Canvas Series – Grey
Disclaimer: Masashi Kishimoto & Blanc – Canvas
Thanks to: Xenoa Fahrer (thanks udah memperkenalkan Blanc – berikut karyamu yang jadi inspirasiku!)
"Toutes les couleurs du monde"
Kau adalah sesuatu yang mampu mewarnai hari-hariku.
I Am Grey
.
Penghujung musim gugur kali itu tidak banyak orang yang datang ke taman dikarenakan suhu dingin yang menusuk kulit. Mereka memilih untuk bergelung di balik selimut mereka, minum minuman hangat atau bercengkrama dengan orang-orang yang disayangi di depan perapian. Tak terkecuali sepasang musisi muda satu ini yang masih saja setia bertengger di taman depan Via Aurelia(*).
Kakashi masih saja berlatih saxophone untuk konser musim dingin mereka di kota Castel Gandolfo dengan trattoria(*) tradisionalnya yang terletak di provinsi Lazio, Italia. Itulah tempat dua sejoli itu mengadakan konser mereka minggu depan.
Sedangkan gadis pirang yang berada tak jauh dengannya itu sudah berhenti lebih dahulu karena cuaca yang tidak bersahabat hingga membuatnya menggigil. Meski memakai coat tebal dan pakaian tebal di baliknya, tetap membuatnya merasa kedinginan. Bahkan gadis itu berkali menggosokan telapak tangannya agar tetap hangat.
Sadar dengan si gadis yang tak lagi—bahkan sudah lama berhenti—memaikan instrumen sudah menyimpannya dalam tas sandangnya, Kakashi pun berhenti.
"Ino," ujar Kakashi memulai percakapan setelah sekian lama dua sejoli itu tak jua berbicara karena fokus pada permainan sax masing-masing.
Sang gadis menoleh, "ada apa, Kakashi?"
Kakashi tersenyum, "maaf membuatmu menunggu cukup lama. Kau sudah lapar? Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum ke studio?"
Ino balik tersenyum dan mengangguk. Kakashi lantas mengulurkan tangannya setelah menyimpan sax untuk menggenggam tangan Ino. Ia terdiam cukup lama kala merasa tangan gadisnya sangat dingin.
"Kau dingin sekali." Ujarnya.
Ino terkekeh, "kau tahu kan, aku memang tidak tahan cuaca dingin. Jadi begitulah."
Kakashi lalu menggenggam kedua tangan Ino lalu mengecupnya. Terkaget dengan perlakuan kekasih, Ino tersipu. Merasa kurang puas dengan yang dia lakukan, Kakashi lalu memeluk Ino.
"Supaya tidak cuma tanganmu yang hangat tapi juga tubuhmu."
Ino tersipu dan menoleh ke kanan-kiri. Ino malu dan panik. Terlebih kalau-kalau ada orang lain yang melihat mereka dengan posisi seperti itu. Mengerti apa yang dirasakan Ino, Kakashi tertawa.
"Tidak usah khawatir dan malu. Kau tahu sendiri 'kan kalau aku suka memerlakukanmu seperti ini."
"T-tapi Kakashi—ah!"
Bukannya melepaskan pelukannya, ia justru sengaja mengeratkan pelukannya.
"Kau tahu kan, Ino? Aku akan tetap seperti ini meski kau tidak mau kupeluk."
Yang dilakukan Kakashi sukses membuat Ino makin salah tingkah.
"Aku adalah aku. Aku yang selalu mencintaimu. Kalaupun kau tidak mau, biarlah. Jika suatu saat nanti rasa cintaku terhadapmu tak lagi berbalaskan, biarlah. Karena bagiku, dapat mencintaimu saja sudah cukup."
Mendengar perkataan Kakashi, Ino mendadak merasa seluruh tubuhnya menghangat. Bukan hanya karena pelukan kekasih, melainkan juga perkataan pria kesayanganya yang membuat hatinya menghangat di penghujung musim gugur.
Ino tersenyum, "aku akan selalu mencintaimu yang selalu menjadi dirimu."
.
I Am Grey. Dan aku tahu kau akan selalu mencintaiku yang selalu menjadi diriku.
.
[Grey - Fin]
a/n: Via Aurelia: Salah satu dari sekian jalan lintas yang dibangun serdadu-serdadu Romawi.
a/n: Trattoria: rumah makan tradisional yang biasanya dikelola oleh sebuah keluarga.
a/n: Saya mendedikasikan fiksi ini untuk Xenoa Fahrer yang memberi inspirasi untuk membuat Canvas versi saya. Grazie Mille :)
