Sharon: ALICE-CHAN! DIMANA KAMU?
Alice: Ne, ne~ kenapa, Sharoncchii?
Sharon: AKU UDAH BELI REBORN VOL. 1 LOH w
Alice: Lo telat, Ron. KHR udah ada Vol. 2nya :v
Sharon: Ih— lo mah gitu, Lice. Hiks.
Alice: Jangan banyak bacot Ron…
Sharon: Maap, hiks. Lo yang baca disclaimer, dll dah. /duagh/
Alice: …
Sharon: *ngacir*
Disclaimer: KHR punya Amano Akira bukan AliceSharon Project.
Tapi idenya punya AliceSharon Project.
Warning: OOC, OC, AU, typo(s), abal, super pendek, gake, dll.
SPECIAL FOR VELDY-NIISAN! OTANJOUBI OMEDETTOU! MAAF FICNYA TELAT SEMINGGU! /dihajar/
Beware, kedua author ini ganteng nan maho. /apaini/ abaikan yang tadi.
Sharon: Don't like? JAMBAN SONO! /salah/ /digebukin/
Alice: *getok Sharon* Ehm. Don't like? Don't read~
"—hari yang kutunggu akhirnya tiba."
Gadis duduk dengan manis sambil meminum tehnya. Lalu gadis itu menaruh cangkir tehnya dimeja yang ada didekatnya
"Nona, ayo berangkat sekarang."
"Hn," gadis berambut pink itu meminum tehnya lagi, "ayo," ia bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan tersebut.
'Sawada Tsunayoshi… Kita akan bertemu sebentar lagi…'
/Feli… Feli… Tolong…/
Suara itu… Siapa? Sepertinya aku pernah mendengar suara itu… tapi aku tidak bisa mengingatnnya… Ugh.
"…"
Duk!
"Nona, bangun…"
Ng… Siapa lagi itu? Mengganggu sekali. "…sebentar lagi,"
Orang itu menepuk-nepuk pundakku lagi. "Nona, kita sudah sampai."
"Ng? Kita sudah sampai di Jepang, Luki-kun?" tanyaku yang masih setengah terbangun.
Luki mengangguk, "iya, Nona. Ayo, cepat bangun."
"Ng…" aku perlahan bangun dan membuka mataku. Aku mengucek-ucek mataku. Ah, ternyata aku masih didalam pesawat. "Mana yang lain?"
"Yang lain sudah diluar."
Uh… mereka meninggalkanku…
Aku menghela nafas panjang. "Luki-kun, ayo keluar."
Aku berdiri dari tempar duduk lalu berjalan keluar pesawat dan Luki-kun mengekor dibelakangku. Selalu begitu… Huft.
Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan ya? Baiklah, aku Fiori Felicita, 15 tahun—tapi banyak yang mengiraku anak SD, orz. Aku memiliki rambut berwarna pink seperti ibuku dan mata berwarna azure seperti ayahku.
Ah, dan aku merupakan anak dari pemimpin ketujuh sebuah mafia kecil, Felicita Famiglia, dan itu berarti aku adalah pemimpin Felicita Famiglia kedelapan. Hebat, bukan? Hahahaha—.
Bonus, aku ini stalker, aku benci apel, dan JANGAN pernah panggil aku FIO atau kau akan mendapatkan akibatnya.
Lalu, laki-laki yang tadi aku panggil Luki itu guardianku—walaupun lebih terlihat seperti pelayan pribadiku. Dia Luki Vetrag. Thunder guardian dan juga kakak kembar Luke—yang juga salah satu guardianku. Dia memiliki rambut berwarna biru muda—yang sedikit berantakan— dan mata berwarna coklat. Jujur, dia tampan dan aku menyukainya.
Dan guardianku yang lain itu Mii, Mai, Kai, dan Reika.
"Feli-sama~!" Panggil Mai, rain guardian, sambil melambai-lambai padaku.
Aku tidak menghiraukannya. "Cepat," para guardian menatapku. "Kita harus cepat ke Namimori."
Semuanya mengangguk. Kami pun meninggalkan bandara dan menuju Namimori—untuk menemui Vongola Decimo.
.
.
.
Di tempat lain—Vongola HQ, Italia, terlihat sekumpulan bayi menggemaskan. Beberapa dari anak bayi itu ada yang sedang duduk manis sambil meminum teh—ada juga yang sedang menghitung uang—ada yang sedang bengong dan ada yang sedang mondar-mandir tidak jelas.
Satu lagi, mereka bukan bayi biasa. Mereka bayi-bayi terkuat atau biasa di sebut—Arcobaleno.
"Ini gawat, kora!" Ucap salah satu dari bayi tadi yang sedari tadi mondar-mandir tidak jelas.
Si perempuan berambut biru, Lal Mirch, menghela nafas. "Apa yang gawat, Colonello?"
"Pasti soal majalah hentaimu yang hilang, 'kan?" Sambung bayi berambut hijau jabrik berjas putih. Dia Verde.
Bayi yang di panggil 'Colonello' melempar buku tebal—yang entah darimana—kearah Verde. "T-tentu saja bukan, kora!"
Verde menghindar. 'Ih, Mas Nello jahat.' Batin Verde dengan sangat OOC. /author dibantai/.
"Cepat langsung beritahu saja, bodoh." Celetuk bayi yang memakai topi fedora, Reborn.
"Ini soal Felicita Famiglia, kora!"
.
.
.
"…"
"…"
"…"
Hening beberapa saat.
"—ha? Felicita Famiglia? Apa itu? Aku tidak pernah mendengarnya." Skull yang pertama kali memecahkan keheningan.
"Skull, kau tidak tau Felicita Famiglia?" Tanya Fon?
"Tidak,"
Colonello, Lal, Reborn, dan Verde facepalm.
"Muu, kau tidak tau Felicita Famiglia? Itu kelompok mafia yang lumayan terkenal karena guardian Felicita Primo, Felicita Secondo, dan Felicita Ottavo yang sangat kuat—walaupun Vongola lebih kuat." Jelas Mammon. Wih, tumben Mammon kasih informasi gratis. Biasanya malak dulu. /dilemparMammon/
Skull manggut-manggut. "Oh, jadi famiglia yang itu!? Bos Felicita Famiglia yang sekarang Kyle Venocita, 'kan?!"
GUBRAK!
Semua yang ada diruangan itu—kecuali Skull— facepalm.
Reborn menggetok kepala Skull dengan palu—yang entah darimana. "Bodoh! Itu Felicita Secondo! Lemot amat sih lu, Skull!" Sip, kata-kata Reborn yang terakhir OOC. /ditembak/
Fon geleng-geleng. "Bos Felicita Famiglia yang sekarang itu Fiori Felicita, Skull…"
Kesimpulan(?), Skull itu bodoh dan lemot.
"Ah, sebaiknya kita dengarkan apa yang ingin Colonello ceritakan." Ucap Verde kembali ke topik utama.
"Trims, Verde!" Sahut Colonello. "Kalian tau kalau Felicita Ottavo dan guardiannya ada di Jepang, kora?!"
…
"…"
Hening part dua.
"Jangan bercanda, Colonello!" Seru Lal tidak yakin.
"Aku serius, kora!"
"Kau dapat informasi itu darimana?"
"Dari mata-mata Felicita Famiglia, kora! Dan ini tidak mungkin salah!"
"Hee—?"
"Aku dapat informasiini dari guardiannya Felicita Ottavo!"
Siang itu di atap sekolah Nami-chuu, ada pemuda berambut cokelat yang sedang duduk dengan manis(?)nya, dia Sawada Tsunayoshi. Ia menatap kosong kearah langit. Matanya terlihat hampa. Entah apa yang terjadi pada pemuda coretukecoret tersebut.
Tap! Tap! Tap!
Seseorang mendekati Tsuna, tetapi pemuda itu tidak menghiraukannya.
"Juudaime!" Panggil orang itu—siapa lagi kalau bukan Gokudera Hayato.
Tsuna tidak merespon.
"Juudaime…?"
Tidak ada jawaban.
Gokudera menepuk pundak bossnya dari belakang. "Juudaime?"
"E…h?" Tsuna akhirnya sadar, kemudian ia melihat kesekitar. Saat ia menengok kebelakang…
.
.
.
"HIIIEEE! HAAANNNTTUUUU!"
"JUUDAIME! INI AKU GOKUDERA HAYATO, BUKAN HANTU, HIKS."
.
.
.
"A—ah, ternyata Gokudera-kun… Kukira siapa, maaf… Hehehe," Tsuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tidak apa-apa, Juudaime… Lagipula, kenapa tadi Juudaime melamun?" Tanya Gokudera sedikit coretkepocoret penasaran.
Tsuna menghela nafas. "Tadi aku hanya kepikiran sesuatu, hehehe…"
"Ah, iya! Kenapa kau kesini, Gokudera-kun?"
"Aku mencari Juudaime, karena dari tadi aku tidak melihatmu dimanapun."
"O—oh…"
Teng… Teng… Teng…
"Sudah bel! Gokudera-kun, ayo cepat masuk kelas!" Ucap Tsuna sebelum ia pergi kekelasnya.
Gokudera mengangguk dan menyusul bossnya. Juudaime terlihat berbeda sekali hari ini… Mungkin ini cuma perasaanku saja.
.
.
.
/Tsunayoshi-kun, kenapa? Kenapa? Kenapa? KENAPA?/
Huft… Kalau saja tadi aku tidak menggunakan 'itu' pasti perjalanan ke Namimori akan lama sekali, batin Fiori. Gadis mungil itu berjalan kearah café dan duduk di bangku yang ada disana.
Fiori mengambil buku dari dalam tasnya. Buku itu besar dan memiliki sampul berwarna jingga. Di sampul buku tersebut tertulis 'Buku Diary' dengan tulisan yang kecil(?). Fiori membuka halaman demi halaman lalu mengambil sebuah pulpen. Ia menulis sesuatu dibuku tersebut.
Rabu, September 2013.
Dear, Diary.
Akhirnya aku sampai di Namimori dan banyak yang berubah disini. Sudah berapa lama aku tidak kemari? Empat tahun? Atau lima tahun? Itu tidak penting. Sekarang aku harus bertemu dengan Vongola Decimo. Aku benci padanya… Andaikan aku bisa memutarkan waktu—pasti dia masih ada disini sekarang. Aku—
"Felicchi, ayo sini!" Panggil seorang pemuda berambut biru tua yang berantakan dan beriris coklat.
Fiori menghela nafas panjang lalu menutup buku yang ia pegang juga pulpennya dan memasukannya kedalam tas miliknya. Ia menghampiri pemuda itu. "Hn… Ada apa Luke-kun?" Sahut Fiori malas.
"Kau lapar, 'kan? Dari tadi pagi kau belum makan apapun. Nih!" Luke menyodorkan es krim vanilla pada Fiori.
"Huh?"
"Jangan 'huh'! Ambil ini!"
"Tch, baiklah." Fiori mengambil es krim yang di sodorkan Luke. "Terima kasih, Uke-kun." Ucap Fiori sambil menekan kata 'Uke'.
Wajah Luke memerah. "E—EH!? S-SUDAH KUBILANG JANGAN PANGGIL AKU'Uke-kun', FELICCHI!" Luke menyilangkan tangannya.
"Tapi namamu L'UKE'." Fiori membela dirinya sendiri.
"I-iya sih… ta—"
"Ngomong-ngomong, mana guardian yang lain?" Fiori memotong kalimat Luke.
"Kakak pergi bersama Mii-chan, Kai-senpai mencari Raika-chan, dan Mai-san pergi ke Nami-chuu."
Fiori menghela nafas (lagi). "Raika tersesat lagi, eh?"
"Iyap, sungguh menyusahkan…"
"Cepat cari yang lain, kita harus cepat ke tempat Vongola Decimo. Oh iya, aku akan pergi menyusul Mai."
"Okay, okay, Ojou-sama." Sahut Luke dengan malas sebelum ia pergi mencari teman-temannya. Fiocchi…
Fiori cepat-cepat meninggalkan café tadi dan segera menuju Nami -chuu yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya berada sekarang. Aku malas berjalan kaki, gerutunya dalam hati. Aku ingin menggunakan 'itu' tapi aku takut ada yang melihat. Tapi biarlah!
Gadis kecil itu melangkahkan kakinya menuju gang kecil dan sepi. Semoga tidak ada yang melihat. Ia mengambil sesuatu dalam tasnya—sebuah cincin kecil yang terdapat sebuah berlian yang karatan(?), benda ini terlihat seperti barang tidak berguna. Ia memakai cincin itu di jari manisnya. Sangat pas.
Ia menggumankan sesuatu dengan suara yang pelan, "…."
Fiori menutup matanya ketika cahaya menyelimuti sekujur tubuhnya. Perlahan, cahaya itu mulai hilang. Setelah itu, ia membuka matanya. Saat ia membuka matanya, ia sudah berada didepan gerbang Nami-chuu. "Akhirnya sampai,"
/FIORI, AKHIRNYA KAU DATANG./
TBC.
Alice: …
Sharon: …
Alice: FF ini aneh.
Sharon: Banget, Lice.
Alice: Jangan banyak bacot, Ron. Yang penting kita udah usaha.
Sharon: Iya, sih…
Alice: Tapi bagian akhirnya fail… apa kata Mochi-kun nanti—.
Sharon: Kalo Mochi-kun gak suka kita bikin lagi, orz. Tapi gue males.
Alice: … Ne, minna… Review ya? :D Kami nerima kritik dan saran(?). Flame juga boleh kok, hehehe~ :3
