Re-publish

Naruto © Masashi Kishimoto

Wish © Thia Nokoru

Rate : Teen (Remaja)

Pairing : Naruto – Sakura

Genre : Romance

* WISH *

"KIBBAA…! KEMBALI KAUU…!"

Terlihat seorang gadis berambut merah muda panjang yang dikuncir ekor kuda sedang mengejar seorang laki-laki berambut coklat dengan garis merah di kedua pipinya. Di jalan yang bisa dibilang ramai dengan banyaknya para pejalan kaki, mereka berkejar-kejaran melewati orang-orang yang menghalangi mereka.

BRUKK!

Karena ulah sendiri yang berlarian di tengah-tengah banyaknya orang, akhirnya gadis berambut merah muda itu menabrak seorang laki-laki, dan alhasil mereka berdua terjatuh dengan gadis itu yang menindih tubuh si laki-laki.

"Ugghh…." rintih laki-laki itu.

Gadis berambut merah muda itu pun langsung bangun dari posisinya yang menindih laki-laki itu. Laki-laki yang berambut coklat yang bernama Kiba, menghampiri gadis berambut merah muda temannya yang menabrak seseorang.

"Kau tidak apa-apa, Sakura?" tanya Kiba pada teman perempuannya yang bernama Sakura.

"Tidak apa-apa, Kiba."

Sakura melihat seorang laki-laki berambut kuning dengan warna bola mata biru cerah masih merintih kesakitan akibat terjatuh tadi.

"Aku minta maaf, kau bisa bangun?"

Sakura mengulurkan tangannya di hadapan laki-laki yang telah ditabraknya untuk membantunya bangun berdiri.

Laki-laki berambut kuning itu menatap gadis yang menabraknya dengan tatapan terpesona. Wajahnya yang putih, cantik. Warna bola mata, hijau emerald. Warna rambutnya unik, merah muda lembut. Tatapannya tersadarkan saat gadis itu bertanya kepadanya. Tidak laki-laki sekali kalau dibantu berdiri oleh seorang gadis cantik hanya karena jatuh seperti itu. Laki-laki itu tersenyum lebar atau lebih tepatnya sebuah cengiran lebar kepada Sakura.

"Aku bisa bangun sendiri, kok!" Dengan segera laki-laki itu bangun berdiri.

"Sekali lagi aku minta maaf, kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, tenang saja!" ucap laki-laki itu dengan cengiran lebarnya.

"Baguslah kalau begitu, ayo Kiba, kita pulang!"

Sakura langsung menyeret Kiba dan meninggalkan laki-laki berambut kuning itu tanpa melihatnya lagi.

"He? Gadis yang cuek sekali, tapi cantik!" gumam laki-laki berambut kuning itu.

Laki-laki berambut kuning itu pun melanjutkan lagi perjalanannya pulang ke rumahnya.

"Hei, Sakura. Anak tadi dari sekolah SMA Konoha yang elit itu, kan?"

"Hm. Ya, dilihat dari seragam sekolahnya yang berlambang Konoha itu."

"Hei, sebentar lagi hari valentine, aku mau coklat dong…"

"Malas ah… Minta saja sama Hinata, sana!"

"Hinata? Oh… Hinata yang juga dari sekolah elit itu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Kiba! Kau mau kubuat benar-benar lupa?"

Sakura menyeringai pada Kiba sambil mengepalkan tangannya yang bersiap untuk menjitak kepala Kiba.

"Hehehe… bercanda Sakura, kau ini sebagai cewek jangan galak-galak, dong! Cantikmu jadi hilang, kan." Kiba cengengesan melihat Sakura yang sudah bersiap untuk menjitak kepalanya.

"Bodoh!" rutuk Sakura pada Kiba.

Mereka berdua kini melanjutkan perjalanan pulang mereka menuju rumahnya.

T_N

Terlihat di sekolah sederhana yang bernama SMA Sui, murid-murid terlihat sibuk menghias kelas mereka masing-masing. Besok adalah hari valentine, dan hari ini, semua murid dibebaskan dari kegiatan belajar-mengajar. Mereka diijinkan memeriahkan hari kasih sayang di sekolah dengan mengadakan acara sendiri di sekolah mereka.

"Hei, tidak ikut menghias kelas?"

Kiba menghampiri Sakura yang sedang tiduran di bawah sebuah pohon besar yang ada di taman belakang sekolah mereka.

"Malas."

"Kau ini sudah seperti Shikamaru saja!"

Kiba ikut berbaring di sebelah Sakura dan menatap wajah cantik Sakura yang sedang memejamkan matanya.

"Seandainya kau tahu Sakura, aku sudah lama mencintaimu…. Tapi kau sama sekali tidak mencintaiku, kau hanya menganggap aku sebagai teman kecilmu saja, dan kau malah menjodoh-jodohkan aku dengan Hinata." ucap Kiba dalam hati. Setelahnya Kiba menghela napas panjang.

Sakura mendengar helaan napas Kiba yang berat itu. "Ada apa denganmu, Kiba? Kau punya masalah?" tanya Sakura masih memejamkan matanya.

"Tidak, oh ya… menurutmu Hinata orangnya bagaimana?"

"Hn? Hinata? Akhirnya kau tertarik juga Kiba!" seru Sakura dan langsung bangun dari tidurannya. Dengan tersenyum senang Sakura akan memulai penjelasannya kepada Kiba.

Kiba sungguh tak mengerti dengan Sakura, kalau menyangkut Hinata dan dirinya, Sakura akan tersenyum senang seperti ini. Kiba suka melihat Sakura yang tersenyum seperti ini, walau hatinya sakit mengingat Sakura senang karena apa.

Sakura menjelaskan kepada Kiba kalau Hinata gadis yang sangat sempurna dan sangat baik hati. Kiba juga sudah tahu kalau soal itu. Sakura juga bilang kalau Hinata sudah menyukainya sejak lama. Dan Kiba juga sudah tahu itu, mengingat Hinata pernah menyatakan perasaannya kepadanya belum lama ini dan Kiba belum memberikan jawaban kepada Hinata sampai sekarang. Semua yang Sakura jelaskan, Kiba sudah tahu.

"Cukup Sakura." Rasanya Kiba tidak tahan mendengar ocehan Sakura tentang dirinya dan Hinata. Sakura menatap Kiba bingung.

"Kenapa kau suka sekali menjodohkan aku dengan Hinata?"

"Eh? Sudah pasti untuk teman baikku, kau pantas mendapatkan gadis baik seperti Hinata!"

Kiba tiba-tiba memeluk Sakura dengan erat. "Ki-Kiba…. Apa yang kau lakukan!" Sakura mendorong keras tubuh Kiba yang memeluknya erat.

"Sakura… asal kau tahu, aku sangat mencintaimu…." ucap Kiba sambil menatap Sakura dengan lembut.

Mata Sakura membulat tidak percaya mendengar kata-kata Kiba. "Kiba… apa yang kau katakan?" Sakura tidak mengerti.

"Sakura, aku akan mencoba untuk bersama dengan Hinata, tapi… sebagai balasannya, ijinkan aku menciummu sekali saja."

Sakura benar-benar tidak mengerti dengan kata-kata Kiba. Kiba mendekatkan wajahnya pada wajah Sakura, Sakura hanya bisa mematung. Saat dirasanya hembusan napas mereka sudah saling menyatu dan dengan perlahan hidung mereka sudah saling bersentuhan, Sakura hanya bisa memejamkan kedua matanya saja karena takut.

'Cup'

Sebuah kecupan lama yang Kiba berikan kepada Sakura mendarat di pipi kanan Sakura. Tadinya Kiba akan mencium Sakura di bibirnya, tapi Kiba tidak bisa mencium gadis yang tidak menyukainya, kalau dia lakukan itu, dia hanya akan menyakiti gadis itu saja.

"Maafkan aku Sakura, kita masih teman, kan? Besok aku akan membalas perasaan Hinata. Aku akan mencoba mencintai Hinata dari awal. Hinata memang gadis yang sangat baik. Terima kasih, Sakura.

Setelah mengucapkan itu Kiba pergi meninggalkan Sakura yang masih terbengong dan tidak percaya akan kejadian barusan.

"KIBA, BODOH!" teriak Sakura setelah Kiba sudah tidak ada lagi.

Sakura keluar dari lingkungan sekolahnya dan berjalan dengan wajah yang terlihat—sedang tidak ingin diganggu— itu menuju taman dekat sekolahnya. Taman dekat sekolahnya itu memang tempat yang sangat cocok untuk menyendiri. Saat masuk ke dalam taman, Sakura melihat ada seorang anak perempuan yang sedang dikepung oleh beberapa laki-laki dewasa yang terlihat seperti preman ngak jelas itu. Kebetulan, tangan Sakura terasa gatal sekali.

"Hei, beraninya main keroyokan!" teriak Sakura pada preman yang berjumlah enam orang itu.

"Wah… wah… wah… ada mangsa satu lagi…" Salah satu preman itu menatap Sakura dengan tatapan mesum.

"Cih, menjijikan!" gumam Sakura yang melihat preman yang menatapnya dengan mesum.

Tanpa aba-aba dulu, Sakura langsung menghajar satu-persatu para preman itu sampai tumbang semua dan akhirnya mereka semua kabur dengan wajah yang sudah babak belur.

"Heh! Rasakan itu! Terima kasih atas permainannya!" ucap Sakura senang setelah preman itu pergi.

Anak perempuan yang ditolong langsung-ngak langsung itu hanya bisa terbengong melihat perbuatan Sakura yang menurutnya aneh sekali.

"Ka-Kakak, te-terima kasih, ya…" ucap anak perempuan itu takut-takut pada Sakura.

"Kau sudah aman, pulanglah ke rumah!" Sakura tersenyum ramah pada anak perempuan itu.

Pandangan anak perempuan itu terhadap Sakura berubah ketika melihat senyum ramah Sakura.

"Sekali lagi terima kasih banyak, Kakak." ucap anak perempuan itu sambil tersenyum manis.

Sakura membalas dengan senyum manis juga, dan anak itu berlari meninggalkan Sakura. Anak perempuan yang berusia sekitar 12 tahunan yang manis.

Sakura duduk di bangku taman di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran. Sakura memikirkan kata-kata Kiba padanya. Kiba menyukainya, Sakura tidak menyukainya. Sakura hanya menganggap Kiba sebagai sahabat terbaiknya yang selalu menemaninya kemana pun Sakura pergi sedari mereka kecil. Kiba satu-satunya teman yang dia punya. Sampai kehadiran Hinata dalam pertemanan mereka.

Hinata bersekolah di SMA Konoha yang terkenal sebagai sekolah untuk golongan anak orang-orang kaya dan terhormat, mungkin? Mereka bertemu saat upacara penerimaan murid baru, saat Hinata tersesat karena dia baru pindah ke kota Konoha. Hinata diganggu oleh anak dari sekolah Sakura, dan Sakura yang kasihan pada Hinata langsung menghajar yang ternyata adalah kakak kelasnya di sekolahnya, sampai babak belur. Sekolah Sakura dan Hinata sangat dekat, nih… di belakang taman ini adalah sekolah Hinata, sekeliling sekolah Hinata di pasang pagar besi yang sangat tinggi dan besar. Memang tidak bisa melihat ke dalam sekolahnya, karena taman ini berada di belakang sekolah Hinata.

Sejak itu Sakura akrab dengan Hinata, ditambah lagi rumah mereka berdekatan. Sakura mengenalkan Hinata pada Kiba, awalnya Kiba sempat terpesona juga dengan Hinata, tapi dia menepis perasaannya itu. Sedangkan Hinata sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Kiba.

"Maafkan aku, Kiba. Aku telah menyakiti hatimu. Aku tidak bermaksud seperti itu, kok…." gumam Sakura pelan.

Saat Sakura yang sedang meratapi kesalahannya, ada sebuah balon gas terbang ke arahnya. Dari kejauhan terlihat anak kecil berusia tujuh tahunan berlari-larian mengejar balon gas tersebut. Sakura tahu, dengan segera Sakura meraih balon gas tersebut sebelum terbang lebih tinggi lagi. Anak kecil itu tersenyum senang melihat Sakura telah meraih balon gas itu. Dengan segera anak kecil itu menghampiri Sakura sambil mengatur napasnya yang terlihat capek mengejar balon gas ini.

"Kakak… terima kasih banyak sudah mengambilkan balonnya." Anak kecil itu menghampiri Sakura dengan cengiran lebarnya. Sepertinya Sakura pernah melihat cengiran seperti itu, tapi di mana?

"Adik kecil, sebaiknya tali balonnya diberi pemberat agar tidak terbang."

Sakura mengambil batu kerikil yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, lalu mengikatkan pada ujung tali yang mengikat balon gas tersebut. Lalu memberikannya pada anak kecil itu.

"Begini lebih baik, dia tidak akan terbang kecuali kau melepaskan ikatan batu ini."

"Hm. Terima kasih…. Konohamaru mau membuat permohonan dengan balon gas ini. Kata Kak Naru, kalau kita menuliskan permohonan pada secarik kertas dan mengikatkannya pada balon gas ini, maka balon gas ini akan terbang ke langit dan menyampaikan permohonan kita. Kata Kak Naru lagi, balon gas juga bisa mengirimkan pesan kepada orang yang berada jauh dari kita, di manapun."

"Benarkah?"

"Hm, sewaktu Konohamaru mau mengikatkan kertas ini pada balonnya, eh… balonnya malah terbang."

Konohamaru sedikit kesal sambil menunjukkan kertas yang sudah dilipat kecil pada Sakura.

"Kau memohon apa?"

"Hehehe… Kakak baca saja…." Konohamaru memberikan Sakura kertas permohonannya.

Sakura menerima kertas permohonan Konohamaru dan membacanya.

'Semoga balon gas ini bisa mengabulkan permohonan Konohamaru, emm… yang pertama Konohamaru ingin mainan yang banyak, trus… makanan yang enak-enak, lalu-lalu…,' Semuanya adalah keinginan anak-anak yang seusianya, sampai pada tulisan di kertas paling bawah, 'Konohamaru juga ingin balon gas menyampaikan kepada Ayah dan Ibu Kak Naru dan Konohamaru, Konohamaru ingin bertemu dengan kalian berdua di surga… kapan kalian kembali ke rumah?' Begitulah yang tertulis pada ucapan permohonan Konohamaru kecil.

Sakura tersentuh saat membaca permohonan Konohamaru, Sakura mengelus kepala Konohamaru dengan lembut dan tersenyum pada anak kecil itu.

"Semoga permohonanmu terkabul, ya. Tapi… walau tidak bisa ke surga sekarang, Konohamaru bisa, kok, bertemu dengan Ayah dan Ibu Konohamaru, karena selamanya Ayah dan Ibu Konohamaru akan selalu berada di hati Konohamaru." Sakura menyentuh dada Konohamaru.

"Kakak… benarkah itu?"

"Ya. Konohamaru sayang Ayah dan Ibu?"

"Iya. Konohamaru sayang sekali…. Mereka pergi meninggalkan Konohamaru, hiks… hiks…. Sekarang Konohamaru hanya berdua saja bersama Kak Naru… hiks…." Konohamaru menagis mengingat kepergian orangtuanya sekitar dua bulan yang lalu.

"Jangan menangis, ya…. Kalau Konohamaru menangis, nanti Ayah dan Ibu Konohamaru juga akan sedih dan tidak akan sayang lagi sama Konohamaru. Sekarang Konohamaru tunjuk kan kepada Ayah dan Ibu di surga, kalau Konohamaru bisa menjadi anak yang berguna dan tidak akan mengecewakan Ayah dan Ibu."

"Konohamaru sudah jadi anak yang baik dan penurut sama Kak Naru, kok…."

"Nah, mari Kakak bantu ikatkan permohonan Konohamaru pada balon gas itu…"

Sakura melepaskan ikatan pada batu dan menggantikannya dengan kertas permohonan Konohamaru. Setelah terikat Sakura memberikan balonnya kepada Konohamaru.

"Ayo kita berdoa, semoga permohonan Konohamaru bisa terkabul…."

Mereka berdua menangkupkan kedua tangannya ke depan dan berdoa.

"Kakak, aku terbangkan, ya…."

"Hn."

Balon gas berwarna merah itu terbang membawa kertas permohonan Konohamaru, terbawa angin dan terbang semakin tinggi, tinggi, sampai tidak terlihat lagi di langit biru yang luas.

"Yeaahh…! Akhirnya…. Terima kasih, Kakak!" Konohamaru senang sekali.

"Nah, sebaiknya Konohamaru pulang, ya. Nanti Kak Naru mencarimu…."

"Baik! Kak Naru sekolah di sana, sebentar lagi pulang sekolah!" Konohamaru menunjuk pada sekolah elit Konoha.

"Konohamaru pergi dulu, ya, Kakak…. Bye… bye…." Konohamaru pergi berlari meninggalkan Sakura sambil melambaikan tangannya.

"Kasihan sekali Konohamaru, Kakaknya ternyata masih sekolah." Sakura menatap kepergian Konohamaru dengan sedih.

Sementara itu di sekolah SMA Konoha, tempat anak-anak orang kaya bersekolah, seorang laki-laki berambut kuning sedang mencari-mencari seseorang di tengah-tengah kerumunan murid-murid yang baru keluar dari kelas di halaman depan sekolahnya.

"Kemana Konohamaru? Dasar bocah bikin susah!" rutuk kesal anak laki-laki itu.

"Kakakkk…." Dari jauh terdengar suara anak kecil berteriak.

"Konohamaru?" Laki-laki itu melihat sosok yang di carinya sedang berlari menuju padanya.

Bletaakk!

"Aduuhh…"

"Darimana saja kau, hah!"

"Sakitt… Kak, Konohamaru habis menerbangkan balon gas bersama Kakak—eh, Konohamaru lupa menanyakan namanya!"

"Dengan siapa?" Ternyata laki-laki berambut kuning ini adalah kakak Konohamaru.

"Kakak Cantik!" seru Konohamaru dengan cengirannya.

"Kecil-kecil sudah genit! Mau Kakak pukul lagi?"

"Siapa yang genit? Kakak yang genit…. Tiap malam senyum-senyum sendiri ngebayangin cewek yang menabrak Kakak, kan? Wee!" Konohamaru menjulurkan lidahnya.

"Sudahlah, ayo pulang! Lain kali jangan main jauh-jauh. Nanti di culik, lho!"

"Iya."

Kedua kakak-beradik itupun pulang dengan berjalan kaki menuju rumah mereka yang tidak terlalu jauh.

T_N

Hari Valentine tiba. Di sekolah Sakura, SMA Sui, sangat ramai dengan warna-warna yang bikin sakit mata—menurut Sakura. Di aula sekolah yang besar acaranya diadakan. Semua murid sudah berkumpul di sana, dan acara pembuka juga sudah dimulai.

Sedari pagi, Sakura tidak melihat Kiba. Biasanya mereka akan berangkat sekolah sama-sama dan sekarang tidak ada Kiba, rasanya sungguh sepi. Mungkin Kiba marah atau membencinya? Sakura tidak mau ambil pusing, sekarang dia berjalan menuju taman belakang sekolahnya, tidak mengikuti acara valentine sekolahnya.

"Hei," Seseorang datang menghampiri Sakura yang sedang duduk di bangku taman.

Sakura terkejut melihat siapa yang datang, Kiba. "Hn,"

"Maaf, aku tidak menjemputmu, kau tidak marah?"

"Tidak." jawab Sakura. "Kiba… Maafkan aku, ya…."

Kiba terdiam, "Sudahlah… Mungkin kau ini bukan bidadari cantik yang tercipta untukku, hahaha…." Kiba merangkul Sakura yang ada di sebelahnya.

"Aku serius, Kiba!"

"Hehehe… tidak apa-apa, Sakura. Walau aku nanti sudah jadi pacar Hinata, aku harap hubungan kita tidak berubah, ya. Kita masih bisa selalu bersama-sama, dan aku masih akan selalu menemanimu!" ucap Kiba dengan cengirannya.

Sakura sungguh senang, Kiba sudah kembali seperti biasa. Sakura tersenyum pada Kiba.

"Aku sayang padamu, Kiba. Tapi sebagai sahabat atau keluarga? Aku sendiri tidak mengerti bagaimana rasanya menyukai seseorang?" Sakura bingung.

"Aku tahu itu…" keluh Kiba. "Kau ini gadis tomboy, cuek sama laki-laki, sedikit kasar, mungkin? Atau lebih? Semua laki-laki di sekolah ini takut padamu Sakura, jadi… mana bisa kau merasakan jatuh cinta pada laki-laki kalau kau sendiri cuek seperti itu…."

Sakura merasakan kata-kata Kiba sangat menusuk hatinya. Yah, apa yang dikatakan oleh Kiba memang benar.

Sakura terdiam, berpikir kalau dia memang tidak akan pernah merasakan apa itu namanya cinta. Makanya Sakura sangat benci hari valentine ini.

"Hei, kok melamun? Kita ke aula, yuk!"

"Kau saja sana! Penggemarmu pasti akan memberimu coklat yang banyak!"

"Hehehe… Aku tidak diberi coklat, darimu?"

"Tidak ada coklat untukmu! Nanti sepulang sekolah Hinata akan memberimu, kan?"

"Ya…. Semalam dia telepon, katanya akan memberiku coklat sepulang sekolah. Sepertinya aku tidak bisa pulang bersamamu, Sakura."

"Aku sudah tahu, jangan pikirkan aku. Selamat ya… tolong sayangi Hinata, dia sangat baik…." Sakura tersenyum pada Kiba.

"Hn, terima kasih. Aku sayang padamu!"

'Cup'

Kiba mengecup pipi Sakura lagi.

"Hehehe… yang terakhir kalinya. Tenang saja… sepertinya aku juga ada rasa sedikit pada Hinata!" Kiba tersenyum lembut pada Sakura. Sakura lega mendengarnya.

"Aku ikut senang kalau begitu…." Sakura balas tersenyum manis pada Kiba.

"Ku harap, kau juga segera menemukan pangeran yang akan menemanimu. Rubahlah sedikit sifat cuekmu itu, aku tahu kau ini cewek yang manis sebenarnya, dan sangat baik." Setelah mengucapkan itu, Kiba pergi meninggalkan Sakura.

Kata-kata Kiba membuat Sakura sedikit berharap akan menemukan pangeran yang akan mencintainya.

"Haahh… Apakah ada?"

Sakura merogoh saku rok sekolahnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil sederhana.

"Sebenarnya… aku membuat coklat untuk Kiba, coklat persahabatan, tapi… aku tidak memberikannya." keluh Sakura.

Sakura jarang memberi Kiba coklat di hari valentine.

"Sepertinya taman sekolah sudah mulai ramai, aku pindah saja." Terlihat dari beberapa pasangan di sekolah ini sudah pada keluar dari aula sekolah.

Sakura ke tempat kesukaannya, taman yang berada di belakang sekolah Hinata. Sakura duduk di bangku taman ini, tidak ada orang lain selain Sakura di taman ini. Sepi. Sakura suka menyendiri, itu membuatnya tenang dan nyaman.

Tetot… Tetot… Tetot…

Terdengar oleh Sakura suara dari terompet milik penjual balon gas yang sedang beristirahat di taman ini. Tukang balon yang aneh, pikir Sakura. Rambut kepala batok, alis tebal, memakai pakaian yang aneh berwarna hijau dan baju terusannya itu sangat ketat. Mata Sakura dan mata penjual balon itu bertemu pandang. Sakura bergidik takut saat penjual balon itu tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya kepadanya.

Penjual balon itu mendekat pada Sakura sambil membawa barang dagangannya.

"Hei, Nona Cantik. Sendirian saja di hari kasih sayang ini? Semua orang penuh semangat masa muda memeriahkan hari kasih sayang ini! Kenapa kau sendirian?" tanya penjual balon dengan gaya yang aneh dan terlalu bersemangat—menurut Sakura.

"Eh, hehehe…. Aku baru saja selesai mengikuti acara valentine di sekolah…." ucap Sakura bohong.

"Waahh… bagus kalau begitu! Aku juga dari tadi membagi-bagikan balon ini kepada anak kecil di sepanjang jalan!" ucap penjual balon itu semangat.

"Oh… begitu," Sakura tersenyum aneh melihat penjual balon itu.

"Ini, untukmu! Selamat hari kasih sayang, ya…."

Penjual balon itu tersenyum penuh semangat lalu memberikan Sakura satu balon gas berwarna merah muda yang sama dengan warna rambutnya. Sakura menerimanya dengan canggung karena senyuman penjual balon itu sangat bikin sakit mata, terlalu menyilaukan bagi Sakura.

"Te-terima kasih banyak. Selamat hari valentine juga… hahahaha…." Sakura merasa aneh sekali.

"Baiklah… aku juga harus membagi-bagikan balon lagi…. Sampai jumpa lagi, Nona Manis…."

Sakura hanya tersenyum menanggapi lambaian penjual balon itu, atau mungkin pembagi balon?

Sakura memandangi balon gas yang dipegangnya. Melihatnya, Sakura jadi teringat Konohamaru kemarin. Sekilas di pikiran Sakura, Sakura sepertinya juga ingin mencoba permohonan pada balon gas ini.

"Mana bisa? Ada-ada saja… tapi… kalau hanya sebuah harapan dan permohonan…." Sakura mengambil kertas dan pulpen dari dalam tas sekolahnya.

"Ini gila! Seperti bukan diriku saja menulis permohonan seperti ini… tapi… kata-kata Kiba membuatku jadi berharap…." gumam Sakura.

"Aku tahu… hal seperti ini tidak mungkin. Tapi… biarkan harapan sekilasku ini pergi menjauh dan semoga saja semuanya kembali seperti semula saat hari kasih sayang sudah berlalu. Hari ini… aku merasa seperti seorang perempuan… hihihi… lucu sekali…." Sakura tersenyum manis menatap kertas harapannya yang sudah terikat pada balon gas berwarna merah muda itu.

"Selamat jalan… harapan kecilku…. Apakah benar-benar terkabul?"

Sakura melepaskan balon gas itu, balon itu terbang terbawa angin menuju gedung sekolah SMA Konoha.

"Hiiyyaaaa…. Kenapa terbang kesana? Bagaimana kalau nanti menyangkut di gedung sekolah tinggi itu? Waduuhh… gawat kalau ada yang membacanya. Eh… kenapa aku takut? Aku kan tidak mencantumkan namaku seperti Konohamaru yang mencantumkan namanya di kertas permohonannya…."

Sakura menghela napas lega…. Biar saja kalau ada yang membaca harapannya, orang itu tidak akan tahu siapa yang membuatnya, kan?

SMA Konoha juga sedang mengadakan acara valentine di sekolahnya, biar sekolah anak orang kaya, tetap saja yang namanya manusia itu sama. Seorang laki-laki berambut kuning terlihat sedang berlari-larian karena di kejar-kejar oleh segerombolan para penggemarnya sambil memegang sekotak coklat.

"Kyyaaa… Narutooo… terimalah coklat cinta dariku ini…." Begitulah teriak-teriakan yang terdengar dari para penggemar laki-laki berambut kuning yang bernama Naruto.

Naruto berlari hampir sudah tiga kali mengelilingi sekolahnya yang luas. Dimana-mana para penggemarnya selalu ada, susah sekali untuk mencari tempat bersembunyi. Kalau sampai tertangkap, Naruto tidak mau bernasib sama dengan temannya yang bernama Sasuke Uchiha. Cowok paling tampan di sekolah ini. Sedangkan Naruto berada pada urutan kedua setelah Sasuke. Sasuke tertangkap dan dikerumuni oleh siswi-siswi yang ingin memberikannya coklat dan bahkan yang lebih parahnya, Sasuke mendapatkan banyak ciuman di wajahnya dari para siswi yang memang selalu ingin bisa mencium Sasuke. Apes sekali Sasuke Uchiha itu. Kalian tahu? Sasuke sampai tidak sadarkan diri saat itu, dia pingsan dalam tumpukan coklat-coklat yang mengubur dirinya. Para bodyguard Sasuke, langsung membawa Sasuke ke ruang UKS diikuti teriakan-teriakan histeris oleh para penggemarnya.

Membayangkannya saja Naruto rasanya sudah ingin mati. Naruto melihat kebelakangnya dan sepertinya para penggemarnya itu sudah tertinggal jauh. Di depan Naruto adalah tempat parkiran mobil, dan di dekat parkiran mobil itu terdapat pohon-pohon yang sangat tinggi-tinggi. Naruto memutuskan untuk bersembunyi di atas pohon saja. Dengan mudah, Naruto bisa memanjat pohon yang rindang dan tinggi itu. Naruto duduk pada batang cabang pohon yang besar, dia melihat kebawah, bisa terlihat para penggemarnya sedang berlari mencari-cari dirinya dengan bingung.

"Haahh… aku selamat…."

Naruto menatap langit yang cerah dari atas pohon. Hari ini tidak terlalu panas, langit berawan dan matahari terhalangi oleh awan tebal, sehingga cuacanya tidak terlalu panas. Mata Naruto menyipit melihat sebuah balon gas berwarna merah muda terbang ke arahnya. Dengan mudah Naruto mengambil balon tersebut.

"Hehehe… kasihan sekali anak kecil yang kehilangan balon gasnya. Pasti sedang menangis minta di belikan lagi…." ucap Naruto sambil tersenyum.

"Eh? Apa ini?"

Naruto melihat pada ujung talinya ada sebuah kertas yang terikat pada balon gas tersebut. Naruto berpikir,

"Permohonan pada balon gas, ya…. lebih baik aku terbangkan lagi… mungkin seorang anak kecil atau seorang gadis yang membuat permohonan…."

Sebelum Naruto melepaskan pegangannya pada tali balon, balon itu terkena daun-daun pohon yang tajam sehingga sebelum diterbangkan, balon itu malah meledak di depan wajah Naruto. Membuat Naruto terkejut dan hampir terjatuh dari duduknya di batang pohon.

"HUWWAA…."

Naruto berpegangan erat pada batang pohon, hampir saja….

"Pe-pecah… waduh… bagaimana ini? Maaf ya… aku memecahkan balonnya…." Naruto merasa bersalah.

Dilihatnya yang ada di genggaman tangannya hanya sebuah tali dan kertas yang terikat pada tali itu. Naruto penasaran sekali dengan isi permohonan pada kertas itu.

"Maafkan aku, ya… siapapun yang menulis kertas ini, anak kecil, anak muda, orang dewasa, orang tua, maafkan aku…." kata Naruto dengan sungguh-sungguh.

Dengan perasaan yang sangat penasaran, Naruto dengan perlahan membuka ikatan pada kertas itu. Naruto membaca apa yang tertulis pada kertas itu. Sebuah senyum mengembang di bibir Naruto.

"Pasti seorang gadis… gadis yang manis…."

"Semoga permohonanmu dapat terkabulkan…."

Naruto memasukkan kertas itu ke dalam saku celananya.

Setelah keadaan sepi, Naruto memutuskan untuk turun dari atas pohon.

"Kakak!" panggil Konohamaru.

"Hn, kau sudah pulang?"

"Sudah, Kakak pulang jam berapa?"

"Hari ini tidak belajar, kita pulang saja!"

"Kakak, kau tidak dapat coklat? Biasanya pulang bawa sekarung coklat!" Konohamaru tidak melihat Naruto yang membawa satu batang coklat pun di hari valentine ini.

"Aku kabur, makanya tidak ada coklat!"

"Yah, sayang sekali… Aku mau coklat…." Konohamaru terlihat sedih.

"Kita bisa membelinya, nanti pas lewat supermarket, aku akan membelikanmu banyak!"

"Yeaahh…. Coklat! Coklat! Coklat!" seru Konohamaru senang.

Kakak beradik itu berjalan keluar dari gedung sekolah mereka, dari kelas Play Grup sampai SMA, ada di sini. Makanya sekolahnya sangat luas dan ada 10 gedung di sekolah ini. Naruto berasal dari keluarga berada, tapi kenapa dia tidak membawa mobil mewah seperti teman-temannya? Itu karena selain rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah, Naruto juga bukan orang yang suka pamer kekayaan, dia lebih suka hidup sederhana.

Mereka berdua melewati taman yang berada di belakang sekolah mereka. Konohamaru teringat pertemuannya dengan Sakura di taman ini.

"Kakak! Boleh kita mampir ke taman ini dulu sebentar?" mohon Konohamaru.

"Memangnya kau mau apa di taman ini?"

"Kemarin aku bertemu dengan Kakak Cantik di sini! Siapa tahu dia ada di sini lagi!" seru Konohamaru semangat.

Naruto hanya tersenyum melihat adik satu-satunya itu. Naruto mengangguk, lalu Konohamaru langsung berlari ke dalam taman. Bisa terdengar teriakan Konohamaru memanggil 'Kakak Cantik'. Naruto penasaran dengan kakak cantik yang dipanggil oleh Konohamaru. Naruto berpikir… paling selera Konohamaru itu jelek, cewek yang gendut, mungkin? Mengingat Konohamaru sangat menyukai film kartun yang anak ceweknya itu bertubuh besar atau gendut. Konohamaru bilang, kalau tokoh kartun cewek gendut itu sangat lucu dan cantik, katanya. Aneh sekali… pikir Naruto.

Konohamaru melihat Sakura yang sedang duduk bersandar di bangku taman di bawah pohon sakura. Dari jauh, Konohamaru memanggil Sakura sambil mendekat pada Sakura. Sampai di depan Sakura, Konohamaru melihat Sakura yang tertidur di sana. Konohamaru bingung, mau membangunkan Sakura atau tidak?

Naruto mendekat pada Konohamaru, dan betapa terkejutnya Naruto melihat gadis yang sedang tertidur di hadapannya itu.

"Kak, Kakak Cantik sedang tidur… bagaimana ini?" bisik Konohamaru pelan.

Naruto berjongkok di depan Konohamaru, mensejajarkan tingginya dengan adiknya.

"Jadi… Kakak Cantik itu gadis ini?"

"Iya, Kakak Cantik yang baik."

"Hehehe… aku tidak menyangka sama sekali… bisa bertemu lagi…." Naruto tersenyum senang yang membuat Konohamaru bingung.

Sakura yang sedang tertidur, merasakan kalau di depannya ini seperti ada seseorang yang sedang berbisik-bisik. Sakura membuka kedua matanya dengan perlahan, karena dia masih mengantuk. Setelah bisa melihat ke depan, Sakura melihat dua orang yang sedang berbisik-bisik di hadapannya ini.

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan di hadapanku?" tanya Sakura horor dengan tatapan mematikan.

"Glek!" Naruto dan Konohamaru terkejut kalau Sakura sudah terbangun.

"Ah… Kakak… ini aku, Konohamaru!" Konohamaru tersenyum pada Sakura.

"Hn, sedang apa Konohamaru di sini?" tanya Sakura ramah.

Konohamaru dan Naruto terkejut, Sakura sudah berubah ramah—yang tadinya menatap mereka dengan tatapan yang sangat menakutkan.

"Aku ingin bertemu Kakak, karena Kakak tertidur, aku tidak mau mengganggu Kakak, tapi malah membuat Kakak terbangun…" kata Konohamaru sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Begitu…." Sakura tersenyum manis pada Konohamaru, membuat Konohamaru memerah wajahnya. Naruto yang melihatnya merasa iri pada Konohamaru.

"Ehem… tidak baik gadis manis tertidur di taman yang sepi seperti ini sendirian…." Naruto juga mau kenal dengan Sakura.

"Eh, kau kan… yang waktu itu aku tabrak, kan?" tanya Sakura sambil mengingat-ingat.

"Hn, iya… Ternyata kau tidak lupa padaku. Aku senang sekali…."

"Jangan-jangan… Kak, gadis yang suka buat Kakak senyum-sen—"

Kata-kata Konohamaru terpotong oleh bekapan tangan Naruto pada mulutnya.

"Hmm… nggg… hmmm….." ronta Konohamaru.

"Kau bisa diam tidak? Jangan buat Kakakmu malu, Konohamaru!" Naruto berbisik pada Konohamaru dengan penuh penekanan. Konohamaru hanya mengangguk mengerti.

"Kalian ini kenapa?"

"Ahh… tidak ada apa-apa…." ucap Naruto dan Konohamaru bersamaan. Sakura tidak mengerti sama sekali.

"Waahh… ada belalang…."

Tiba-tiba saja Konohamaru melihat belalang besar yang sedang melompat-lompat di rumput. Konohamaru mengejar belalang itu meninggalkan Sakura dan Naruto berdua.

Entah kenapa, suasananya sangat canggung bagi Sakura. Cowok di hadapannya ini sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak Sakura mengerti sama sekali, tatapan lembut itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Jadi… kau ini adalah Kakaknya Konohamaru?" tanya Sakura memecah keheningan diantara mereka.

Naruto tersenyum pada Sakura dan Naruto langsung duduk di sebelah Sakura.

"Aku Naruto, Kakaknya Konohamaru." kata Naruto dengan cengirannya.

"Aku sudah dengar tentang keluargamu dari Konohamaru kemarin, aku tidak menyangka kalau yang mengajarkan permohonan pada balon gas itu adalah orang sepertimu." Sakura semula membayangkan kalau Kakaknya Konohamaru itu adalah orang yang tampan, baik dan sangat bijaksana. Bukan seorang cowok dengan cengiran lebarnya seperti ini.

"Hei, kata-katamu membuatku sakit hati…." keluh Naruto.

"Ahahaha…. Maaf…." Entah mengapa Sakura malah tertawa.

"Hari ini hari valentine, kau tidak bersama dengan kekasihmu?" tanya Naruto.

Sakura menatap Naruto tidak suka, kenapa Naruto menanyakan hal itu padanya?

"Memangnya tidak boleh kalau seorang cewek itu sendirian?" jawab Sakura kesal.

"Ma-maaf… aku hanya bertanya saja…." Naruto senang sekali mendengar jawaban Sakura, berarti masih ada kesempatan untuknya mendekati Sakura.

"Oh ya, boleh aku tahu namamu?"

"Kita belum kenalan, ya? Namaku Sakura Haruno."

"Sakura Haruno…. Nama yang cantik seperti orangnya." ucap Naruto dalam hati sambil tersenyum.

"HUUWWEEE…. NII-CHAAANN…."

Suara tangisan Konohamaru yang kencang membuat Naruto dan Sakura segera menoleh pada sumber suara. Konohamaru terjatuh di pinggir jalan. Naruto dan Sakura segera berlari menghampiri Konohamaru.

"Kau ini sedang apa sampai terjatuh Konohamaru?" tanya Naruto marah.

"Hiks… hiks…." Konohamaru tidak menjawab, hanya menangis saja.

"Jangan memarahinya, lihat kedua lututnya terluka." tunjuk Sakura pada kedua lutut Konohamaru.

"Dasar anak nakal!"

Sakura bisa melihat, walau Naruto mengeluarkan omelannya pada Konohamaru, raut wajah Naruto sangat khawatir dan cemas pada adiknya itu.

"Kita pulang, dan tidak ada coklat hari ini!" Naruto menggendong Konohamaru di punggungnya.

"Hiks… hiks… aku mau coklat…. Hiks…." Konohamaru masih menangis.

"Sakura, kami sebaiknya pulang dulu, ya…."

Padahal kalau Konohamaru tidak terjatuh, Naruto masih ingin bersama dengan Sakura.

"Di mana rumah kalian?"

"Di sana, dekat, kok!"

Sakura melihat arah tunjuk Naruto, dan ternyata arah pulangnya itu searah dengan rumahnya.

"Hei, rumah kita searah, tapi… aku tidak pernah melihatmu?"

"Mau pulang bersama?" ajak Naruto. Dalam hati, rasanya perasaan Naruto penuh dengan bunga-bunga.

"Boleh," Sakura tersenyum.

Dan mereka berdua, dengan Konohamaru yang di gendong Naruto, berjalan bersama. Sepanjang jalan, Naruto mengajak Sakura mengobrol, Konohamaru sudah tertidur dalam gendongan Naruto. Sakura sungguh sangat heran, baru kali ini dirinya bisa dekat dengan laki-laki selain Kiba, dan Sakura juga tidak cuek sama Naruto. Apa karena Naruto adalah kakaknya Konohamaru? Atau karena Naruto yang orangnya memang pandai bergaul? Atau Sakura tertarik pada Naruto? Sakura tidak tahu.

"Hei, apa perempuan sepertimu percaya dengan permohonan balon gas?" tanya Naruto sambil menatap mata Sakura.

"Emm… awalnya aku tidak percaya, tapi… mungkin saja bisa terkabul kalau kita memohon sungguh-sungguh… Konohamaru sungguh-sungguh ingin bertemu dengan kedua orangtuanya, aku sungguh terharu…." Sakura tersenyum sedih pada Naruto.

"Aku tahu itu, makanya… aku agak kesulitan, karena Konohamaru tidak bisa merasakan kasih sayang dari orangtuanya." ucap Naruto dengan ekspresi sedih.

Sakura terpesona pada cowok di sebelahnya ini, sungguh seorang kakak yang baik.

"Aku yakin, kau pasti bisa Naruto…." Sakura tersenyum manis, membuat wajah Naruto memerah melihatnya.

"Ini, tadi sewaktu aku ada di atas pohon, ada balon gas terbang ke arahku, balonnya meledak dan tinggal ada kertas ini saja." Naruto memberikan kertas itu kepada Sakura.

Sakura rasanya detak jantungnya berhenti, ini… kan… kertas permohonan miliknya. Jadi… balon itu terbang menuju Naruto?

"Menurutmu… bagaimana? Sepertinya yang menulis itu seorang gadis yang sedang menunggu pangeran sejatinya…." Naruto tersenyum pada Sakura membuat wajah Sakura memerah melihatnya.

"Eh… i-ini… apa benar akan terkabul?" tanya Sakura balik dengan gugup.

"Perasaan yang tulus, pasti akan terkabul Sakura. Menurutmu?" tanya Naruto lagi.

Sakura benar-benar pusing rasanya, tadi dia menulis harapannya di kertas permohonan itu, dan menerbangkan harapannya bersama balon gas itu. Sakura berharap agar besok saat hari kasih sayang itu sudah berakhir, dia berharap semuanya kembali seperti semula. Tidak ada perasaan berharap pada dirinya.

"Sakura, memang ini terlalu cepat, aku… aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu…" ucap Naruto malu-malu.

Sakura hanya bisa diam, tidak percaya dengan apa yang ada di pikirannya.

"Apakah Tuhan mengirimkan Naruto untukku?" tanya Sakura dalam hati.

"Sakura?" tanya Naruto. Naruto melihat Sakura yang sedang melamun, tidak mendengarkan kata-katanya.

"Ah, ya… Kenapa Naruto…?" Sakura memerah wajahnya memikirkan pertanyaannya itu.

"Wajahmu memerah, apa kau sakit?" tanya Naruto khawatir.

"Ah… tidak, aku baik-baik saja!" ucap Sakura. Sungguh, ini bukan dirinya sama sekali, kenapa dirinya bisa jadi seperti ini hanya karena permohonannya?

"Sakura, aku mau mengatakan sesuatu, kau jangan marah, ya. Begini… jujur… aku… sejak awal bertemu dengamu waktu itu… aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu…." ucap Naruto malu.

"Tuhan… Secepat ini kah? Apa benar orangnya itu adalah Naruto?" tanya Sakura dalam hati lagi.

"Hehehe… kita baru saja kenal, aku harap kau mau kalau kita berteman dulu, dan kau tidak perlu menjawab perasaanku sekarang, aku tidak memaksamu kalau kau tidak mau Sakura."

"Kita berteman saja dulu, Naruto… Masa depan tidak ada yang tahu kan, bagaimana jadinya?" Sakura tersenyum pada Naruto.

Sakura berpikir… kalau memang benar Naruto adalah pangeran untuknya, pasti Naruto akan selalu ada untuknya.

"Terima kasih, Sakura. Aku senang sekali…." Naruto tersenyum lembut pada Sakura.

"Coklat…." Konohamaru terbangun dari tidurnya dan langsung menggumamkan kata 'Coklat'.

Sakura teringat di sakunya ada coklat yang tadinya untuk Kiba. Sakura mengambilnya,

"Konohamaru, kau mau coklat?"

"Hn, aku ingin makan coklat…"

"Taraaa… Aku ada coklat untukmu…" Sakura menunjukkan kotak kecil yang berisi coklat buatannya pada Konohamaru.

"Untukku?" Konohamaru sangat senang.

"Iya, untuk anak manis sepertimu." Sakura tersenyum.

"Terima kasih Kakak Cantik!" seru Konohamaru senang.

"Untukku mana?" tanya Naruto iri dengan Konohamaru.

"Tunggu tahun depan, ya…" Sakura tersenyum pada Naruto.

"Masih lama sekali…." keluh Naruto.

"Naruto… Terima kasih sudah hadir untukku…."

'Cup'

Sakura mencium pipi Naruto dan langsung berlari meninggalkan Naruto dan Konohamaru. Naruto wajahnya memerah dan jantungnya serasa berhenti sebentar lalu memacu kecepatan yang sangat cepat. Naruto tidak mengerti dengan kata-kata Sakura, terima kasih untuk kehadirannya? Seharusnya Naruto yang mengucapkan itu pada Sakura.

Akhirnya permohonan Sakura terkabul saat itu juga, di hari valentine yang biasanya dia benci, kini menjadi hari yang sangat spesial, berkat keajaiban di hari ini.

'Apakah ada seorang pangeran yang akan hadir dalam hidupku dan yang mencintaiku sepenuh hati?'

Itulah harapan dan permohonan Sakura pada balon gas yang di terbangkannya.

Dan… kehadiran Naruto dan juga pernyataan cinta Naruto padanya adalah jawaban langsung untuk Sakura. Karena mereka memang sudah terikat takdir untuk bersama selamanya. Terkadang, datangnya sebuah cinta memang tidak ada yang bisa menduganya.

B E R S A M B U N G