Title : My Husband

Author : Tanpa Nama *DEWI ATIKOH*

Genre : mariage, romance, sad.

Lenght : 19 Chaptcer

Main cast : Do Kyungsoo | Lee Ji Eun | LuHan

Other cast : Lee Dong Hae | Mark Lee (SM Rookies) | EXO Member

**Part 1**

Ini adalah tahun kedua pernikahanku, namun aku masih saja merasa canggung ketika bersama dengannya. Saat dirumah kita sama sekali tidak terlihat seperti sepasang suami istri. Dia tak pernah menyentuhku ... dulu memang aku menolaknya, karna bayangan seseorang yang sangat aku cinta hingga saat ini terus menghantuiku. Namun sekarang, ingin rasanya aku mengatakan padanya bahwa aku sungguh telah halal jika ia ingin menyentuhku, meskipun masih ada sedikit perasaan untuk menolaknya. Tapi entah kenapa hati ini begitu iba begitu baik, perhatian, ramah dan sopan memperlakukanku seperti seorang ratu dirumahnya meski tak sekalipun aku membalas perlakuannya.

Hari ini dia pergi kekantor begitu pagi, namun ia tak pernah lupa untuk menyiapkan sarapan untukku, seharusnya aku yang melakukan itu baginya, tapi selalu saja dia bangun lebih awal dariku. Dia benar-benar pria yang sangat baik. Tapi mengapa hatiku tak juga bisa berpaling terhadap laki-laki pilihan orang tuaku ini ?kenapa hanya seseorang dari masalalu itu yang terus mengisi pikiranku ?dan pria dihidupku sekarang, kenapa ia begitu sabar terhadapku ? kenapa ia tak menceraikanku saja, lalu mencari wanita lain yang pasti lebih bisa mencintainya ? aku selalu ingin menanyakan ini padanya, namun aku tak pernah bisa, ada sedikit rasa takut didalam hatiku. Apa itu takut karna tak ingin menyinggung perasaannya, atau karna aku takut dia akan meninggalkanku.

Siang ini aku berencana pergi kekantornya, akan kubawakan dia makan siang yang aku masak dengan tanganku sendiri, sesekali aku ingin membalas perlakuannya padaku. akuingin mencairkan kecanggungan antara aku dengannya. Aku fikir inilah saatnya aku membuka hatiku untuknya, dan melupakan masalaluku.

"apakah saya bisa bertemu dengan Tuan Do ?" tanyaku pada resepsionis yang berada tak jauh didepan pintu loby. Sepertinya mereka tak itu wajar, aku tak pernah datang kekantor suamiku semenjak kita menikah.

"maaf Ny. Apa anda bisa menyebutkan nama anda ?" tanya resepsionis itu padaku,

"lee Ji Eun" jawabku.

"Ny. Ji Eun, Bapak meminta anda menunggu sebentar, beliau akan kemari setelah pertemuannya dengan clien selesai" ucapnya padaku setelah menutup telp.

"baiklah... gomapseumnidha..." ucapku membalas perkataannya.

Tak lama kemudian aku melihat suamiku keluar dari pintu lift, dia berlari menghampiriku. Aku tersenyum padanya, namun bibirnya tetap tertutup tanpa bergerak, dengan wajah yang begitu cemas.

"apa yang kau lakukan disini ? apa ada sesuatu yang terjadi dirumah ?" tanyanya padaku sedikit khawatir.

Aku tersenyum, lalu dia memandangku dia bingung dengan sikapku yang tak biasa ini.

"aku hanya ingin mengajakmu makan siang bersama" ucapku padanya. Dia semakin memandangku aneh setelah mendengar tuturanku. Lalu aku tersenyum melihatnya dan berkata, "apa kau tak suka aku berada disini ?"

"tidak... bukan begitu... tapi..."

"sssttttt... sudahlah... ayo kita makan..." ucapku memotong perkataannya. Lalu dia mengajakku menuju ruang kerjanya. Dalam perjalan menuju kesana, seluruh karyawan yang berpapasan denganku menatapku aneh, apa mungkin mereka bertanya-tanya siapa aku ?atau karna aku berjalan dibelakang suamiku yang berjarak sekitar satu meter darinya ?tidak terlihat seperti suami istri ?atau mungkin mereka tak menyukai kehadiranku ?namun aku menepis pikiran itu, karna tujuanku kesini adalah bertemu suamiku. Kuhiraukan seluruh pikiran yang memenuhi otakku, aku terus berjalan hingga sampai diruang kerja mempersilahkanku duduk di sofa ruang kerjanya, lalu kusajikan bekal makan siang yang sudah kusiapkan.

Sama seperti biasanya, meski kita makan dalam satu meja, namun tak banyak yang kita memang orang yang walaupun masakanku sedikit asin, dia tak berkomentar apapun padaku, dia terus menyantap makanannya seperti tak menghiraukan -tengah makanan yang sedang kami santap, kuberanikan diri untuk membuka percakapan aku sedikit gugup namun aku terus berusaha untuk berani melawan rasa takutku.

"apa kau menyukai makanannya ?" tanyaku padanya.

"mmm..." jawabnya singkat lalu melanjutkan menyantap makanannya.

"bukankah rasanya sedikit asin ? seperti nya aku terlalu banyak menuangkan garam kedalamnya".

"apa kau memasaknya sendiri ?"

"aku hanya memasak apa yang aku bisa, meskipun tak seenak masakanmu, aku harap kau menyukainya" ungkapku.

Dia kembali mentapku aneh, mungkin dia masih bingung dengan sikapku yang tiba-tiba berubah seperti ini.

"apa ada yang ingin kau tanyakan ?" ucapku padanya.

Dia memandangku begitu dalam, seperti banyak hal yang ingin ia tanyakan, namun ia menyimpannya, dan memilih tak mengungkapkannya.

"aku datang kesini untukmu, aku ingin bertemu denganmu, aku ingin belajar menjadi istri yang semestinya bagimu" tuturku padanya.

Dia sontak kaget dengan expresi khasnya yang sering kulihat saat dia menerima kabar mengejutkan. Dia seperti tak percaya dengan apa yang aku katakan. Lalu aku beranjak dari tempat dudukku semula dan duduk dihadapannya.

"bisakah kau membuka hatimu untukku ? aku ingin belajar mencintaimu" ucapku padanya lagi.

Dia semakin terkejut mendengar perkataanku, dia seperti tak percaya dengan apa yang kukatakan baru saja.

"Kyungsoo ya... ijinkan aku menjadi seorang istri yang layak bagimu" lanjutku,

Dia memegang kedua tanganku lalu berkata,

"apakah kau serius dengan perkataanmu ini ?" tanyanya padaku.

Kuanggukkan kepalaku, lalu dia tersenyum padaku.

"aku bersyukur Tuhan telah mengabulkan doaku" ucapnya.

Aku tidak mengerti dengan apa yang dia katakan, namun aku masih tidak berani bertanya lebih banyak padanya.

"dalam setiap doaku, aku meminta agar Tuhan membukakan hatimu untukku, untuk bisa menerimaku" lanjutnya.

aku tersenyum mendengar perkataannya, lalu dia membalas senyumanku.

Malam ini aku menunggunya pulang didepan rumah, aku sudah menyajikan makan malam untuknya yang telah kutata rapi dimeja saat kemudian kulihat mobilnya memasuki halaman rumah kami, aku pun menghampirinya dan membawakan tasnya. Dia hanya tersenyum padaku tanpa ada yang ia katakan.

"apa kau sudah makan malam ?" tanyaku padanya untuk membuka percakapan.

"belum, apakah kau sudah lapar ? bisakah kau menunggu beberapa saat ? aku akan memasakkan makanan kesukaanmu" katanya padaku lembut.

Aku tersenyum lalu menjawab perkataannya "aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita".Kami pun masuk dan menuju meja makan.

Setelah ganti pakaian dan membersihkan diri, dia mengambil bantal dan selimut seperti yang biasa ia lakukan lalu merebahkan dirinya disofa ruang tengah. Aku menghampirinya lalu berkata "tidak bisakah kita tidur dalam satu ranjang ?"

Dia kembali mengeluarkan ekspresi khasnya, kali ini dia benar-benar terkejut mendengar perkataanku.

"apa kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu ?" tanyanya padaku.

Ku anggukkan kepalaku untuk mengiyakan selimut dan bantalnya lalu kumasukkan kedalam kamar kami.

Dia masih terdiam disofa, hingga aku memanggilnya untuk masuk kedalam kamar kami.

Sudah sebulan sejak aku tidur satu ranjang dengannya, namun ia tak juga menyentuhku. Apakah dia masih takut ?pikirku mengartikan keadaan ini. Lalu kuberanikan diri mengajaknya untuk berlibur ke ini bukanlah liburan, melainkan bulan madu kami yang sempat tertunda.

Setibanya kami di Paris, aku mengajaknya untuk mengelilingi kota itu. Kami tak lagi berjalan berjauhan, tapi sangat dekat, meskipun dia tak menggandeng itu suasana kota Paris tidak begitu ramai, kami berjalan menuju menara ifell, sungguh indah. Aku begitu kagum dengan keindahan kota ini.

Tak lama kemudian kamipun memutuskan untuk kembali terlihat begitu lelah, dan langsung tertidur setelah makan malam selesai. Esoknya aku tak mengajaknya pergi kemanapun, kami hanya berada dihotel, menikmati keindahan kota paris dari lantai 23 kamar hotel kami. Dia masih sama, tidak banyak berkata.

Malam harinya setelah selesai mandi, aku melihatnya berdiri didekat jendela memandang keluar memeluknya dari belakang, lalu berkata.

"tidak bisakah kau perlakukanku seperti seorang istri yang semestinya ?" ungkapku padanya seraya meneteskan air mata. Aku tau ini salahku, yang membuatnya begitu menjaga jarak terhadapku.

"Kyungsoo ya..aku benar-benar sudah merelakan diriku untukmu, sentuhlah aku jika kau menginginkannya" lanjutku. Kemudian dia berbalik kearahku lalu menatapku,

"apa yang kau tangiskan ?" ucapnya padaku.

"maafkan aku, jika membuatmu tidak nyaman selama ini, maafkan aku, jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu".

Dia tersenyum padaku lalu memelukku, "bukan aku tidak ingin menyentuhmu, tapi aku tidak ingin kau melakukannya karna terpaksa, aku tidak ingin menyakitimu, aku hanya ingin menjaga perasaan kekasihku" ucapnya padaku.

"lalu, apakah selama ini kau tidak merasa sakit ? apa kau tidak kecewa terhadapku ?" tanyaku.

"aku memang merasa sakit setiap kali melihatmu menghindariku, dan mendengarmu menyebut namanya dalam tidurmu, tapi... aku tidak ingin memaksakan kehendakku. Aku mencintaimu dengan tulus, dan aku akan menunggumu hingga kau menerima kehadiranku dalam hidupmu" tuturnya padaku.

Tangisku semakin menjadi, betapa beruntungnya aku mendapatkan suami begitu baik, dan sangat yang telah aku lakukan padanya selama dua tahun? sungguh, dia benar-benar pria hebat, mampu bertahan denganku selama itu.

Aku masih berada dalam pelukannya, dia memelukku begitu erat, kurasakan kehangatan darinya, lalu ia mengangkat kepalaku dan mencium bibirku.

Kubuka mataku saat fajar menembus jendela kamar hotel melihatnya masih tertidur lelap disampingku. Entah apa yang terjadi semalam aku sudah tak mengingatnya, mungkin ini efek dari minuman yang aku pesan semalam hingga membuatku lupa segalanya. Yang aku tau dia menggendongku dan menidurkanku diatas tubuhku sudah tak memakai pakaian yang aku kenakan semalam, lalu kualihkan pandanganku kearah lain, kulihat pakaianku dan pakaiannya berserakan dilantai. "apa aku benar-benar telah melakukannya semalam?" tanyaku dalam hati.

Aku masih belum beranjak dari ranjangku, lalu kurasakan tangannya memelukku.

"apa kau sudah bangun ?" tanyanya padaku.

"emm... apa kau tidur nyenyak semalam ?" balasku padanya.

Dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, lalu berkata,

"gomawo"

"untuk apa ?" tanyaku.

"karna kau sudah mengijinkanku menyentuhmu" balasnya padaku. Aku tersenyum mendengar benar-benar pria yang sangat baik, pikiranku terus memujinya.

Ini adalah hari ketiga kami dikota ini, dan mungkin hari ini akan menjadi yang terakhir. Aku tau jika dia tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu memutuskan untuk pulang besok pagi. Hari ini aku kembali mengajaknya mengelilingi kota Paris. Namun tak seperti sebelumnya, kota ini seketika menjadi sangat ramai. Dia menggandeng tanganku kemanapun dia merasa kita benar-benar telah menjadi sepasang suami istri yang sesungguhnya.

TBC