All the characters isn't mine but the storyline is mine. Don't Plagiarism

Don't Like Don't Read juseyo.

Caution! It's YAOI. It isn't suitable for homphobia

EXO Suho x Lay

Enjoy!

- AqueousXback -

.

" This fanfic Inspired from a fanfic with the tittle 'Rose' from Ira Putri "


Joonmyeon tak tahu apapun tentang Yixing. Tapi kenapa bisa? Wajah manis di sertai lengkungan di pipi kanannya yang menggemaskan. Senyuman yang membuat jantungnya berdegup kencang. Manik hitam yang terpancar indah saat menatapnya. Hanyalah topeng belaka? Inilah kisah perjuangan Joonmyeon untuk mendapatkan cinta Yixing, walaupun ia tahu bahwa kisahnya akan berakhir tragis, walaupun ia tahu bahwa tak ada satupun yang akan membawanya menuju akhir yang bahagia.

.

"Cinta yang awalnya membuatmu nyaman. Pada akhirnya, cintalah yang menyakitimu bahkan membunuhmu"

"Orang yang mencintaiku...haruslah mati"


PROLOG

Shu Han 蜀漢 (223 M)

Seorang pemuda menatap kertas yang berada di genggamannya. Ekspresi masam terlukis jelas di wajahnya yang terbilang manis bagi ukuran laki-laki seperti dirinya. Pemuda itu mendengus kesal. Ia masih menatap kertas yang ukurannya 30 cm x 10 cm itu.

Ya, ia hanya iseng mengambil kertas yang tergulung di sebuah kotak setelah melakukan pemujaan di kuil. Dan..

Kalimat壞運氣Huài yùnqì (Nasib buruk) yang ditulis secara horizontal terpampang jelas di kertas itu.

Pemuda itu pun mengangkat bahunya acuh dan berjalan meninggalkan kuil. Jangan lupakan kertas yang telah remuk di genggaman tangan kanannya.

.


Pemuda itu telah sampai di rumahnya. Ia menyeret pintu lalu masuk ke dalamnya. Terlihat wanita paruh baya yang tengah menikmati menghirup aroma teh hijau. Ketika pemuda itu baru saja mengangkat kakinya menuju kamar, wanita paruh baya itu menatap tegas pemuda itu. Mau tak mau, pemuda itu langsung membawa tubuhnya di hadapan sang wanita paruh baya.

"Ada apa bu?" tanya pemuda itu.

Sang wanita paruh baya yang diyakini adalah ibu dari pemuda itu menghela nafasnya pelan lalu meletakkan gelas yang berisi teh hijau di meja yang berada diantara mereka berdua.

"Yixing.. ngomong-ngomong, kau sudah dewasa dan usiamu sudah sangat produktif. Seharusnya kau sudah memperkenalkan ibu calon menantu. Calon menantu yang cantik dan anggun tentunya" ucap Ibu Yixing.

"Jadi, maksud ibu. Ibu ingin aku menikah?" Tanya Yixing.

Ibu Yixing pun mengangguk pelan. Yixing menatap ibunya lekat kemudian menghela nafasnya pelan.

"Ibu... aku... aku tidak mempercayai sesuatu yang dinamakan cinta. Bahkan, aku sangat membencinya. Suatu ikatan pernikahan terbentuk karena cinta. Cinta yang terjalin antara dua insan manusia. Jika ibu tetap memaksaku untuk menikah, lebih baik aku mati saja"

"A-Apa?! Yang benar saja kau-"

"Jika ibu masih sayang padaku, lebih baik tidak perlu repot-repot memikirkanku yang akan selamanya sendiri. Tapi jika ibu masih memaksa, aku tak akan segan-segan membunuh diriku. Aku... tidak bercanda apa yang ku katakan" ucap Yixing yang langsung memasuki kamarnya meninggalkan ibunya yang masih terdiam seribu bahasa.

Brak!

Yixing menutup pintu kamarnya kasar. Ia menghampiri meja yang terletak beberapa langkah didepannya. Ia pun duduk dan menyilangkan kakinya. Pandangannya tertuju pada bunga mawar putih yang terletak pada gelas ramping nan tinggi. Ia meraih bunga mawar itu dan mengenggam batangnya erat.

Setetes darah lolos dari kulit telapak tangannya. Ada sedikit perasaan lega di dadanya. Senyuman terlukis diwajahnya yang manis dan lekungan pada pipi kanannya tercetak jelas sehingga menambah kesan manis pada pemuda itu.

"Cintalah yang membuatmu terlena dan cintalah yang akan menyakitimu. Cinta bagaikan bunga mawar. Saat kau melihat kelopak bunganya, kau akan terpesona dengan kecantikannya dan mengagung-agungkan keindahannya. Kau tidak akan menyadari sisi lain dari bunga mawar sebelum duri pada batangnya melukaimu. Cinta yang awalnya membuatmu nyaman. Pada akhirnya, cintalah yang menyakitimu bahkan membunuhmu" ucap Yixing yang mengeratkan genggamannya pada batang bunga mawar putih itu dan darah keluar dari telapak tangannya makin banyak.

Yixing mengarahkan bunga mawar tersebut ke lengan kirinya. Ia menancapkan duri pada lengannya lalu merobek kulitnya. Senyuman di wajahnya makin melebar saat ia melihat genangan darah membasahi lengan kirinya. Ia juga melakukan hal yang sama pada lengan kanannya.

"Aku sangat membenci perasaan cinta. Dan aku, mengutuk perasaan itu. Cinta adalah kutukan. Aku tidak mengerti kenapa dewa menciptakan hal bodoh yang dinamakan cinta"

Yixing mengarahkan bunga itu ke pelipisnya lalu beralih ke leher jenjangnya yang mulus. Ia membiarkan duri pada mawar itu menggesek pelan kulit lehernya.

"Aku... mengutuk perasaan bodoh yang dinamakan cinta"

Yixing menancapkan duri pada mawar itu ke lehernya. Cairan berwarna merah segar itu terciprat keluar. Sekejap kesadaran Yixing menghilang dan tubuhnya terjatuh. Genggamannya pada mawar itu makin lama makin melemah serta genangan darah yang menggenangi tubuhnya makin banyak.

.


"Yixing-er! Makan malam sudah siap! Keluarlah" ucap ibu Yixing sembari mengetuk pintu kamar Yixing pelan.

Tidak ada jawaban dari dalam. Ibu Yixing mengernyitkan dahinya bingung lalu mendekatkan telinganya ke pintu kamar Yixing. Tidak ada satupun suara yang terdengar olehnya.

Mungkin ia tertidur, batinnya. Tetapi rasa was-was menggundah dirinya kuat sehingga tanpa pikir panjang ia membuka pintu kamarnya. Tiba-tiba ibu Yixing terlonjat kaget dan menutup mulutnya syok. Ia sangat kaget melihat pemandangan ini. Pemandangan yang memilukan. Putra semata wayangnya yang sangat dicintainya terbujur kaku bersimbah darah serta bunga mawar yang berada di genggamannya.

Ibu Yixing berlari menghampiri putranya dan menggoncangkan tubuhnya berharap ini hanyalah permainan bodoh belaka. Tidak ada reaksi apapun dari tubuh itu. Ibu Yixing merengkuh tubuh itu lalu berteriak memanggil suaminya.

"Apa yang terja- Yixing!" Teriak pria paruh baya yang diyakini adalah ayahnya Yixing.

"C-Cepat panggil tabib" ucap ibu Yixing dengan suara tercekat. Ayah Yixing pun mengangguk mengiyakan lalu beranjak keluar rumah mencari tabib.

.


Kain putih dibentangkan menutupi tubuh Yixing yang terbujur kaku. Tangisan ibu Yixing semakin menjadi dan memeluk suaminya erat. Tabib yang telah berusaha menolong Yixing mengucapkan secercah kata bela sungkawa dan beranjak meninggalkan pasangan suami-istri tersebut.

Kesedihan membendung pasangan suami-istri tersebut. Mereka berusaha keras untuk merelakan kepergian putra semata wayang mereka.

.


Beijing 北京 (2008)

Seorang pemuda sedang duduk di sofa tua sembari memainkan pisau lipatnya. Didepannya terdapat mayat seorang wanita yang tubuhnya terikat di sebuah kursi. Cairan berwarna merah segar menyelimuti tubuh wanita tersebut.

Pemuda itu mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk menatap pisau lipatnya lalu mengarahkan pandangannya pada meja yang terletak beberapa meter di depannya. Terdapat sebatang bunga mawar dengan vas kaca ramping nan tinggi yang menopang batangnya. Sebuah kelopak bunga mawar terjatuh dari bunganya. Pemuda itu menatap kelopak mawar yang terjatuh itu dan senyuman tercetak di wajahnya