World War

Naruto © Masashi Kishimoto

Rate : M (untuk scene berdarah-darah)

Warning : AU, OOC (dua rangkaian mutlak), typo (bersembunyi dengan baik diantara kata-kata), bahsa mungkin gak baku, monoton, bertele-tele. Ah gak seburuk itu kok. Jika mengharap cerita yang bagus, well aku sudah berusaha.

ITADAKIMASU

.

.

.

Suara debaman seperti sebuah benda yang menghantam permukaan bumi, hanya saja bersuara sangat nyaring hingga terdengar sampai radius puluhan kilometer. Seorang paruh baya berkacamata berlari keluar dari mobil vannya yang sudah ia pacu sejak lima belas menit yang lalu. Wajahnya menggambarkan kegirangan bagai mendapat berlian. Dari kejauhan dapat dilihat sebuah lubang menganga dengan diameter mencapai sepuluh meter, ditengahnya terdapat sebuah batuan berwarna hijau kebiru-biruan sebesar tubuh orang dewasa. Siang itu di tengan gurun pasir yang tidak berpenduduk telah jatuh sebuah meteor.

.

"Shikamaru~" Seorang pemuda berambut pirang beriris biru yang merupakan keturunan Jerman bernama Naruto menyeru manja pada kawan berkuncir nanasnya yang tengah sibuk menekuri sebuah buku.

"Ini perpustakaan, kecilkan suaramu bodoh." Sasuke yang duduk bersebelahan dengan Shikamaru memprotes pelan.

"Yo, tuan tampan." Cengir Naruto tanpa bersalah.

Shikamaru mendesah, merasakan bahunya yang berat akibat beban dari lengan Naruto,"ada apa? Aku sedang sibuk."

" Aku tahu, aku tahu. Tapi ini mendesak." Naruto mendorong kasar tubuh Sasuke agar memberinya ruang untuk duduk di sebelah Shikamaru, decakan kesal Sasuke ia abaikan.

"Kau tahu, mengenai fenomena mutasi. Aku berfikir jika mutasi bisa terjadi pada kulit, maka ada kemungkinan hal itu bisa terjadi pada daging dan struktur tulang."

"Naruto, kau terlalu banyak menonton film."

"Kau pikir darimana mereka bisa membuat film sekeren itu tanpa penelitian yang nyata? Ini akan jadi penemuan luar biasa, kan?"

"Lalu." Kata Shikamaru tanpa menoleh pada wajah binar Naruto sedikitpun,"apa yang kau inginkan dariku?"

Naruto yang semula menyerongkan tubuhnya menghadap Shikamaru kini berbalik lurus menghadap meja. Matanya sesekali melirik ke arah Sasuke yang sepertinya tidak tertarik dengan bahasan Naruto.

"Terlalu banyak berfikir akan membuatmu menjadi semakin bodoh." Celetuk Sasuke.

"Aku tidak berfikir, apa masalahmu-"

Shikamaru terpaksa menjulurkan tangannya demi membungkam mulut naruto sebelum petugas perpustakaan memergokinya sedang membuat keributan.

"Sepanjang tahun ini kau sudah membahasnya berkali-kali, kami sudah bosan mendengarnya." Jelas Sasuke membuat pergerakan Naruto yang semula liar menjadi tenang.

"Untuk apa punya tim cerdas jika hanya terus merumuskan yang sudah ada?" gerutu Naruto pelan.

Naruto berputar balik, masih dalam posisi duduk. Kakinya yang diputar sengaja ia arahkan ke Sasuke demi mendapati wajah datar itu memerah kesal. Kedua lengannya ia rangkulkan ke leher Shikamaru dan Sasuke bersamaan dengan ia beranjak berdiri.

"Aku tunggu kalian di rumahku malam ini yah."

Naruto berlalu dari perpustakaan dengan cengiran khasnya.

.

"Profesor…" seseorang dengan pakaian laboratorim masuk dengan tergopoh-gopoh.

"Ada apa?" Tanya seorang paruh baya berkacamata bulat dengan rambut dikuncir yang dipanggil profesor.

"Wartawan sudah mengetahui perihal meteor yang jatuh beberapa hari lalu." Kata orang tersebut.

"Ada apa Kabuto?" Laki-laki berambut panjang, masuk ke ruangan melalui pintu yang berbeda.

"Tuan Orochimaru, keberadaannya sudah diketahui. Kupikir masih ada beberapa hari lagi sampai seluruh dunia tahu."

"Bawa sampel sebanyak yang sanggup diambil untuk kepentingan penelitian."

"Baik tuan."

.

Suara pintu berkali-kali diketuk atau lebih tepatnya digedor.

"Naruto…buka pintunya. Naruto…"

Shikamaru terus berseru sejak dua menit yang lalu, baru setelah panggilan ke sekian suara debaman terdengar dari dalam. Mereka, Sasuke dan Shikamaru menduga jika barang berantakan di rumah Naruto sedang menjadi korban empunya.

Pintu dibuka, menampakkan cengiran khas pemuda pirang itu. "Sudah kuduga kalian akan datang."

Sasuke dan Shikamaru mendecih, hampir bersamaan lalu menerobos masuk begitu saja. Keduanya mungkin kesal dengan tingkah kelewat agresif Naruto tapi tidak pernah sekalipun bisa menolak keinginannya yang tidak masuk akal sekalipun. Seperti malam ini, mereka bertiga di pimpin oleh Naruto melangkah menuju sebuah ruang yang semula kamar disulap menjadi laboratorium pribadi Naruto.

Sasuke memandang ngeri pada apa yang diteliti oleh Naruto. Dirinya yang berkutat dengan angka-angka dan sastra bukannya tidak mengerti sama sekali tentang makhluk hidup yang menjadi obyek penelitian Naruto, tapi ia lebih merasa jijik karenanya.

"Kau bilang ada yang ingin kau tunjukkan pada kami dan menyesal jika tidak melihatnya." Kata Shikamaru sambil mengedarkan pandangannya melihat beberapa hewan melata dalam kotak-kotak terpisah.

Naruto melebarkan senyumnya, Sasuke mungkin heran apakah dia tidak lelah terus menerus memasang tampang seperti itu.

"Lihat ini." Sebuah kotak berisi tikus berbulu sebagian tampak putih dan sebagian lain keabu-abuan. "Aku mencoba melakukan mutasi gen pada tikus ini, dan berhasil. Memang perlu waktu yang lama sampai berhasil seperti ini."

Sasuke mendekatkan kepalanya demi melihat lebih jelas pada binatang pengerat tersebut. "Kau hanya merubah warna bulunya, itu tidak tampak seperti sesuatu yang luar biasa."

"Setidaknya aku berhasil, Sasuke." Protes Naruto, ia berpaling pada Shikamaru,"bagaimana menurutmu Shikamaru?"

"Aku mengkhawatirkan uang bulananmu Naruto. Berapa biaya yang kau habiskan untuk penelitian tidak berguna ini."

Bagai disambar petir, Naruto terpaku tidak percaya. Tidak ada dari salah satu teman bahkan sahabat terbaiknya yang setidaknya bertanya bagaimana tampilan tikus itu bisa berubah.

"Naruto…" Shikamaru melambaikan telapak tangannya di hadapan Naruto, mencari kesadarannya.

Naruto menepis tangan Shikamaru, berlalu keluar kamar dan melemparkan tubuhnya di kasur yang semula berada di kamar harus pindah ke ruang TV. Shikamaru dan Sasuke berpandang-pandangan. Lagi, untuk kesekian kalinya mereka harus membujuk si pirang manja itu, dan mereka sungguh tidak dapat menolak.

.

Sebuah bongkahan seukuran kepala manusia dewasa dimasukkan ke dalam kopor berpengaman dengan sangat hati-hati. Kabuto tidak menggunakan telapak tangannya sendiri, karena panas yang dihasilkan dari batu meteor belum mengalami pendinginan. Sementara serpihannya ia masukkan secara terpisah ke dalam kantong berukuran sedang.

"Kemana kita akan pergi Tuan Orochimaru?" tanya Kabuto begitu kopor dan beberapa barang lainnya sudah berhasil ia masukkan dengan rapi ke dalam mobil van.

"Kembali ke kampung halaman. Ini akan jadi penemuan hebat Kabuto."

Kabuto menaikkan sedikit kacamata hingga menampakkan kilatannya dari bias sinar bulan,"baik tuan Orochimaru."

.

Di kantin kampus, Sasuke sedang menemani Naruto menghabiskan mangkok ketiga ramennya yang sepertinya akan bertambah beberapa lagi. Semalam, Naruto sangat ngambek bahkan mengatasinya lebih parah dari pada anak kecil atau perempuan, tapi kemudian iming-iming ramen hal termujarab untuk mengembalikan cengiran lebar itu.

"Kemana Shikamaru?" tanya Naruto di sela-selam makannya.

"Dia ada sedang pergi ikut penelitian Kurenai-sensei."

"Ooo,"mulut Naruto membulat,"pantas saja kemarin dia begit sibuk menyiapkan bahan, menyebalkan hanya ada kau di sini."

"Baiklah~, aku akan meninggalkan bonnya di sini."

Naruto keburu merangkul lengan Sasuke,"bercanda, tuan baik hati."

Sasuke yang semula sudah berdiri kembali duduk."Apa yang sebenarnya coba kau lakukan dengan tikus itu?"

"Seperti katamu, merubah warna bulunya."

"Terdengar tidak ada bedanya dengan kawin silang."

Seruputan terakhir isi mangkok Naruto, kemudian meneguk air sedikit. Sasuke sampai harus menyodorkan tisu terdekat agar Naruto segera membersihkan sisa kuah ramen di sekitar mulutnya.

"Itu baru permulaan, aku melakukannya dengan memaksakan mutasi menggunakan bahan kimia. Beberapa tikus mati sebelum bulu dengan warna baru muncul, tapi tikus yang semalam sangat kuat. Selama tiga minggu ia tampak kesakitan, kupikir dia akan mati lebih cepat, tapi setelah seluruh tikus mati dia berangsur-angsur membaik."

"Jadi, apa ekspektasimu yang sebenarnya?"

Naruto menyeringai mendengar pernyataan Sasuke yang sepertinya mulai penasaran. Ia mencondongkan tubuhnya dekat dengan Sasuke, sangat dekat hinnga saat ia berbisik tidak ada seorangpun yang mendengar.

"GILA!?" Sasuke spontan menjauh dari Naruto, melontarkan teriakan yang menarik perhatian banyak orang.

"Ssst, jangan berisik."

"Kau yang berisik, bodoh." Sasuke memperbaiki posisi duduknya setelah membungkuk isyarat maaf karena sudah mengganggu."Manusia mutan, itu hal terkonyol yang pernah kudengar."

"Kalau tidak mau percaya ya sudah. Terima kasih makanannya." Naruto beranjak dari tempatnya, dan melenggang pergi begitu saja, mengabaikan teriakan Sasuke.

Lima menit berjalan keluar kawasan kampus, ia mampir sebentar ke sebuah swalayan untuk membeli beberapa persediaan makanan. Saat hendak melewati pintu otomatis, seseorang yang berlawanan arah darinya dengan membawa kardus besar setengah berlari keluar hingga tubuh mereka sedikit bersenggolan. Naruto merasakan ada benda yang jatuh, dilihatnya sebuah kantong berukuran sedang. Dipikirnya dompet tapi begitu ia berbalik hendak mengembalikan, sosok orang tersebut hilang dibalik kerumunan orang-orang. Tanpa sadar Naruto memasukkan katong tersebut ke dalam sakunya dan lanjut memasuki swalayan.

.

Sejak orang tuanya meninggal Naruto hidup sendiri. Beruntung ia memiliki tekad dan gigih karena meski dianggap pintar tapi kemapuannya masih dalam batas biasa saja. Berbeda dengan Shikamaru dan Sasuke yang menjadi sahabatnya sejak ia msuk kuliah, mereka adalah jenius dan tergabung dalam tim cerdas. Naruto sangat gigih demi bisa bergabung dalam tim cerdas ia memanfaatkan kedua sahabat jeniusnya untuk mengajarinya secara cuma-cuma. Entah faktor hidup Naruto yang terbilang susah atau memang kegigihannya, sampai saat ini keduanya sangat memperhatikan Naruto.

Tidak ada hal khusus mengapa Naruto ingin sekali menciptakan manusia mutan seperti pada salah satu film kesukaannya. Ia hanya ingin menjadi sejarah, dan memiliki suatu penemuan yang bermanfaat bagi dunia. Mutasi gen bisa saja terjadi, dan jika manusia bisa memiliki kemampuan diluar umumnya, maka akan membantu banyak pihak. Pada masalah pertahana misalnya. Tapi tetap saja, idenya tidak bisa dibilang masuk akal dan tidak konyol.

Naruto mengamati sejenak rumah peninggalan orang tuanya, satu kata yang dapat diungkapkan adalah 'berantakan'. Entah kapan terakhir kali Naruto memiliki niat untuk membersihkannya, karena itu baru niat. Biasanya Sasuke dan Shikamaru diam-diam memunguti sedikit demi sedikit sampah yang mulai membusuk saat Naruto terlelap, dan Naruto sama sekali tidak menyadari itu.

Sebuah Kantong terjatuh dari saku celana, tatkala Naruto melepasnya untuk berganti ke pakaian yang lebih nyaman untuk di rumah. Kantong itu tidak menarik perhatiannya sama sekali, sehingga ia meletakkannya di sembarang tempat. Tanpa Naruto tahu tikus yang merupakan percobaan berhasil Naruto memakan sedikit dari isi kantong yang tampak seperti kerikil.

.

.

.

Bersambung…

A/N : Lagi, ini merupakan fic request dari 'seseorang yang tidak ingin disebut namanya'. Untuk pertama kalinya aku menggunakan tema yang bagiku berat seperti ini, karena kalau roman udah pasti lebih mudah. Mengharuskanku mengadakan riset kecil-kecilan demi hasil yang baik. Semoga ada yang suka, jika demikian mohon review kalau ingin fic ini dilanjut. Yoroshiku onegaishimasu.