Setelah berbulan-bulan terkena demam Boboiboy (dan juga Fang tentunya) akhirnya buat juga fanfictionnya. Oh man! Keunyuan mereka sunnguh tak terelakkan wkwkwkwk... This time Boboiboy bukan saudara kembar :)
Warning: Siblings Boboiboy, AU, no Power-no Alien, ah... dan sedikit lumayan GJ :D
Disclaimer: Boboiboy milik Animonsta dkk.
Brothers
Prelude~
Siapa bilang punya saudara itu menyenangkan? Lho, memang benar kan? Ada yang memperhatikan, bisa diajak bemain, bercanda, dan tertawa bersama. Oh ya?
Taufan mendecih sebal saat Halilintar-kakaknya- dengan seenak perutnya mengambil- lebih tepatnya mencuri- remot TV dari tangannya dan mengganti channel ke saluran berita sore, menggantikan anime yang sudah sejak satu jam yang lalu ditontonya. Sang kakak hanya meliriknya sebentar sebelum memfokuskan perhatiannya ke layar TV, tak diperdulikannya sang adik yang semakin bermuka masam. Tak mau tertinggal episode anime kesayangannya, Taufan mencoba merebut remote dari orang yang tiga tahun lebih tua darinya itu. Tapi apalah daya si saudara tertua justru mengangkat tangganya tinggi-tinggi, tahu kalau Taufan tidak akan sampai dan berhasil merebut remotnya.
Halilintar menahan senyumnya melihat Taufan semakin merengut. Ah! Adiknya ini sungguh tampak manis saat marah.
"Ish! Kembalikan remotnya." Sentak Taufan, manik birunya menyipit menahan marah.
"Tidak. Sudah berapa jam kau di depan TV dari tadi? Belajar sana. Sebentar lagi ujian kan?"
"Ujiannya masih 7 bulan lagi." Taufan melipat tangan di depan dadanya, tak sudi disuruh-suruh kakaknya.
"Tidak ada salahnya kan mempersiapkan lebih awal. Sudah sana ke kamar."
Taufan ingin membalas perkataan kakaknya tapi terpotong oleh ucapan kakeknya yang baru muncul, "Kakakmu benar Taufan, tidak baik terlalu banyak menonton TV."
"Tapi Kek-"
"Kau pasti ada PR kan? Kerjakan dulu, nanti kakek panggil kalau makan malamnya sudah siap, setelah itu boleh nonton lagi." Kakek Aba berusaha membujuk cucunya yang memang terkenal susah berpisah dari TV, untung saja permintaan Taufan untuk mempunyai TV di kamarnya tidak disetujui oleh sang kakek. Bisa-bisa anak itu tidak akan keluar kamar selamanya. Hah~
Merasa tidak bisa menang lagi, Taufan menyeret langkahnya menuju lantai dua tempat kamarnya berada. Sesampainya di dalam bukannya duduk di meja belajar di sudut ruangan, anak laki-laki itu justru langsung merebahkan tubuhnya ke atas tidur, membenamkan wajahnya di bantal biru kesayangannya.
"Argggghhhh~~~" Teriakan sebalnya teredam bantal tebalnya.
"Halilintar menyebalkaaaannnnnn!" Untung saja kamarnya kedap suara, kalau tidak pasti kakek sudah menegurnya karena teriak-teriak tak jelas.
'Masih mau bilang punya saudara itu menyenangkan?'
Tanyakan itu pada Taufan :D
TBC_
-OoO-
