya sejajar dengan Rukia, membuat kini mereka bisa saling memandang satu sama lain. Dan yang lebih penting, Ichigo bisa melihat wajah memerah Rukia karena permintaannya.

Ichigo akhirnya menutup matanya. Ia tahu perempuannya ini tak akan jadi menciumnya jika ia terus menatapnya. Perlahan Ichigo bisa merasakan hembusan nafas Rukia mendekati wajahnya dan...

CUUP...

Sebuah ciuman singkat mendarat di pipi Ichigo.

"Eh? Hanya di pipi? Hanya sesingkat ini?" Ichigo membuka matanya.

Rukia sudah memerah seperti kepiting rebus. Ia jarang mencium Ichigo. Selama ini selalu Ichigo yang menciumnya. Mendengar ucapan Ichigo barusan, entah mendapat kekuatan dari mana Rukia berhasil menjitak kepala Ichigo keras dan keluar dari dekapan erat itu.

Ichigo hanya tersenyum melihat perempuannya ini sempurna memerah. Rukia tetap belum bisa membiasakan tubuhnya dengan Ichigo, padahal sudah tiga bulan sejak mereka menikah.

"Cepat bangun Ichigo, atau..." ujar Rukia di daun pintu.

"Atau apa?" Ichigo balas menantang.

"Atau aku tak akan mau lagi tidur denganmu!" teriak Rukia.

Ichigo yang masih tidur-tidur ayam langsung melek mendengar teriakan istrinya barusan.

"I-Iya Sayang aku sudah bangun!" ujar Ichigo langsung menyusul Rukia di meja makan. Ia tahu istrinya tak pernah main-main saat mengancam seperti ini.

.

.

.

Kurosaki Ichigo. Siapa pun pasti akan langsung tertarik akan kharismanya. Pewaris dari Kurosaki Corp itu memang hampir bisa dibilang sempurna. Tubuh atletis dengan six pack yang menggoda, otak encer yang terbukti dengan embel-embel namanya, serta sifat misterius yang mampu membuat banyak wanita jatuh hati padanya. Namun siap-siap untuk patah hati, karena pasalnya tiga bulan yang lalu Kurosaki Ichigo resmi mempersunting anak bungsu salah satu keluarga yang cukup terpandang, Kuchiki Rukia.

"Ichigo, berhenti melamun" ujar Ishida sambil memperbaiki letak kacamatanya. Sekretaris pribadi Ichigo ini memang terkenal dengan keseriusannya dalam menyelesaikan apa pun.

"Kondisi perusahaan kita sedang kurang baik. Hueco Mundo Corp mulai menarik hati masyarakat, membuat saham kita perlahan turun" lanjut Ishida. Memang bukan hanya ada Ichigo dan Ishida disini, ada juga beberapa direktur Kurosaki Corp dan beberapa penanam saham terbesar.

"Bagaimana jika kita membuat proyek baru? Jika kita mempromosikannya besar-besaran, masyarakat awam akan mulai melirik kembali pada kita" saran Hitsugaya, salah satu direktur Kurosaki Corp.

Rapat itu berjalan membosankan bagi Ichigo. Memang ia telah karena beberapa hal. Yang pertama, Ishida itu laki-laki. Ichigo tak ingin memiliki sekretaris pribadi perempuan yang bisa saja memetik api cemburu pada Rukia. Dan yang kedua, Ishida memiliki pola pikir dan otak yang hampir sama encernya dengan Ichigo. Dengan begitu ia bisa menyerahkan segala hal tanpa perlu khawatir pada Ishida. Namun tetap saja Ichigo kesal karena Ishida malah menjatuhkan proyek itu ketangannya. Memang ini juga salah Ichigo karena tidak menyimak rapat. Tapi tetap saja, apa Ishida tak mengerti bagaimana perasaan pengantin baru?

'Ah, aku ingin cepat pulang dan melakukannya bersama Rukia' batin Ichigo, namun tetap saja ia harus menyelesaikan pekerjaannya ini maupun setengah hati.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat dan Ichigo masih terus memacu cepat mobilnya dijalanan yang masih saja ramai maupun sudah hampir tengah maam. Meskipun hatinya menjerit agar bisa lekas sampai di rumah, tetap saja proyek baru itu membuatnya terkurung dikantor. Lagi-lagi pria itu mengutuki Ishida yang membuatnya seperti ini. ishida hanya beerdalih bahwa Ichigolah orang yang paling tepat untuk proyek ini.

Sebuah mobil sedang hitam tiba-tiba saja menyelip, membuat Ichigo terpaksa banting stir. Untung saja ia masih bisa mengendalikan laju mobilnya.

'Sialan! Ada-ada saja yang membuatku lebih lama sampai di rumah' btin Ichigo menyumpahi mobi barusan.

Maupun Ichigo dan Rukia sama-sama menyebutnya rumah, namun kediaman mereka ini jelas lebih cocok dipanggil istana. Beberapa orang maid langsung menghampiri Ichigo saat ia sampai di kediamannya itu.

"Okairinasaimase Ichigo-sama" sapa mereka sedikit membungkuk. Ichigo memberikan tas kerjanya dan menarik dasinya serampangan.

"Mana Rukia?" tanyanya berjalan memasuki rumah.

"Rukia-sama telah menunggu anda dari tadi di ruang keluarga. Sepertinya beliau ketiduran" jawab salah seorang dari mereka. Ichigo mengangguk, memberi tanda agar maid itu meninggalkannya.

Ruang keluarga yang cukup luas itu hanya disi oleh satu set sofa empuk berwarna coklat, sebuah televisi layar datar dan rak buku di susut ruangan. Ruangan itu memang di design agar luas dan tidak begitu ada banyak barang, hingga nantinya Kurosaki kecil bisa bermain dengan leluasa disini.

Ichigo melangkah pelan mendekati sofa. Ia bisa melihat perempuannya kini tertidur dengan remot tv yang masih ditangan. Perlahan Ichigo meraih remot itu dan mematikan tv yang menayangkan berita tengah malam. Ichigo berusaha bergerak selembut mungkin, memastikan agar Rukia tak terganggu.

"Ichigo" ujar Rukia sambil mengucek matanya.

"Maaf! Apa aku membangunkanmu?" tanya Ichigo sedikit menyesali bahwa ia telah membuat Rukia terbangun.

"Okairi. Aku memang sengaja menunggumu. Apa kau sudah makan malam?" tanya Rukia.

Semi melihat wajah berbinar Rukia, Ichigo menggelengkan kepalanya. Rukia tersenyum lembut, membukakan dasi Ichigo yang tadi hanya sempat ditariknya serampangan.

"Maaf, kau seharusnya tak perlu menungguiku selarut ini. Aku sudah telp bilang kalau aku akan pulang telat, kan?" komentar Ichigo.

"Dasar Jeruk Bodoh! Jang sok perhatian denganku. Aku bukannya ingin mengatakan okairi dan makan malam denganmu. Aku hanya ingin memastikan bahwa tak ada bekas lipstik wanita lain di kemeja suamiku" sulut Rukia malu-malu. Kakinya mulai melangkah ke arah meja makan.

Ichigo mengikuti langkah kecil Rukia. Istrinya ini terlalu jujur, mengutarakan semuanya meskipun dengan muka memerah. Ia selalu menyukai Rukia. Dulu,kini, dan selamanya.

"Ayo makan" ujar Rukia menyendokkan sepiring nasi untuk Ichigo.

"Maaf Rukia. Terimakasih!" ujar Ichigo tersenyum lebar.

Rukia tertawa pelan. "Kau aneh!" ujarnya.

.

.

.

Ichigo sedikit terganggu dengan silau yang menimpa matanya. Namun ini bukan cahaya matahari pagi seperti biasa. Apalagi kamarnya masih cukup gelap. Tangan Ichigo mencoba menggapai sosok disebelahnya. Namun tiada seorangpun yang ia dapati.

"Rukia?" panggil Ichigo membuka matanya. Memang sosok Rukia tak ada disana.

Hueek..!

Suara itu terdengar dari kamar mandi. Dan rupanya cahaya lampu yang sempat mengganggu tidurnya juga berasal dari sana.

Hueek..!

Sekali lagi suaraitu terdengar. Membuat Ichigo setengah berlari kesana.

Rukia tengah membuang kembali makanan yang telah dikonsumsinya malam ini. hari sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dengan sekuat tenaga Rukia berusaha menahan suaranya agar tak membangunkan Ichigo. Ia tahu Ichigo sedang mengerjakan sebuah proyek besar dan harus berangkat pagi pulang malam setiap hari. Karena itu, ia tak ingin mengganggu tidur Ichigo.

"Rukia kau tak apa?" tanya Ichigo yang entah sejak kapan telah berdiri di daun pintu. Harapan Rukia tak terkabul. Namun terbersit setitik rasa bahagia di hatinya. Suaminya begitu peduli.

"Ichigo aku" ujar Rukia tak selesai. Penglihatannya mulai buram dan badannya mulai hoyong. Beruntung Ichigo sempat menahan agar badannya tak jatuh terhempas ke lantai. Namun setidaknya, Rukia masih bisa mempertahankan setengah kesadarannya, maupun diakuinya seluruh badannya terasa lemas.

"Maaf Ichigo. Mungkin hanya masuk angin. Kau bisa tidur duluan" ujar Rukia berusaha bangkit, namun tubuh kecilnya kembali hampir membentur lantai.

"Rukia, kau itu sudah kurus, lemah juga! Jangan paksakan tubuhmu!" ujar Ichigo. Sebenarnya itulah yang membuat Rukia selalu terlihat manis dimata Ichigo. Tubuh mungil Rukia yang hanya setengah tubuhnya, serta Rukia terlihat begitu rapuh dan lemah, membuatnya selalu ingin melindungi Rukia dalam dekapannya. Namun sayangnya, Rukia tak menanggapi perkataan Ichigo barusan dengan positif. Malah ia mulai berfikir bahwa ia adalah beban bagi Ichigo.

"Maaf, aku tak bermaksud.." ujar Ichigo sadar akan perubahan ekspresi Rukia.

"Ichigo mengangkat tubuh Rukia ala bridal style hati-hati. Maupun berkecimpung di dunia bsinis, namun sejatinya Ichigo tamatan fakultas kedokteran. Setidaknya ia bisa melakukan analisis-analisis sederhana.

Rukia tergolek lemas di tempat tidur, namun entah mengapa samar-samar ia bisa melihat senyuman dari Kurosaki Ichigo.

'Kenapa ia malah tersenyum?' batin Rukia, perlahan semuanya mulai gelap total.

~to be continued~

Dou minna?

Silahkan kirimkan saran dan kritik anda di kolom review dibawah ini!
#plak

Hehehe...
Ini pertama kalinya Ricchan nulis fendom Bleach, biasanya di Naruto dan KHR. Semoga bisa betah lama-lama~

Terimakasih sudah mau membaca fic Ricchan ini, yang review apalagi follow dan fav ^^

Ricchan gak bisa janji update cepet. Tapi paling lama dua minggu

See you next time desu!