HATE

By : Han Kang Woo

Cast : Xi Luhan, Oh Sehun, Exo Member, etc.

Main Cast : HunHan

Genre : Romance

Warning : BL (Boys Love), Frontal, Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja

Rated : M

The Original Story from me, not plagiat.

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

o

o

o

o

Xi Luhan, pemuda asal Tiongkok yang kini mengenyam pendidikan di Korea Selatan benar benar tidak menyangka jika mendapatkan seorang 'Musuh Abadi'. Dia yang awalnya hanya ingin menikmati pendidikan sambil menyelami budaya Korea itu malah dihadapkan dengan berbagai situasi yang sering kali membuatnya jengkel, mendongkol dan marah.

Apa sebabnya?

Pagi itu, seperti biasa Luhan berada di sekolahnya. JomAh High School. Namja itu berjalan lambat dengan headset putih tersemat di telinganya. Penampilannya sangat memukau, seperti uang baru.

Hari ini adalah pengumuman dua dancer terbaik yang akan mewakili sekolah mereka. Dua dancer terpilih itu akan digabungkan dengan dancer dancer terpilih dari sekolah lain, hingga terbentuk sebuah grup.

Luhan menuju papan mading, tempat pengumuman ditempel. Wajahnya yang awalnya ceria berganti kesal dan marah.

"What? Namaku tidak ada?" serunya, geram.

"Namamu memang tidak ada." suara lain ikut menyahut, itu adalah suara teman baik Luhan, namanya Byun Baekhyun.

"Aku tidak percaya Baek. Namaku tidak ada dalam daftar. Aku sudah berlatih selama berbulan bulan, tapi namaku tidak masuk." geleng Luhan, masih tidak percaya.

"Wajarkan. Yang terpilih hanya dua. Jadi kesempatanmu kecil." Baekhyun mencoba menenangkan sahabat beda negaranya itu.

"Aku masih tidak terima. Lihat, nama yang pertama adalah Kim Jongin. Yaah, aku tahu kemampuan dance namja itu, sangat bagus. Tapi nama yang kedua ini... Oh Sehun. Sialan, bisa bisanya dia terpilih." tukas Luhan, dia menunjuk nama 'Oh Sehun' dengan geram.

"Sehun juga pandai dance kan?"

"Tidak. Dia tidak begitu mahir. Dancenya kaku. Namja itu tidak pantas terpilih, harusnya aku yang terpilih mewakili sekolah bersama Jongin."

"Tapi dia tampan." Baekhyun terus menyelutuk.

"Apa hubungannya dengan ketampanan?" tanya Luhan, gagal paham.

"Tuh disana, namja itu datang." Baekhyun menoleh sambil menunjuk sosok namja dengan menggunakan dagunya.

Sosok yang dimaksud itu adalah Sehun. Namja yang mempunyai kulit putih itu berjalan cool mendekati Luhan dan Baekhyun, tepatnya mendekati mading.

"Yes, aku terpilih." kata Sehun, sangat jelas dalam nada suaranya dia sangat senang.

Luhan langsung pasang badan dan melabrak Sehun dengan cecaran kata katanya yang pedas,

"Hei namja miskin. Kau tidak pantas mewakili sekolah." seru Luhan, sadis.

"Apa masalahmu... Aku terpilih secara fair." timpal Sehun, enteng. Tanpa beban.

"Kau pasti menyogok?"

"Katamu aku namja miskin. Bagaimana bisa aku menyogok?"

"Grrrr..." Luhan menggeram, seperti serigala yang mau beranak kembar. Dia masih belum terima kekalahannya dalam persaingan.

Sehun tersenyum tampan, namja itu menaikkan alisnya kemudian pergi meninggalkan Luhan dan Baekhyun. Dia berjalan menuju kelasnya.

"Huh... Sok cool. Aku tidak terima kekalahan ini." Luhan berujar, seraya mengepalkan tangannya. Marah.

Baekhyun yang sejak tadi hanya menjadi penonton cantik, lalu menepuk pundak Luhan.

"Kau selalu bertengkar dengannya. Aku heran." gumamnya.

"Aku tidak terima."

"Benci bisa jadi cinta."

"Grrrrrr."

"Tenanglah, untuk menghilangkan kekesalanmu. Ayo kita ke kantin dan makan sepuasnya." kata Baekhyun, lalu menarik pelan tangan Luhan menuju kantin sekolah. Dia mengajak makan namun sama sekali tidak mau rugi alias mengeluarkan uang.

Luhan mengikut saja, hatinya masih panas dan marah. Dia berharap si Sehun itu lenyap saja dari muka bumi ini.

'Hariku rusak oleh namja sialan itu. Grrrrr...'

Lalu, bagaimanakah awal 'permusuhan' Luhan dan Sehun?

FLASHBACK ON :

Tiga bulan lalu.

Luhan terpogoh pogoh, namja itu hampir terlambat mengikuti mata pelajaran keterampilan. Pagi itu dia harus mengumpulkan keterampilan hasil buah tangan sendiri. Luhan memilih membuat sebuah akuarium kecil dengan seseekor ikan kecil didalamnya. Namun belum sampai didepan pintu kelas, tiba tiba ada seorang namja yang melintas dan menabraknya.

Brugh.

Prang.

Akuarium kecil milik Luhan yang berisi ikan Lohan pecah berkeping keping di lantai. Beberapa siswa siswi yang melintas kaget, terutama Luhan yang tidak terima hasil karyanya hancur berantakan.

"Kau... Sialan kau... Kau merusak akuariumku." teriak Luhan, meneriaki namja yang menabraknya.

"Kau membuat basah surat keputusan penerimaan beasiswaku." si namja balik berseru. Dia memungut beberapa lembar kertas pentingnya yang basah. Basah akibat terkena air akuarium Luhan.

"Kau menabrakku sialan!" hardik Luhan, dia menunjuk nunjuk wajah si namja.

Namja yang ditunjuk berusaha terlihat tenang, walau dia kesal karena kertas SK beasiswanya basah dan hampir sobek. Namja itu adalah Sehun. Oh Sehun. Seorang namja baru yang bisa melanjutkan sekolah karena mendapatkan beasiswa penuh.

"Sepertinya kau yang menabrakku. Kau tidak hati hati." ucap Sehun, mencoba tetap tenang.

"TIDAK. KAU YANG MENABRAKKU... NAMJA SIALAN." balas Luhan, seruannya semakin keras saja. Ada beberapa siswa dan siswi menjadikan pertengkaran mereka sebagai tontonan.

"Kau yang salah, Xi Luhan." kata Sehun, dia membaca name tag namja dihadapannya itu.

"Jangan sebut namaku menggunakan mulut kotormu itu. Kau sudah merusak hasil karyaku. Kau merusak nilaiku." suara Luhan semakin meninggi, nafasnya tersengal sengal. Dia tentu saja tidak akan mendapatkan nilai keterampilan atas insiden barusan.

"Aku harus pergi. Dan apabila SK beasiswaku tidak diterima, kau yang harus menjelaskan semuanya." tutup Sehun, namja itu merapikan berkas berkasnya dan akan segera menuju ruang administrasi sekolah.

Tap tap tap.

"Hei cadel sialan... Aku belum selesai. Kau harus tanggungjawab." Luhan meneriaki Sehun, umpatan dari mulutnya semakin kasar saja.

Hening.

'Setan... Kau harus membayar semua ini. Siapapun kau, namja pembawa sial.' Luhan membatin, peristiwa itu tidak akan dilupakannya, selamanya.

FLASHBACK OFF.

o

o

o

o

Setelah pertemuan perdana yang tidak mengenakkan itu, Luhan dan Sehun seperti air dan api. Tidak bisa akur dan menyatu layaknya teman sekolah. Terlebih saat Luhan mengetahui kalau Sehun sekelas dengannya. Ukh... Luhan semakin kesal saja. Seakan hari harinya kedepan tidak bisa ceria lagi. Bahagianya hilang bagai asap.

"Ayo ke kelas, sebentar lagi mata pelajaran Kimia dimulai." kata Baekhyun, namja itu memegang perutnya yang sudah terisi full. Kenyang.

"Aku tidak bersemangat. Kau duluan saja." timpal Luhan. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya untuk membayar makan mereka.

"Kenapa?"

"You know lah."

"Karena si Sehun tampan itu?"

"Jangan sebut namanya. Wait, kenapa kau selalu menyebutnya tampan. Apa kau menyukainya?" Luhan bertanya, dengan wajah heran dan perlu jawaban.

"Yaa dia memang tampan kan? Tentu saja aku tidak menyukainya. Aku hanya suka melihat namja namja muda yang tampan. Hanya sebatas itu." jawab Baekhyun, sambil terkekeh seperti nenek nenek yang baru divonis hamil satu bulan.

"Baek. dia sama sekali tidak tampan. Kau perhatikan saja wajahnya. Wajahnya sangat datar, seperti tidak ada kehidupan. Dan lihat saja kulitnya, sangat pucat dan suaranya... Aduh... Cadel yang tidak seksi. Aku rasa dia berasal dari planet antah berantah di luar tata surya." ucap Luhan, lebay.

Baekhyun tertawa cetar,

"Kau memperhatikan sampai begitunya. Kira kira ukuran celana dalam Sehun itu berapa?" Baekhyun menaik naikkan alisnya, mesum.

"Mana aku tahu. Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang." malas Luhan.

"Hm... Kalau ukuran kejantanannya? Kira kira berapa?" lanjut Baekhyun lagi, semakin mesum.

"Aku tidak tahu Baek. Kau ukur saja sendiri."

"Mungkin seperti pentungan satpam.. Hm...hm..." Baekhyun mulai berpikir yang bukan bukan.

"Otakmu korslet Baek. Sebaiknya kau ke ruang UKS, beristirahat." saran Luhan, dia menggeleng geleng sambil menatap sahabatnya itu.

"Kau ini sensitif sekali. Aku hanya bercanda... Aku hanya ingin menghiburmu saja." Baekhyun mencolek dagu Luhan. Centil.

"Stop Baek. Aku normal." bentak Luhan, keras.

"Aku juga normal. Tapi kalau ada namja tampan aku akan berubah men..."

"Sudahlah Baekhyun. Kau pergi duluan ke kelas. Sana pergi." Luhan memotong kalimat Baekhyun, lalu mendorong keras sahabatnya itu.

"Ok. Aku pergi." Baekhyun pergi, tidak lupa memakan kerupuk kentang sisa diatas meja. Hap hap.

Huf. Luhan mendesah panjang. Dia memegang pelipisnya. Kepalanya mendadak pusing. Kehadiran Sehun di sekolah membuatnya tidak tenang. Sejak pertemuan perdana mereka, semua seakan tidak sama lagi. Luhan tidak bisa menikmati hidup.

Namja asal China itu larut dalam lamunannya, lalu tiba tiba penampakan Sehun yang melintas tidak jauh darinya menimbulkan niat iseng. Dia mengambil pulpen dan kertas dan langsung menuliskan beberapa kata kata di kertas itu. Tidak lupa juga memberikan selotip disisi atas kertas itu.

'Beres. Kita lihat apa yang akan terjadi.' batin Luhan, tertawa dalam hati.

Namja itu beranjak, mendekati Sehun yang berjalan sendirian. Sehun sepertinya baru saja membeli bubble tea untuk diminum sendiri. Luhan ala gadis gadis pemandu sorak secepat kilat menempelkan kertas itu di punggung lebar Sehun.

"Selamat cadel. Nikmati kemenanganmu." kata Luhan, setelah itu berlalu. Tepukannya di punggung Sehun nyaris tidak terasa.

"Aku selalu menikmati kemenanganku." timpal Sehun, diselingi senyuman tampannya.

Sehun berjalan, matanya mengamati Luhan yang menghilang di koridor kelas. Tidak lama terdengar cekikikan dari para siswa dan siswi yang dilewatinya.

"Ya Tuhan. Aku ingin menyewanya." salah seorang yeoja menyelutuk, genit. Memandang Sehun.

"Kira kira berapa tarifnya?" yeoja lain tidak mau kalah.

"OMG. My handsome boy..." dan berbagai celutukan dan kikikan lainnya.

Sehun bingung dengan apa yang terjadi, namja itu menoleh kiri dan kanan, gagal paham.

'Kenapa dengan mereka? Apa yang salah dengan wajahku?' batinnya.

Cekikikan itu lama lama berganti dengan tawa, ada beberapa yeoja yang melempari Sehun dengan kertas berisi nomor telefon, alamat rumah dan juga alamat hotel. Semuanya ajakan berkencan. One night stand.

"Apa apaan ini?" Sehun semakin tidak mengerti.

Lalu akhirnya namja tampan itu sadar setelah melewati kaca yang ada didepan salah satu kelas. Sebuah kertas menempel di punggungnya. Dengan sigap dia melepasnya dan membaca kalimat di kertas itu :

'BITCH. AKU GIGOLO PERPENGALAMAN. DOYAN GADIS DAN TANTE TANTE. SIAP DIBOOKING DENGAN TARIF ANAK SMA.'

Sehun yang baru saja membaca tulisan itu, mendadak menggeram marah. Kertas itu diremasnya hingga lumat lalu dilempar ke tempat sampah.

"Sial. Ini pasti kerjaan namja China kurang ajar itu. Awas saja dia." kata Sehun, rahangnya menegang. Dia tidak terima dengan penghinaan yang dilakukan oleh Luhan padanya.

'Tunggu tanggal mainnya, Xi Luhan.'

o

o

o

o

O...O...O...O

Luhan pulang ke rumah besar keluarganya. Kedua ayah dan ibunya semuanya ada di China. Hanya ada sepupunya yang bernama Lay sana, dengan dua orang pembantu tentu saja. Luhan adalah namja yang sangat berada dan kaya.

Dia menyapa singkat salah seorang pembantunya yang melintas. Lalu kemudian namja itu menuju ke kamarnya sendiri.

"Membosankan." gumamnya, disertai desahan panjang. Dia melempar acak tas sekolahnya.

Luhan bisa dibilang adalah namja yang bebas, dia bebas kemana saja, tanpa harus dimarahi oleh ibu dan ayahnya. Lay sepupunya? Oh, tentu saja sepupunya itu tidak bisa melarangnya. Selain karena Lay juga sibuk dengan pekerjaannya, dia sudah angkat tangan dan tidak sanggup menasihati. Melapor ke ayah ibu Luhan juga percuma. Jadi dibiarkan saja.

Luhan merogoh sakunya dan mengambil ponsel dari sana, dia menghubungi sahabatnya, Baekhyun.

"Halo." Baekhyun mengangkat diseberang sana.

"Halo Baekhyun. Malam nanti kau ada waktu?" tanya Luhan.

"Aku selalu ada waktu. Kenapa?"

"Begini, bagaimana kalau nanti malam kita minum minum di bar." Luhan menyampaikan tujuannya menelfon.

"Minum minum?"

"Yap. Aku bosan di rumah. Bagaimana?"

"Sebenarnya aku sibuk." kata Baekhyun.

"Kau Sibuk apa?"

"Aku sibuk bermain ular tangga dan monopoli sendirian." jawab Baekhyun, asal.

"Kesibukan macam apa itu? Aku serius Baek." Luhan memutar bola matanya mendengar jawaban Baekhyun.

"Sebenarnya aku juga sibuk memilih celengan bentuk ayam atau bentuk anjing untuk tabungan rahasiaku."

"Byun Baekhyun. Kau mau ikut atau tidak?"

"Ok. Yang penting kau bayar semuanya. Aku tinggal bawa badan seksi saja."

"Ok. Fix. Kau terlalu banyak makan garam Baek."

"Hahahaaa."

Percakapan singkat dua sahabat itu berakhir. Luhan melempar ponselnya ke atas ranjang. Kemudian berbaring, dengan wajah menghadap langit langit kamarnya.

'Oh Sehun. Enyahlah kau dari kehidupanku.'

o

o

o

o

O...O...O...O

Sehun juga pulang. Bedanya, dia pulang ke sebuah kos kosan murah di pinggir kota. Yap, namja itu tinggal sendirian. Ayahnya sudah lama meninggal, sedangkan ibunya ada di kampung.

Sehun memutuskan melanjutkan pendidikan di kota Seoul. Namja tersebut memanfaatkan beasiswa yang diberikan oleh pihak sekolah padanya. Walau mungkin tidak ada yang percaya, tapi Sehun memang anak yang cerdas. Sangat berbeda dengan wajahnya yang cenderung datar dan dingin.

Sehun mencuci pakaiannya yang direndam tadi pagi. Namja itu memang harus melakukannya sendiri. Selain berhemat, dia juga sudah terbiasa melakukan semuanya secara mandiri.

"Akhirnya bisa istirahat juga." desahnya, setelah selesai mencuci pakaian. dia membaringkan diri diatas karpet tuanya. Namja itu capek setelah mencuci dan sebelumnya juga mengerjakan tugas di perpustakaan dari salah satu gurunya.

Didalam kamarnya sama sekali tidak ada kasur atau sejenisnya. Hanya ada sebuah lemari kayu kecil dan sebuah cermin besar yang sudah sedikit retak.

Tinggal sendiri di kota Seoul bukan merupakan hal yang mudah. Biaya hidup cukup mahal. Maka dari itu Sehun harus berupaya memutar otak agar bisa bertahan.

Dari usahanya, Sehun berhasil diterima bekerja sebagai karyawan sebuah kafe merangkap klub malam. Dia mengambil jadwal shift sore hingga malam. Jadi sama sekali tidak mengganggu sekolahnya. Walau memang pekerjaannya itu mengurangi waktu tidurnya.

Dengan wajah tampan rupawan, Sehun sebenarnya mudah saja mencari uang dengan jalan pintas, misalnya menjadi pemuas nafsu tante tante cantik atau simpanan gadis gadis jablay. Namun dia sama sekali tidak pernah berpikiran kesana. Sehun adalah namja yang 'bersih'.

Sehun tidur sejenak, dia tidak mendengar deringan telefon dari temannya yang bernama Kim Jongin. Namja itu pulas, harus demikian, karena sebentar lagi dia harus bangun dan berangkat bekerja.

Hidup seorang Oh Sehun sepertinya kurang beruntung. Hm.

o

o

o

o

O...O...O...O

Hentakan dan dentuman musik DJ mewarnai sebuah kafe merangkap klub malam. Light Cafe. Tiga orang namja masuk kedalam klub malam itu. Mereka mencoba melewati orang orang yang hilir mudik bergoyang goyang disana.

"Baek, Luhan. Kenapa kau mengajakku ketempat cabul seperti ini?" tanya salah seorang diantara mereka, namanya Do Kyungsoo. Namja bermata bulat dan bersenyum love.

"Ini bukan tempat cabul, Kyung. Ini namanya cafe, bar, diskotik, club malam atau apapun namanya. Tempat bersenang senang." namja yang bernama Baekhyun menyahut, dia lah yang paling terlihat sangat senang diantara mereka bertiga.

"Iya, Kyung. Bersenang senanglah. Kita lupakan semua masalah." ujar Luhan, yang merupakan donatur keuangan. Dia donatur pertama, Kyungsoo kedua. Sedangkan Baekhyun sama sekali tidak pernah mengeluarkan uang.

Luhan berharap dengan bersenang senang dan menikmati dunia malam, dia bisa melupakan kejengkelannya tidak terpilih mewakili sekolah dalam ajang dance. Dan yang utama dia bisa melupakan Sehun yang selalu membuatnya naik darah.

"Tapi, kita masih status SMA. Masih bersekolah. Lagipula aku masih polos." Kyungsoo berkata, memasang wajah polos seperti anak TK.

"Kita tidak akan ketahuan kalau masih SMA. Jadi sekarang yang harus kau lakukan adalah mengikuti kami dan menjadi anak yang manis." Baekhyun menimpali ucapan Kyungsoo. Dia berjalan di depan sambil mencari cari meja yang kosong.

Meja kosong pun ditemukan, mereka bertiga langsung duduk. Kyungsoo masih takut takut. Sedangkan Luhan memanggil pelayan yang kebetulan melintas.

"Pelayan, Aku pesan minu..." ucapan Luhan terhenti, matanya membulat mendadak. Dia sedang berbicara dengan pelayan yang notabene adalah Sehun. Luhan kaget bukan kepalang.

"Kau?" Sehun sama kagetnya.

"Wow, si tampan Sehun. Kau bekerja disini?" Baekhyun berseru, girang. Disampingnya Kyungsoo hanya menunduk nunduk seperti anak kecil yang baru ketahuan mengintip rok wanita dewasa.

"Ya, aku bekerja disini. Hanya paruh waktu." jawab Sehun, dia hanya memandang Baekhyun dan Kyungsoo saja, bukan Luhan.

Luhan mendongkol seketika, semangat dugemnya hilang entah kemana. Penampakan Sehun membuatnya kehilangan gairah hidup. Namun dia mencoba terlihat biasa saja.

"Ohh. Ternyata si namja miskin penerima BH siswa bekerja disini? Hm...hm.." sindir Luhan. Dia mengganti kata beasiswa menjadi BH siswa.

Sehun diam. Tidak mengubris hinaan Luhan.

"Kyung, kau mau pesan apa?" Baekhyun bertanya pada Kyungsoo.

"Aku pesan es teler. Susunya sedikit." jawab Kyungsoo, dengan polosnya.

"Kyungsoo yang baik hati dan tidak suka makan sabun. Disini tidak ada makanan seperti itu." Baekhyun menggoyang goyangkan telunjuknya.

"Yang ada apa?"

"Yang ada hanya minuman beralkohol." jawab Baekhyun, enteng.

"Kata omma tidak boleh minum seperti itu." Kyungsoo merengut. Tidak nyaman.

"Kau bisa memesan kopi latte atau susu. Selain minuman beralkohol." Sehun cepat cepat memberitahukan.

"Baiklah. 2 kopi latte saja. Susunya yang banyak. Kau pesan apa Luhan?" Baekhyun mengarah pada Luhan.

"Aku ingin pulang saja." Luhan bergumam, nyaris tidak kentara.

"Tapi kita baru saja datang. Kenapa langsung pulang?" Baekhyun langsung cemberut.

Luhan terdiam, dia membuang wajah dan sama sekali tidak menatap Sehun yang berdiri disampingnya.

"Pesan 3 kopi latte saja. Ok." Baekhyun berkata cepat cepat, ucapan itu ditujukan pada Sehun.

"Baiklah." tutup Sehun, namja itu berlalu sambil mendelik singkat pada Luhan.

Tap tap tap.

Dentuman musik yang membahana memaksa mereka mengeraskan suara saat berbicara. Setelah Sehun pergi, Luhan sama sekali tidak ceria lagi. Namja itu lebih memilih diam dan tidak menimpali Baekhyun yang sejak tadi berbicara seperti mixer otomatis.

'Hariku jadi buruk lagi.' Luhan membatin, seraya mengusap wajahnya kasar.

o

o

o

o

Sehun tidak masuk ke ruangan pembuatan kopi. Namja itu malah menuju toilet khusus karyawan sambil membawa sebuah gelas kaca. Namja tampan itu sempat berpapasan dengan salah satu senior pekerja disana.

"Baik baik saja Sehun?" sapa senior Sehun, bernama Suho. Namja tampan bersenyum malaikat.

"Tentu saja hyung." balas Sehun, tersenyum.

Tap tap tap.

Sehun masuk kedalam toilet dengan gerakan cepat. Namja itu terlebih dahulu melihat kiri dan kanan sebelum masuk. Aman.

'Aku akan mengerjaimu anak China.' batinnya.

Namja bermarga Oh itu mengunci pintu toilet. Dia duduk di dudukan toilet sambil memejamkan matanya. Dia memikirkan hal hal yang erotis, memikirkan film porno Jepang 'ike ike kimochi'. Dan hanya dalam tempo beberapa menit saja, selangkangannya sudah penuh sesak. Dia ereksi. Penisnya menegang.

Tanpa buang buang waktu, namja itu membuka zipper celananya dan mengeluarkan penis tegangannya yang berukuran besar. Dia lalu mengocok penis itu dengan ritme cepat.

"Ahhh...ashh...ahh.." desahnya.

Sehun mengocok penisnya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya meraba dadanya sendiri. Satu kancing kemeja putihnya terbuka, dia menelusupkan tangannya dan memelintir nipplenya sendiri.

"Oshh.. Ahh..ah..."

Gelas yang tadi dipegangnya disimpan di lantai toilet. Namja itu mempercepat kocokannya dan berharap orgasme dengan cepat. Kepala penisnya sudah memerah dengan hebat. Uratnya juga terlihat jelas. Uhk.

"Ahhh...ahhhh..hhh..."

Sehun terus mendesah, desahan yang kecil, supaya tidak sampai terdengar keluar. Keringat didahinya mulai menetes, colinya dipercepat. Kocok kocok kocok.

Namja itu mulai merasakan penisnya berkedut kedut. Lalu dengan cepat dia mengambil gelas diatas lantai dengan salah satu tangannya dan mengarahkannya ke ujung penisnya yang tegang.

Lalu...

Crooot croot crooot.

Sperma milik Sehun muncrat banyak. Cairan yang bisa menghasilkan anak itu sebagian besar tumpah kedalam gelas. Selebihnya jatuh kelantai. Ada juga yang masih terisisa di ujung penisnya.

"Hhuuff... Lega."

Sehun mengelap keringatnya, seksi. Dia tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Sudah jelas sekarang apa yang akan dia lakukan.

'Rasakan Xi Luhan. Kau akan meminum spermaku.' Sehun bersmirk, mesum.

Sehun dengan cepat membersihkan dan merapikan diri. Namja cadel itu keluar toilet dengan wajah yang diusahakan terlihat biasa saja.

Sepertinya semua berjalan lancar.

o

o

o

o

Waktu terus berjalan.

Sehun membuat tiga kopi latte plus susu, dan langsung membawakan tiga minuman itu ke meja Luhan, Baekhyun dan Kyungsoo. Selain tiga minuman itu, ada sebotol minuman keras yang dibawanya, Baekhyun yang memesan disaat terakhir.

"Silahkan minumannya." kata Sehun, pelan. Namja itu meletakkan minuman satu satu. Dan yang utama adalah kopi latte untuk Luhan yang ada campuran spermanya.

"Terima kasih." Baekhyun bersorak. Dia langsung membuka botol minuman keras.

"Aku mau coba itu." kata Kyungsoo, sambil menunjuk botol ditangan Baekhyun.

"Kau masih kecil Kyung."

"Aku bukan anak kecil lagi Baek." Kyungsoo kekeuh, dia tetap ingin mencicipi minuman keras itu.

"Katanya ommamu tidak membolehkan." Baekhyun mengingatkan ucapan Kyungsoo beberapa saat yang lalu.

Sedangkan Luhan tetap diam, namja itu mendesah berkali kali. Lalu sadar bahwa masih ada Sehun yang berdiri disampingnya.

"Kenapa kau masih disitu? Hah." Luhan menghardik Sehun. Kasar.

"Aku hanya ingin memastikan minuman buatan cafe bisa disukai oleh pelanggan." timpal Sehun, datar.

Luhan mendengus, dia mengangkat gelas dan mengarahkannya ke bibirnya.

'Ayo minum... Ayo seruput...' Sehun membatin, penuh harap.

Dan... Sruup.

Luhan menyeruput kopi latte itu. Glek.

'Berhasil, yes.' Sehun bersorak dalam hati.

Luhan meminum kopi susu yang ada campuran sperma milik Sehun. Secara otomatis namja itu kemasukan sari pati Sehun. Wow.

Luhan hanya merasakan pahit manis minuman yang diseruputnya, dia sama sekali tidak merasakan sesuatu rasa yang aneh.

"Baek, Kyung. Ayo kita pulang. Aku mulai tidak nyaman disini." ucap Luhan, dia menghabiskan setengah minumannya.

"Kita belum sejam disini. aku belum cuci mata." Baekhyun menimpali kalimat Luhan. Namja bermarga Byun itu memandang kesana kemari, siapa tahu saja ada 'barang bagus' yang menyilaukan mata.

"Ehek... Huk... Disini sangat nyaman... Baekhyun, matamu kenapa? Kau pakai eyeliner terlalu tebal... Hahahahaa." Kyungsoo tiba tiba nyelutuk, wajahnya memerah hebat.

"Ya Tuhan, Kyung. Kau minum terlalu banyak."

Kyungsoo teler akibat mencoba meminum minuman keras diatas meja. Namja itu mulai berbicara tidak karuan.

"Baekhyun sayang. Aku...ehek, pernah melihatmu mengintip toilet namja di sekolah... Ehek." Kyungsoo meracau lagi.

"Jangan bicara macam macam Kyung." Baekhyun langsung membekap mulut Kyungsoo. Ternyata aksinya yang pernah mengintip toilet namja sempat dilihat oleh Kyungsoo.

"Mffmm."

Ehek. Uhuk.

Baekhyun terus berusaha agar Kyungsoo tidak bicara yang bukan bukan. Dilain pihak, Luhan sudah merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Aku mau pulang. Baek, ini uang untukmu. Bayar semuanya nanti. Dan jaga Kyungsoo." Luhan memberikan uang miliknya pada Baekhyun. Lalu kemudian berdiri dari duduknya. Kopi latte yang diminumnya sudah hampir habis.

"Siip. Serahkan padaku. Kau pulang saja duluan." kata Baekhyun, matanya berbinar karena diberikan uang dalam jumlah sangat lumayan.

Luhan beranjak, dia berjalan dan melewati Sehun yang masih berdiri disamping meja. Namja itu kesal bukan main. Andai dia tahu bahwa Sehun bekerja di cafe bar itu, dia tidak mungkin datang.

Grrrhh.

Beberapa menit kemudian Luhan tiba di halaman depan cafe. Namja itu datang tidak memakai mobil pribadi, jadi sekarang dia harus pulang menggunakan taksi.

Banyak taksi yang melintas, namun rata rata sudah ada penumpangnya. Ada juga bus umum dan angkutan lainnnya yang sejenis, tapi tentu saja Luhan tidak mau menaiki angkutan umum itu. Dia hanya menunggu taksi. Taksi yang bagus.

Setelah menunggu taksi selama beberapa menit, akhirnya ada sebuah taksi kosong yang berhenti otomatis didepannya. Luhan langsung naik tanpa pikir panjang.

"Distrik Songpa." katanya kepada si supir taksi yang memakai topi. Sang supir tidak menjawabnya, hanya deru mesin yang terdengar dan taksi itu melaju.

Wuusshh.

Sepanjang jalan terlihat banyak ornamen Imlek yang rata rata berwarna merah. Luhan tersenyum, tahun baru China sudah didepan mata. Sebagai keturunan asli Tionghoa dia bersyukur karena banyak warga negara Korea Selatan yang merayakannya.

Taksi itu terus melaju. Luhan mulai merasakan ada yang aneh. Jalan yang mereka lalui sangat berbeda seperti yang diketahuinya.

"Ini jalan yang salah." gumam Luhan, dia mencoba mengingatkan si supir taksi.

Namun lagi lagi supir itu tidak mengucapkan apa apa. Taksi terus berjalan, menyusuri jalan sunyi dan sepi. Luhan semakin tidak tenang, dia gelisah.

"Hentikan taksinya. Aku turun disini saja." tukas Luhan, nadanya meninggi beberapa oktaf. Dia mendadak panik.

Ciit. Tiba tiba ban berdecit keras. Taksipun berhenti.

Hening.

Si supir taksi mendongakkan wajah, matanya terlihat dari kaca kecil diatasnya. Lalu kemudian supir itu membuka topinya dan menoleh kearah Luhan.

Deg.

Luhan sontak terperanjat. Dia hampir merosot dari tempatnya. Sekelilingnya gelap. Namun bukan kegelapan itu yang mengejutkannya, tapi penampakan si supir taksi.

"SE... SEHUN... KAU?"

o

o

o

o

o

o

o

TBC

O...O...O...O...O...O...O

FF Hunhan here, hehehee. Bagaimana? Ini pertama kalinya aku buat FF hunhan yang bermusuhan gini...hihihi.

Apa reader suka?

Maaf ya untuk 3 FF terakhirku tidak ada squelnya, hehehe.. Aku takut aja siapa tau squel itu malah merusak inti ceritanya.

Review ya, untuk kelanjutan FF ini. Terima kasih.

Salam

Han Kang Woo