Naruto (c) Masashi Kishimoto

This story (c) Bang Kise Ganteng

Warning!

Ooc, Typo, Plot rush, Kingdom setting, etc.

.

If you don't like it, please, don't read it.

.

.


Happy Reading, minna-sama


.

.

.

.

.

Semua orang yang berada di sana saling memandang satu sama lain, coba memikirkan apa yang baru saja di sampaikan oleh sang Kaisar kepada mereka.

Ini mungkin adalah keputusan yang sangat sulit di ambil karena masing-masing kubu ini saling bersaing satu sama lain.

"Kami rasa, nona Hyuuga lebih cocok menjadi pendamping Pangeran, Minato-sama,"

Hal inilah yang sedang mereka rundingkan saat ini. Calon pendamping sang Putra Mahkota satu-satunya, Namikaze Naruto.

Sang Kaisar, yang selama dua puluh lima tahun ini duduk di tahtanya, merasa kini umurnya sudah tua untuk memimpin kerajaan, dengan kata lain ia ingin mangkat dari jabatannya.

Minato hanya memiliki Naruto, sebagai anak tunggal sekaligus pewaris tahtanya. Umur putranya itu baru saja beranjak delapan belas tahun, usia yang cukup matang untuk menjadi seorang pemimpin.

Namun untuk itu, Naruto harus mempunyai pendamping hidupnya terlebih dahulu. Dan hal ini tentu menimbulkan kontradiksi antar dua pihak yang saling bersaing.

"Maaf jika saya lancang, Yang Mulia. Menurut kami, Haruno Sakura lah yang lebih pantas menjadi pendamping Pangeran," ujar salah seorang yang mempunyai kumis tebal. "Selain ia lebih berpotensi, Haruno Jiraiya dan Haruno Tsunade pernah mengorbankan hidupnya untuk Konoha."

Sang raja manggut-manggut membenarkan. Tentu ia ingat kedua orang yang paling berjasa untuk kemakmuran kerajaannya ini. Namun di sisi lain, Minato ragu. Bagaimanapun juga, ini adalah masa depan Naruto dan walaupun ia adalah seorang Kaisar sekaligus ayahnya, keputusan ini tetap ada di tangannya.

Minato memejamkan matanya sebelum menarik nafas dalam lalu menghembuskannya ke udara. Matanya menatap masing-masing wajah yang tengah menunduk hormat di depannya.

Semua orang yang ada di sana kontan bangkit dari duduknya ketika melihat sang Kaisar akan pergi.

"Kita akan membahas ini dipertemuan selanjutnya, dan bagaimanapun juga, aku harus membicarakan ini dengan putraku."

Dengan langkah pasti, Minato langsung meninggalkan tempat itu, di ikuti oleh pengawal setianya, Hatake Kakashi.

.

.

.

.

.

Suara besi yang beradu itu menjadi satu-satunya suara yang mengisi ruangan ini. Suara deruan nafas yang saling terengah-engah samar-samar terdengar.

"Cukup sampai di sini, Naruto-sama," ujar seseorang yang menjadi lawan latihannya kali ini. Naruto mengangguk sejenak sebelum beranjak duduk.

Pemuda dengan surai kuning jabrik itu menaruh sembarang pedangnya sebelum meneguh minuman yang telah disiapkan oleh para pelayan.

Pemuda berambut emo sewarna dark blue yang sejak tadi hanya melihatnya kini mengambil tempat untuk duduk di samping pria itu.

"Jangan terlalu formal padaku, Sasuke! Bagaimanapun, kau adalah temanku," ujarnya sambil memberi silau tajam pada pria Uchiha yang duduk di sampingnya.

Sedangkan Sasuke hanya mendengus, sambil menyeka bulir-bulir keringat dengan punggung tangannya. Mengabaikan kata-kata pria itu barusan.

"Sumimasen, Naruto-sama?"

Seorang pria dengan rambut bob mengahampiri Naruto dan Sasuke yang masih diam di tempat duduknya. Pria itu membungkukkan badannya sebentar dan hanya dibalas anggukan oleh Naruto.

"Minato-sama, meminta anda datang ke kamarnya sekarang," ujar pria bernama Lee itu lagi sebelum berjalan pergi setelah meminta izin pada Naruto.

"Hah, Otou-sama, apa lagi yang akan dia bicarakan padaku kali ini," ujar Naruto sambil mendesah lelah. Sedangkan Sasuke hanya bisa menganggkat bahu.

.

.

.

.

.

.

"Otou-sama, hal penting apa yang ingin kaukatakan padaku?" tanya Naruto sambil menuangkan ocha hangat ke dalam gelas keramik.

Minato hanya melempar cengiran lebarnya, hal yang menurun pada Naruto. "Tidak ada apa-apa," jawabnya kemudian. Minato menyeruput ocha hangatnya sebentar sebelum lanjuta berkata, "para tetua sudah menentukan calon istrimu sebelum kau menggantikan aku, Naruto," katanya.

Naruto mengernyitkan dahi, tampak tidak paham dengan perkataan ayahnya. "Apa maksudmu?" tanyanya setelah sekian lama terdiam.

"Kau sudah berumur delapan belas tahun, sudah patut naik tahta. Selain hanya kau putraku satu-satunya, kupikir ini saatnya aku mengabdikan diri pada Kami-sama," jawab Minato panjang lebar. Naruto tampak terpekur sejenak mendengar penuturan ayahnya, sebelum tersenyum lebar.

"Apa yang kaubicarakan?" gumamnya pelan. "Aku merasa belum pantas menjadi penggantimu untuk mengatur kerajaan ini, Ayah."

Minato lagi-lagi menghela nafas, sebelum lanjut berkata, "Tidak, Nak! Aku percaya dan yakin padamu. Lagipula, kau sudah bukan anak kecil lagi," ujarnya sambil menepuk pundak Naruto, tak lupa senyuman yang selalu terpoles di wajah tampannya.

Naruto hanya balas tersenyum, membiarkan obrolan ini menguap entah kemana karena ia masih memikirkan tentang ini.

"Oh iya, Ayah! Siapa yang akan menjadi calon istriku nanti?"

Naruto menatap wajah ayahnya dengan penuh keseriusan, menuntut jawaban. Minato lagi-lagi memberikan senyum lebarnya pada Naruto, sebelum menjawab, "Ada tiga kandidat. Yang pertama adalah Shion Mikko, lalu Haruno Sakura dan yang terakhir, Hyuuga Hinata."

"Hyuuga Hinata," Naruto membeo. Ia tak pernah mendengar nama gadis itu sebelumnya, dan mengetahui fakta bahwa gadis itu adalah salah satu calon istrinya membuat rasa penasaran Naruto tertarik.

Hyuuga Hinata.

Entah mengapa hanya dengan mendengar nama gadis itu saja, membuat sesuatu di dasar perut Naruto bergejolak.

Hyuuga Hinata, gumamnya dalam hati.

Sasuke sedikit terkejut dengan apa yang baru saja dilontarkan Naruto. Pria ini akan segera menikah. Dan salah satu nama yang disebutkan pemuda pirang tadi membuat Sasuke tersentak.

Gadis itu, adalah calon istri Naruto.

Bukannya tidak mungkin jika gadis itu akan menjadi pendamping sang Kaisar selanjutnya. Dia gadis dengan intelektual yang tinggi, keturunan bangsawan dan mempunyai tutur kata yang sopan, walaupun sedikit dingin dan kaku.

Lama melamun sambil berjalan, hampir saja membuat Sasuke menabrak punggung Naruto karena sang Pangeran itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Sasuke mengernyit melihat Naruto memandang sesuatu dengan begitu intens. Onyx-nya bergulir, ikut melihat apa yang sedang dipandangi oleh temannya itu.

Rahangnya seketika mengeras ketika melihat arah tatapan Naruto mengarah pada seorang gadis yang ia kenal.

"Sasuke," panggil Naruto pelan, "Apa kau mengenal dia?" tanyanya kemudian. Tatapannya masih lurus ke depan, memandang seorang gadis berhelaian indigo.

"Haruno Sakura," jawab Sasuke dengan cepat, hingga tak bisa menyembunyikan nada tak sukanya pada Naruto. Pemuda pirang itu mengerutkan dahi ketika mendengar nada bicara Sasuke sebelum tersenyum lebar.

"Bukan dia, Sasuke," Ujar Naruto sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tubuhnya beringsut mendekat pada pemuda Uchiha itu sebelum berbisik pelan di telinganya, "Tapi yang gadis bermata lavender itu," ujarnya dengan bisikan yang cukup pelan.

Naruto segera menjauh dari Sasuke ketika melihat dua gadis yang tadi dia fikirkan kini tengah berjalan mendekat ke arahnya.

"Naruto-sama, Sasuke-san," Ujar gadis berambut soft-pink sambil membungkuk hormat, sedangkan gadis berambut indigo di sampingnya mengikuti sambil tersenyum simpul.

Sampai akhirnya ketika dua pasang iris mata berbeda itu beradu…

Shafir bertemu Lavender.

Dan Naruto, baru pertama kali selama hidupnya merasakan dunianya begitu tertarik dengan tatapan lembut sang lavender di depannya.

"Kami permisi dulu, Naruto-sama, Sasuke-san," Sasuke mengangguk ketika suara Sakura kembali terdengar. Sedangkan Naruto masih tenggelam dalam pesona lavender tak berdasar itu. Sakura langsung menarik lengan Hinata membuat gadis itu tersentak.

Sasuke sendiri masih memandangi punggung dengan balutan Kimono Sakura sebelum menatap Naruto yang masih menatap punggung Hinata dengan pandangan yang sulit diartikan.

Sasuke berdehem sebentar, mencoba menarik perhatian Naruto. "Namanya Hyuuga Hinata," ujar Sasuke.

Seketika Naruto terbelalak terkejut begitu mendengar ucapan temannya itu. Jadi itu yang namanya, Hyuuga Hinata, orang yang disebut ayahnya sebagai calon istrinya.\

Naruto tanpa sadar tersenyum lebar, membuat Sasuke yang ada di belakangnya mendengus. Pria Uchiha itu lekas melangkah di belakang Naruto yang kini tak bisa menahan senyumnya.

.

.

.

.

.

.

Tbc


A/n :

Fict MC terakhir, sebelum lanjutin fic lainnya. Oke, makasih jika telah membaca.

Pair tetap; NaruHina, SasuSaku slight NaruSaku. (demi kepentingan plot).