Suasana masih tetap sama seperti 30 menit yang lalu. Tak ada yang berani bersuara. Masih bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Masih berusaha beradaptasi dengan keadaan disekitar mereka yang asing dan dingin. Masih bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi pada mereka nantinya. Dan masih tak percaya akan semua hal yang telah terjadi.

"Apa yang harus kita lakukan?" akhirnya Jongdae bersuara. Frustasi dan rasa marah terdengar di suaranya. Tak ada yang menjawab. Kris tersenyum muak, bahkan pertanyaan sebodoh itu tak bisa dijawab oleh mereka. Merasa ingin meledakkan kemarahannya, Jongdae melempar kursi kelas tua di dekatnya ke tembok kosong tempat hantu itu berdiri. Tak ada yang bereaksi. Semua terlalu lelah untuk mengurus orang lain dan lebih memilih untuk tenggelam di pemikiran mereka masing-masing.

Chanyeol berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Park Sora, adiknya. "Kau lapar?" tanyanya kemudian sambil menyibakkan beberapa rambut panjang Sora ke belakang telinganya. Sora menggeleng tanpa melihat Chanyeol. Dia tak ingin menatap langsung mata hampa kakak tersayangnya itu.

"Kalian tak akan merasakan apa yang dirasakan makhluk hidup di sini." kata hantu yang sedari tadi berdiri di pojok ruang kelas rusak itu. Mengingatkan mereka semua akan kenyataan bahwa mereka sudah tak beradi di 'dunia' mereka sendiri.

Suho berdecak kesal. Dia marah karena keadaan tak berjalan sesuai dengan kehendaknya dan kenyataan bahwa dia tak bisa mengontrol keadaan ini membuatnya semakin ingin meledak. "Sebaiknya kita bergegas mencari batu-batu sialan itu." Usul Suho. Dia sudah muak dengan semua ini. Mereka semua, sudah muak dengan semua ini.

"Kau akan melakukan apa yang hantu itu katakan?" kata Kai tanpa memalingkan mukanya dari lantai. "Adikku membutuhkanku. Aku tak punya waktu untuk mencari batu bodoh itu disini." Lanjutnya sambil membanting kasar topi yang sedari tadi diremat-rematnya.

"Kau tak akan bisa kembali tanpa batu itu bodoh!" bentak Suho muak. "Atau mungkin itu memang jalan terbaik untukmu. Dunia tak akan keberatan kehilangan seorang penari telanjang." Ejek Suho kemudian. Kai memang bekerja sebagai penari telanjang, namun dia memiliki alasan kuat untuk melakukan hal itu. Tak peduli menurut kalian itu 'pantas' atau tidak.

Merasa tak terima, Kai dengan cepat menyerang Suho. Dia menggenggam erat kerah baju seragam Suho dan meludah tepat di muka Suho. "Apa yang kau tahu, hah?!" bentaknya keras sambil memukul rahang kanan Suho. Setetes air mata jatuh membasahi pipi Kai. Lelah dan merasa bodoh akan apa yang telah ia perbuat, Kai mendorong Suho kasar lalu berjalan kembali ke pojokan ruangan yang gelap. Suho sendiri lebih merasa bodoh akan perbuatannya barusan, ia merundukkan mukanya dalam-dalam dan memfokuskan pandangannya pada satu titik di lantai. Tak berani melihat teman-temannya yang lain.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Kai. Suaranya lebih terdengar putus asa sekarang.

"Apakah itu penting sekarang ini?" kini Kris yang meledek Kai. Kai tak menggubrisnya, tetap diam di pojok ruangan dengan pikiran yang tak bisa lepas dari adik kecilnya yang sekarang pasti sedang mencemaskannya.

"Jam delapan malam." Jawab Sora yang mengerti apa tujuan Kai menanyakan hal itu.

"Aku seharusnya menidurkan Lee Ha Jae sekarang." Kata Kai lirih. Punggungnya semakin rendah, tak bisa lagi menahan beban yang menimpanya. Sora memutuskan untuk mendekati Kai. Ia duduk disebelah Kai dan mulai menepuk-nepuk punggung Kai.

"Ha Jae-ah akan baik-baik saja." Kata Sora menenangkan. Hal ini membuatnya teringat akan apa yang mempertemukannya dengan Kai dulu.

.

.

.

.

.

.

Saat itu mereka berdua masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Sora yang tersesat saat berusaha mencari toko baru yang ingin dikunjunginya entah mengapa berakhir di daerah tempat Kai berkerja.

"Oppa….. pulanglah…" rengek adik kecil Kai yang masih berusia lima tahun terdengar di telinga Sora. "Aku tak suka ahjumma-ahjumma itu memanggilmu 'cokelat panas'." Lanjutnya yang langsung membuat miris hati Sora yang mendengarkannya. Tapi tentu saja Kai sebagai seorang kakak jauh lebih sakit mendengar hal itu dari adik yang sudah seperti harta terakhirnya itu.

Kai mencopot kalung bertuliskan 'HOT CHOCOlate' yang tergantung di lehernya lalu berjongkok, menyetarakan tingginya dengan tinggi adiknya. "Tunggu disini yah, oppa akan mengantarmu pulang." Katanya lembut sambil mengacak-acak rambut adik perempuannya itu.

Tak butuh waktu lama untuk Kai mengganti pakaiannya yang tadinya super ketat menjadi pakaian biasa dan kembali menemui adiknya. Siap mengantarnya pulang, dan saat dia berbelok dari gang kecil yang selalu ia lalui itulah Kai mendapati Sora sedang berjongkok dengan bodohnya.

"Sedang apa kau disini?" kata Kai. Karena waktu itu dia dan Sora hanya teman sekelas yang tidak terlalu akrab, dia merasa canggung dan mukanya memerah. Sora pun juga tak tahu harus berbuat apa saat itu.

"Aku… tersesat." Jawab Sora sambil berdiri cepat. Hening.

Ha Jae menyandarkan kepalanya di tangan besar Kai. Dan Kai tahu pasti kalau adiknya sudah mengantuk. Dengan lembut ia menggendong adiknya menuju pelukannya. Beberapa sentuhan lembut di kepala Ha Jae berhasil mengantarnya ke dunia mimpi.

"Ikuti aku, aku juga akan mengantarmu pulang." Kata Kai sambil mulai berjalan.

Diperjalanan Kai bertanya pada Sora sudah berapa lama Sora berjongkok disana dan apa saja yang telah ia dengar. Sora menjawab dengan jujur dan berjanji tidak akan mengatakan apa-apa kepada siapa-siapa. Kai hanya tersenyum dan menyuruh Sora mengikutinya ke rumahnya. Bodohnya, Sora hanya menurut. Berjalan beberapa langkah di belakang Kai menuju rumah Kai, teman sekelasnya yang tak pernah benar-benar diajaknya berbicara sebelumnya.

Di rumah Kai, Sora jadi mengerti kalau Kai ternyata seorang yatim piatu yang hanya tinggal bersama neneknya yang sudah sangat tua. Nenek yang sudah mulai sakit-sakitan dan tidak bisa berjualan lagi sehingga mengharuskan Kai untuk bekerja. Dan tak ada yang mau menerima anak dibawah umur untuk bekerja pada saat itu, jadi tak ada jalan lain untuk Kai kecuali bekerja sebagai suguhan muda di tempat terlecehkan itu.

Malam itu, Kai langsung kembali ke tempat kerjanya setelah menidurkan Ha Jae. Dan Sora masih berada di rumah Kai, berbincang-bincang dengan nenek Kai sambil memasakkan kare karena hanya itu hal yang bisa Sora bantu pada saat itu. Sora tak pernah menyangka kalau keesokan harinya Kai akan berterimakasih pada Sora dan mengatakan kalau adik kecilnya menyukai kare buatan Sora. Sejak saat itulah, tanpa ia ketahui setiap pulang sekolah Sora akan mampir ke rumah Kai untuk membuat makan malam dan bermain dengan Ha Jae.

Karena itulah Kai dan Sora menjadi dekat dan Kai memutuskan untuk memasuki SMA yang sama dengan Sora agar mereka bisa tetap berhubungan -demi kepentingan Ha Jae tentunya-. SMA yang kini membuat mereka semua berada di tempat terkutuk ini.