Masa SMA.
Bagi kebanyakan orang, masa inilah masa yang paling berkesan. Dimana ,pada masa inilah biasanya orang-orang mencari jati diri dan melakukan apa yang mereka sukai secara menggebu-gebu karena yaa.. memang menurutku pada masa ini adalah tahap dimana manusia memasuki fase ke Dewasaan, dimana pada tahap inilah setiap langkah yang kau ambil akan sangat berpengaruh pada masa depan yang akan datang.
Tetapi kebanyakan mereka ada yang sampai terlena sampai terjerumus ke hal yang di anggap tabu, seperti Narkoba, pergaulan bebas, bahkan sampai hal-hal ekstrim seperti premanisme atau yang lebih parah sampai bergabung ke yakuza.
Jadi menurutku ,masa muda atau masa SMA ini adalah mmasa yang paling menyeramkan. Kenapa? Itu sudah jelas bukan.. maksudku di masa inilah masa depan mu di pertaruhkan. Setiap langkah yang kau ambil akan menentukan hidup mu bung... dan kau tidak bisa kembali lagi jika kau salah mengambil jalan. Yang bisa kau lakukan hanya melakukannnya. Menjalaninya.
Jadi intinya masa SMA yang indah ini hanya kesenangan semu yang hanya sesaat. Dimana hidup penuh dengan kecemasan dan kegelisahan akan masa depan.
.
Pagi hari.
Waktu dimana orang-orang mengawali aktivitasnya. Ada yang berangkat kerja atau sekedar menghirup udara segar dan berolah raga ,menikmati udara segar yang belum tercemar buruknya polusi.
Di sebuah rumah ,terdapat seorang pemuda yang masih terlelap di atas kasur ,terbuai mimpi sampai tidurnya terganggu oleh Alarm yang mungkin sengaja dia setel agar membangunkannya , jaga-jaga jika si empu belum kunjung juga bangun. Merasa terganggu akhirnya ia bangun dan segera mematikan Alarmnya.
Perlahan ia bangun dan duduk di pinggiran kasurnya. Mengucek-ngucek matanya sembari mengumpulkan nyawanya. Setelahnya ia bangkit dan berjalan menuju jendela di sebelahnya, membuka gorden kemudian membuka jendelanya membiarkan udara segar masuk ke kamarnya.
Ummmm.. ahhh..
Ia menghirup udara dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan.
"Pagi hari memang mantap." Gumamnya pelan.
Perkenalkan namaku Namikaze Naruto. Umur 16. Seorang pelajar SMA biasa. Begitu juga kehidupanku ,biasa.
"Nii-san.. Ohayouhh.. hoamm..."
"Ohayou Naruko.."
Oh.. ini adik ku. Namanya Uzumaki Naruko. Umurnya beda 1 tahun denganku, 15 tahun. Seorang gadis sempurna, begitulah kata orang-orang. Ya memang begitu kenyataanya. Berbakat dalam berbagai hal , akademis, olah raga, semuanya bisa dia kuasai dengan baik. Dan tentunya aku bangga punya adik sepertinya. Tidak lupa juga dia jago dalam memasak. Aku kasihan padanya karena harus punya kakak di bawah kkm sepertiku.
'Maafkan kakak mu ini Naruko' batinku nista.
"Nii-san.. hari ini masak apa?"
"Seperti kemarin, aku hanya menghangatkan makanan kemarin, sayang kalo harus di buang."
"Mou... padahal aku ingin Ramen.."
Adik ku memang suka ramen, bukan.. maksudku maniak Ramen. Yaa.. aku juga sih. Tapi sayang juga kan kalo makanan yang kemarin dibuang begitu saja?.
"Makan saja apa yang ada. Ini juga perintah Kaa-san."
.
"Sudah 12 tahun ya.."
"hmm... ?"
"Tak terasa sudah 12 tahun ya.. Nii-san.."
"Hm? Ohh.. 12 tahun ya.."
"Apa-apaan dengan ekspresi biasa-biasa itu." Katanya agak ngambek.
Yamete! Bukannya serem kau malah makin imut, adik ku, tidak Malaikat ku! Aku seperti orang ter-beruntung di dunia ini memiliki Adik se-imut dirimu.
"O-ohh."
"Nani sore?"
Ngomong-ngomong soal 12 tahun, sebenarnya aku bukanlah kakak kandung Naruko. Aku adalah anak adopsi orang tua Naruko. Ketika itu aku berumur 4 tahun, berjalan tak tentu arah hanya menyusuri panjangnya jalan sampai akhirnya kaki kecilku tidak kuat lagi. Ditambah lagi ketika itu aku belum makan selama 2 hari. Waktu itu kabur dari panti asuhan, aku tidak kuat dengan penganiayaan dan kekerasan yang aku terima dari pemilik panti asuhan. Aku tidak sendiri ketika itu, aku kabur bersama temanku tetapi di tengah pelarian aku berpisah dengan temanku karena menghindari pengejaran pemilik panti asuhan ketika itu. Sampai akhirnya aku pingsan.
Setelah sadar aku telah berada di Rumah Naruko, aku di rawat oleh Uzumaki Kushina, ibu nya Naruko. Suami dari Namikaze Minato. Untuk beberapa alasan keduanya bermarga berbeda. Tapi bukan berarti mereka tidak saling mencintai, justru menurutku mereka berdua Sehidup Semati.
Setelahnya aku di adopsi oleh mereka berdua yang kemudian sekarang menjadi orang tuaku. Aku sangat menyayangi mereka berdua. Begitu juga sebaliknya, mereka juga menganggap aku sebagai anak kandung mereka. Setelah itu kemudian aku mengetahui bahwa sebenarnya mereka ingin punya 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Tetapi karena beberapa hal rahim ibuku harus di angkat setelah melahirkan Naruko. Karena itulah kehadiranku di sambut baik oleh mereka berdua. Setelah beberapa pertimbangan akhirnya aku menggunakan marga ayahku. Namikaze.
Pada saat itulah aku mempunyai tujuan hidup baru. Membahagiakan Kedua orang tuaku dan juga Adik ku.
.
"Naruko.. beneran nih mau satu sekolahan dengan Nii-san?"
"Memang kenapa sih? Sebegitu tidak boleh kah Naruko Satu sekolah dengan Nii-san?" Ucapnya agak marah.
"Y-ya.. gimana yaa.. anoo..."
Bukannya tidak boleh. Hanya saja aku sering bolos, tidak-tidak.. bukan berarti aku itu berandalan yang suka diam di pojokan dan bergerombol. Aku jauh dengan hal-hal seperti itu, mau bergerombol gimana? Punya teman juga masih bisa masih di hitung jari.
Di dalam kelas ,apa lagi di saat-saat tertentu. Kau bisa tahu bagaimana sistem stratifikasi orang-orang yang ada di kelas. Contohnya disaat guru memberikan tugas kelompok dan murid di beri kebebasan dalam membuat kelompoknya. Nahh.. disaat inilah kau akan tahu jenis-jenis murid yang ada di kelas. Hasilnya ada kelompok Adidaya dan kelompok sisa-sisa. Lalu, aku termasuk yang mana? Tidak keduanya.
Aku termasuk ke dalam kaum dari sisa-sisa dari kelompok sisa-sisa. Kaum dimana guru pun tidak mengenalimu padahal setiap harinya kau berpapasan ,bertemu, bahkan sesekali mengobrol. Terkadang bahkan ketika mengabsen, gurumu ragu menyebut Namamu karena saking asingnya dirimu. Tingkatan paling Ekstrim, gurumu bahkan bisa salah menyebut Namamu.
"N-Namikaze.. Namikaze B-Boruto?"
"Sumimasen sensei ,Naruto. Namikaze Naruto-desu."
"O-oh gomen.. typo. Huruf 'n' dan 'b' deket sih."
"Bapak sedang baca kan? Bukan sedang ngetikan pak!?"
Balik ke soal bolos. Intinya aku bolos jika di saat tertentu. Seperti yaa.. itu tadi, disaat-saat tertentu aja. Maafkan ku jika berbelit-belit. Hidupku memang begini. Orang tersial didunia sekalipun pun akan merasa lebih beruntung jika melihatku.
Lalu jika Naruko satu sekolah denganku, aku tidak ingin mengambil resiko jika nanti Naruko tahu aku membolos dan mengadukannya ke Ibuku. Jujur saja aku paling menghindari perselisihan dengan ibuku. Contoh kasus dulu saat aku kelas 3 SMP, aku tidak boleh main HP + Makan ramen selama 1 bulan hanya karena aku berkelahi, itupun bukan berkelahi tapi di keroyok! 10 orang lagi! Tidak lupa setiap orang bawa pemukul baseball dan ada juga yang bawa rantai. Kurang greget apa coba? Tapi aku berhasil mengatasinya karena kebetulan ayahku itu Ahli bela diri. Taekwondo, juudo, Kungfu, karate ,semua dikuasainya. Dia juga pelatih tetap di sebuah Dojo. Tentunya aku sebagai anaknya walaupun anak angkatnya diajarinya. Melawan cecunguk seperti mereka walau pake Samurai sekalipun aku bisa mengatasinya.
Karena itulah, Naruko adik ku ter-kawai ter-cantik, aku ingin cari aman dari kesialan yang terus datang silih berganti mendatangiku.
.
07.15
Aku berangkat sekolah dengan jalan kaki menuju halte bis sendirian. Kemana Naruko? Dia sudah pergi duluan karena aku menyuruhnya untuk pergi duluan. Ketika dia bertanya kenapa, aku hanya bilang.. 'Alam telah memilihku'. Akhirnya aku pergi sendiri.
*le panggilan alam: Tidak semudah itu ferguso!
Huhh...
Aku hanya menghela nafas saja ketika memikirkannya. Melirik jam tangan, kulihat masih ada 45 menit lagi sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Setelah sampai di Halte, aku berjalan ke tempat duduk yang berada di pojokan karena memang hanya itu yang kosong. Tak lama kemudian, Bis datang dan segera membawaku ke sekolah.
Pada masa SMA pasti ada kejadian yang membuatmu terbiasa ,apapun itu. Seperti saat ini yang tengah aku alami. Semua murid Konoha Gakuen sedang bisik-bisik melihat seseorang yang sedang memasuki sekolah. Namanya Uchiha Sasuke.
Uchiha. Keluarga Uchiha memang terkenal seantero Konoha, memiliki perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan juga memang orang-orangnya yang memang entah kenapa semuanya sukses-sukses. Seperti contohnya, kakak dari orang sedang aku bicarakan saat ini, Uchiha Itachi. Meskipun tidak mengikuti jejak orang tua mereka, ia berhasil masuk ke Satuan Tentara Nasional Jepang ,berpangkat Kapten di usia yang terbilang masih muda. Ayahnya seorang pengusaha sukses, ibunya seorang Dokter, lalu sekarang Uchiha Sasuke. Banyak yang bilang jika kau berhasil mendapatkannya maka masa depanmu terjamin.
Terkadang aku ingin tertawa terbahak-bahak terhadap orang-orang yang berpikiran seperti itu. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan mereka jika mereka punya pikiran seperti itu mengingat siapa yang aku bicarakan saat ini. Jika orang tua nya sesukses itu, apalagi Anaknya? Begitukah? Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.
Pada akhirnya aku hanya mengangkat bahu dan mulai menyetel lagu favoritku, aku memakai Earphoneku dan mulai melangkah memasuki sekolah.
"Aku harap bisa sekolah dengan damai. Tanpa mempunyai hal merepotkan seperti itu."
.
Terkadang aku berpikir tentang guruku ,terutama guru yang saat ini sedang mengajar sejarah kelasku. Meskipun usianya sudah mencapai kepala lima bahkan hampir kepala enam, tetapi semangat mengajar tetap membara, walau raganya tidak bisa menunjukan semangatnya itu tapi aku bisa melihatnya dengan jelas. Kulihat beliau mulai menulis sesuatu di papan tulis ,tangan bergetar memegang kapur itu mulai bergerak menulis huruf. Aku hanya bisa terkagum karenanya.
Kualihkan pandanganku ke sekelilingku, kulihat bannyak yang cuek tidak memperhatikan pelajaran ini. Ada yang tidur , ada yang memainkan ponsel, ada yang- oh ada juga yang nulis juga, tapi tunggu.
Setelah aku lihat baik-baik tulisannya, aku menahan diri untuk tidak menghampirinya dan mencekiknya. Dari yang aku lihat meskipun sekilas dan aku yakin, aku melihat gambar kaiju dengan ultraman.
"Psstt. Hei ,lihat-lihat apa yang ku buat."
"Woaa.. kaiju? Ultraman?"
"Pelankan suaramu bodoh!"
"O-oh maaf..."
Ku alihkan pandanganku dari mereka ke orang ke sebelahku. Entah memang takdir atau apa, aku kebetulan duduk bersebelahan dengan Sang Prince. Uchiha Sasuke. Aku kenal dengannya sejak kecil. Kebetulan Orang tuaku bersahabat dengan Orang tuanya. Jadi kadang ketika kecil aku di ajak berkunjung ke rumahnya. Dia juga murid ayahku di Dojo.
Dari kebanyakan cerita Romcom yang pernah ku baca, laki-laki tipe ikemen seperti si sasuke ini biasanya banyak di benci oleh laki-laki. Tapi kenyataannya sebaliknya, dia sangat di hormati disini. Selain karena latar belakang keluarganya, tapi juga karena prilakunya yang sangat teladan. Yang dimana hawa disekitarnya bisa membuat orang-orang ingin mengikutinya. Kharismatiknya sangat luar biasa menurutku.
Hoammm...
Sepertinya aku masih ngantuk gara-gara aku mengambil lembur sampai tengah malam di tempat kerja paruh waktuku. Melihat kedepan ke arah guruku. Terlihat beliau masih penuh semangat dalam mengajar.
Sepertinya ngantuk tidak bisa di ajak kompromi lagi, mataku semakin berat.
'maaf sensei'
Aku terlelap dengan damai.
.
Brak!
Suara yang berasal dari tumpukan buku yang beradu dengan meja itu membuatku bangun dari tidurku.
"Bgsd!"
Aku bangun terkejoed setengah mati akibat suara keras barusan, kuarahkan pandanganku ke sekeliling melihat siapa gerangan yang membangunkanku. Mataku terhenti ke arah depan pada seorang gadis yang aku kenali sebagai Seitou Kaichou. Kaguya Ootsutsuki. Aku hanya bisa memandangnya dengan kesal kearahnya, aku tidak berani melabraknya langsung. Aku tidak segila itu untuk menantang Juara Nasional Taekwondo. Walaupun aku percaya diri dengan Taekwondoku tapi jika memang kami bertarung face to face. Aku yakin dengan kemampuanku dan bisa menang darinya. Tapi itu akan mendatangkan masalah lain kepadaku.
Seorang pelajar biasa yang tidak mengikuti Ekskul apapun bisa mengalahkan seorang atlet juara Nasional.
Aku tidak ingin membuat kehebohan sebesar itu. Lalu untuk apa aku bisa beladiri kalau tidak kepake sama sekali?
Aku akan menggunakannya di situasi yang memang mengharuskanku menggunakannya. Seperti kasusku yang lalu ketika dikeroyok itu pun tidak bisa bilang melawan. Karena aku hanya defend saja, menghindar saja. Lalu kenapa aku bisa menang? Aku terinspirasi dari film Karate Kid. Dimana disini Jackie Chan yang memerankan Mr. Han di keroyok bocah-bocah yang mengejar anak didiknya Dre.
Nah pada saat scene ini aku terkagum melihat bagaimana beliau menghadapi bocah-bocah ini yang kelewat kalap karena mereka mukul bukannya kena pada beliau ,malah kena temannya sendiri. Nah ini meng-inspirasiku untuk melakukannya dengan versiku sendiri dimana aku menghindar sembari mengarahkan pukulan mereka ke arah temannya sendiri. Bukannya mengeroyokku, ujung-ujung nya mereka malah bertengkar dengan teman mereka sendiri.
"Untuk KM kelas, tadi Kakashi-sensei nitip pesan, bahwa beliau berhalangan hadir. Jadi dia memberikan tugas untuk mengerjakan soal. Untuk Riciannya tertulis disini." Ucapnya sambil memberikan selembar kertas pada KM kelas.
Untuk KM kelas ini kebetulan si Ikemen Uchiha Sasuke. Dengan sedkit tersenyum dia menerima kertasnya dan berterima kasih.
Sedangkan sang Kaichou yang tidak siap dengan serangan itu sedikit tersentak tapi dengan baik ia bisa menyembunyikannya.
Aku hanya memutar mata bosan melihat itu. Walaupun sekilas aku mengetahui bahwa Kaichou menyukai Si Ikemen ini. Aku tahu kaichou hanya modus menngantarkan tugas hanya untuk bertemu dengan Sasuke. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Karena hanya ke kelas ini saja dia mengantar tugas. Untuk ke kelas lain aku belum pernah melihatnya mengantarkannya.
Srek!
Seseorang terlihat membuka pintu. Kemudian dia masuk ke kelas dengan membawa buku paket setumpukan sampai menghalangi wajahnya, tapi aku tahu dia siapa.
"Anoo.. Uchiha-san. Untuk pelajaran Biologi Orochimaru-sensei tidak bisa masuk dan ia memberikan tugas untuk mengerjakan tugas halaman 164-165. Semua soal dikumpulkan minggu depan."
Modus lagi.
Aku hanya bisa menghela nafas melihatnya.
Dia Kazahana Koyuki. Salah satu murid terpintar di Konoha Gakuen. Dia termasuk kedalam daftar Top Ten Girls tercantik Se Konoha Gakuen sama seperti Kaichou. Dia juga seorang anak pejabat di Konoha, yang merupakan salah satu Donatur terbesar sekolah ini.
"Arigatou Gozaimasu. Kazahana-san, Ootsutsuki-san sudah repot-repot meluangkan waktunya untuk menyampaikannya."
Sasuke hanya berterima kasih pada keduanya tak lupa dengan sedikit senyuman mautnya. Keduanya hanya memerah melihatnya. Tak sengaja mereka bertatapan dan aku yakin walau sekilas aku bisa melihat kilatan listrik di tengah keduanya.
"Dou-itashimashite."
.
"Kobarkanlah semangat masa muda kalian! Untuk pemanasan lari keliling lapangan selama 10 menit tanpa jeda! Hey kau shounen! Push up 100x dengan sekuat tenaga masa muda mu!"
"N-Nani!? Apa salah saya sensei?!"
"Kau kelihatan ngantuk! Maka dari itu kau harus memancing semangat masa muda mu itu dengan push up 100x !"
Seketika itu Murid yang terlihat mengantuk , tiba-tiba berteriak dengan kencang agar tidak terlihat mengantuk agar tidak bernasib sama dengan temannya.
"Uryaaaaa... aku penuh semangat hari iniiiiii! ORYAAAA!
"Kau benar! Aku merasa seperti bisa melakukan apa saja sekarang push up atau apapun itu! Mau seribu kali pun aku bisa melakukannya!"
Pritttttt...
"Hey kau!"
"Ha'i Guy-sensei!"
"Push-up Seribu kali dengan penuh semangat mudamu!"
"N-Nani sensei apa-apaan itu!? Aku tidak sedang mengantuk sesnsei!"
"Tadi kau bilang kau bisa Push-up seribu kali, aku tersentuh mendengarnya karena itulah lakukanlah, aku akan melakukannya bersama temanmu tadi!"
Tiba-tiba temannya tadi sudah tidak ada di sekitarnya. Semuanya menjauh darinya. Sementara itu ia berkeringat dingin melihat tidak adanya orang yang peduli dengannya.
"Bruengsuek kalian semua! Kisama~ " Ucapnya frustasi sembari memukul-mukul tanah dengan air matanya mengalir deras. Dia hanya bisa pasrah saat di giring Guy-sensei ke pinggir lapangan untuk melakukan Push-up.
Aku yang melihat itu hanya prihatin. Ketika menghadapi Guru seperti Guy-sensei terlihat tidak semangat atau tidak antusias bakal membawamu pada penderitaan. Karena itulah setidaknya harus kelihatan antusias. Tapi jangan terlalu berlebihan atau kau akan berakhir seperti tadi. Kelewat bersemangat.
.
"Untuk olah raga hari ini yaitu Lari estafet! Buat kelompok 4 orang sekelompok, dua laki-laki 2 perempuan!"
"Uchiha-kun sekelompoklah denganku!"
"Tidak! Denganku saja, lariku cepat."
"Aku!"
"Denganku saja!"
"Aku."
"Punyaku!"
"Punyaku!"
"Punyaku!"
Hahahahaha...
Ku lihat teman sekelasku tertawa karena lawakan receh dari temannya yang sedang menyindir perempuan yang sedang memperebutkan Sasuke dengan menirukan suara burung di Kartun Kesukaanku.
Seperti yang aku duga hal ini akan berakhir ricuh. Aku kemudian perlahan menyingkir kesisi lapangan menjauh dari keributan itu. Aku kemudian berjalan ke arah pohon yang tak jauh dari sana lalu duduk berteduh di sana.
"A-Anoo..."
Mendengar seseorang di dekatnya, Aku mengalihkan pendangannya utnuk melihat siapa gerangan yang berbicara padaku. Terlihat seseorang yang Aku kenal yang merupakan teman sekelasku yang duduk kebetulan di depan bangkuku ketika di kelas.
"Hyuuga-san? Ada apa?"
"N-Namikaze-san belum dapat kelompok kan?"
Aku hanya menggangguk membalasnya,lagipula ia tidak berniat mencari kelompok.
"Kalau begitu, S-Sekelompok d-denganku mau tidak."
"..."
"..."
"Uhh...?"
.
"Oy-oy Lihat bung.."
"Apa.."
"Disana lihat.."
Saat ini Aku merasa terkucilkan ,bukan karena dirinya tidak punya kelompok. Tetapi karena anggota kelompok nya yang mencolok semua.
Pertama Hyuuga Hinata, perempuan yang menempati posisi puncak dalam daftar Top Ten. Kemudian Uchiha Sasuke. Kenapa Aku bisa sekelompok dengannya? Itu karena Si Teme ini yang menghampiri dirinya dan memintanya sekelompok dengannya untuk meredam ricuh yang terjadi. Lalu terakhir Haruno Sakura, salah satu perempuan tercantik di kelasnya. Dan tentunya, ia menyukai si teme ini.
"Yosh.. untuk yang sudah mempunyai Kelompok, kita akan melakukan sedikit Lomba. Silahkan tentukan sendiri oleh kalian pelari ke satu, kedua, dan seterusnya. Kalian atur sebaik mungkin. Oke jika sudah langsung tempati posisi sesuai dengan urutan pelari."
Sasuke yang menjadi ketua kelompok, sekarang sedang menentukan urutan pelari.
"Tidak ada rencana khusus lagi pula ini hanya main-main. Untuk pelari pertam-"
"Aku pelari ke empat."
"..."
Sasuke tidak marah ketika perkataanya Aku potong begitu saja. Sepertinya Dia hanya heran saja kenapa Aku ingin menjadi pelari ke empat.
"Aku hanya ingin saja."
Sebenarnya bukan karena ingin saja. Karena menurutku menjadi pelari ke empat di antara bintang seperti mereka bisa membuatnya bisa berkamuflase agar tidak terlihat terlalu mencolok.
Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Karena anggota kelompoknya ini punya kemampuan lari seperti kunyuk. Cepet behh.. karena itulah dengan menjadi pelari terakhir aku pikir bisa membuat ku tidak terlalu di perdulikan.
Kenapa? Seperti yang aku bilang tadi, Sasuke, Hyuuga ,dan Haruno ini punya kemampuan lari yang lumayan. Dengan menjadi pelari terakhir bisa membuat orang berpikir kelompok ku menang karena mereka bertiga walaupun aku yang berlari sampai finish.
Karena sebelumnya mereka membuat jarak yang cukup lebar dengan kelompok lain, sehingga aku hanya perlu berlari normal-normal saja.
Intinya kelompok ku menang karena mereka bertiga ,aku disini hanya numpang menang saja.
"Oke.. untuk pelari lainnya..."
.
Normal POV
"Capeknya.."
Naruto kini sedang beristirahat di bawah pohon di pinggiran lapangan. "ahh.. aku lupa bawa air minum." kemudian dirinya beranjak pergi mencari tempat mesin penjual minuman.
"Coba aku lihat... Cola? Habis. Coffe ,teh? Air biasa?" Naruto tengah kebingungan memilih minuman. Karena memang semuanya ia menyukainya. "Karena aku suka teh, aku beli air putih saja."
"..."
Memasukan beberapa koin, kemudian mengambil air mineralnya, membukanya kemudian meminumnya.
Glek.. Glek.. Glek..
"Segarnya..."
.
Errkkkhh...
Segarnya pikirnya ketika sudah meminum habis minumannya. Pada akhirnya Naruto menghabiskan 2 botol air mineral untuk meredakan hausnya.
"Mungkin dia suka teh kali ya?"
Kemudian Naruto memasukan beberapa koin lagi untuk membeli 2 botol teh. Kenapa 2? Karena tadi Si Teme nitip karena tadi dia harus membantu Guy-sensei membereskan peralatan Olahraga. Sesekali berbuat baik tidak membuatku rugi kan? Pikirnya.
"Cepatlah gendut!"
"H-Ha'i.. maaf senpai."
"..."
Naruto berhenti berjalan ketika mendengar suara seseorang atau mungkin dua orang itu. Untuk salah satu suranya Naruto mengenalinya. Teman sekelasnya, Akimichi Chouji. Salah Satu teman akrabnya di sekolah. Untuk beberapa hari ini Dia jarang berbicara kepadanya. Karena akhir-akhir ini ntah kenapa temannya itu selalu pulang lebih cepat.
Kemudian ia menghampiri asal suara yang Dia dengar tadi. Kalau tidak salah Ia dengan Chouji su..
"Huehkkk... apaan ini?! Hah?! Kau tidak dengar aku pesan Cola?!"
"Maaf senpai C-Colanya sudah habis."
"Hah?! Habis? Apaan tuh habis... bahasa dari mana itu?! Kau tidak dengar aku tadi aku pesen Cola Bangs.."
"Anoo.. sumimasen~"
"Hah ?"
Pukulan si senpai terhenti karena suara pendatang yang sedikit mengganggunya. Senpai itu pun mengedarkan pandangannya untuk melihat siapa yang mengganggu kesenangannya ini.
"N-Naruto.."
Ucap Chouji terkejut ketika melihat Naruto. Sepertinya Ia tidak menyangka bahwa dirinya bertemu dengannya disini, apalagi dengan kondisi yang seperti ini.
Sementara si Senpai tadi hanya menatap Naruto sebentar lalu mengalihkan pandanganya lagi ke arah Chouji bersiap untuk menendangnya. Sepertinya ia tidak mempersalahkannya jika ada yang melihatnya.
"Bangs~"
Uh?
Tendangannya terhenti tepat beberapa senti di wajah Kacungnya yang memejamkan matanya bersiap menerima tendangannya. Ia melihat ada seseorang yang tengah memegang kakinya menghentikan tendangannya itu. Seseorang yang tengah berjongkok sembari memegang kakinya dengan Satu tangan sedang tangan yang lain sedang memegang Kantong kresek berisi minuman.
"Senpai... Apa kau punya Kaki cadangan di rumah?
.
.
.
Kembali dengan fict baru dengan menelantarkar fict lama...
Author BGSD!
Kampret!
AKMJ!
Untuk mempersingkatnya, saya akan bicara sejujurnya... sebenarnya saya kehilangan minat menulis untuk meneruskan fict Kage. Jujur saja sangat susah untuk memunculkan kembali minat menulis itu. Sebenarnya bisa saja buat tetapi ,hasilnya akan ancur... ketika sedang minat nulis aja hasilnya ancur apa lagi minatnya gk ada? Oke itu yang pertama.
Lalu kenapa malah buat Fict baru?
Sebenarnya tadinya ini hanya iseng iseng aja,,, ketika banyak tugas kuliah bermunculan yang mengharuskan saya membuat Paper. Dimana membuat Paper ini sangat menguras Otak saya. Tapi disisi lain minat menulis saya kembali muncul ke permukaan.
Kenapa gak nerusin Fict kage ketika minat muncul lagi?
Memang minat nulis muncul tapi minatnya hanya sekedar muncul doang... Dimana fict ini hanya untuk pendinginan setelah sebelumnya menulis paper yang notabenenya benar-benar memeras otak saya. Fict Kage bisa di bilang ceritanya cukup kompleks yang mengharuskan saya berikir cukup keras. Beda dengan fict ini yang dimana dalam penulisannya begitu mengalir dimana saya tidak terlalu memikirkan ceritanya. Dimana saya hanya menulis apa yang terlintas dalam pikiran saya.
Jadi inilah hasilnya...
Jika jelek ya gak aneh.. karena memang saya bisa di bilang bodo amat.
Jika memang untuk selingan kenapa di publish?
.
.
Apa hak anda menanyakan hal itu kepada saya?
#canda
Anggap saja saya gabut
Tinggalkan review kalian oke?
Flame? No problem..
Tapi jangan kasar-kasar oke... Author juga Manusia yang memiliki Hati yang rapuh.. #Ceilahh..
