Haikyuu sepenuhnya adalah mahakarya Haruichi Furudate. Fiksi ini diperuntukkan hanya untuk kesenangan batin. Tidak ada keuntungan material diperoleh.
Dinner never this stupid © Imorz
Tadinya rencana makan malam super romantis. Tapi justru berubah semakin romantis.
Tadi itu, suara guntur yang Maha dahsyat.
Yang menyebabkan listrik mati dan semuanya berbuah gelap. Di luar jendela, cahaya kilat masih mengedip, layaknya cahaya kamera.
Kuroo meneguk ludahnya gugup. Jangan lupakan perjuangannya memasak makan malam dengan resep wara-wiri di internet. Dengan keahlian seadanya dan percobaan berulang kali, Kuroo bertekad ingin menjadikan makan malam hari ini dengan pasangannya berbuah kesuksesan. Sukses artinya ro-man-tis, romantis. Ada penekanan.
Disebabkan sirnanya sumber cahaya, kini rasanya Kuroo ingin menghubungi pihak listrik dan mengomel dengan curhatan usaha kerasnya membuat makanan tadi sore. Memang tidak megah seperti makanan restoran bintang lima, tapi karena ia membuatnya dengan hati jadi masakan Kuroo tidak kalah istimewa. Pantas digunakan sebagai alasan mengomel.
Cuaca buruk juga salah, tapi tidak mungkin Kuroo menyalahkan alam.
Kenma di seberang meja tidak bersuara, semakin menambah momok Kuroo dalam kesenyapan, dan kegelapan. Ya ampun. Gagal total. Apa pula itu romantis, yang ada rusak bombastis. Belum acara makan malam dimulai, Kuroo sudah menelan pil pahit.
Cahaya lilin berpendar, Kuroo terpongah.
"Nah, kita bisa melanjutkan makan malamnya sekarang."
Ada dua lilin yang menyala, Kenma masih memantik satu lagi, total tiga lilin di tengah meja. Lembayungnya menyiram area sekitar, termasuk Kuroo yang terdiam.
"Tetsuro, ada apa?"
"Huh? Oh, tidak ada. Tadi kau mengambil lilin, ya?"
"Iya. Masakan yang kau buat tampak lezat, aku jadi lapar sekali."
Napasnya mengembus setelah tertahan beberapa detik. Sebuah ekspresi lega. Momoknya begitu hebat mengendalikan seluruh tubuh, sampai tidak mampu berkutik, barang mengangkat telunjuk saja, Kuroo layaknya menarik truk dengan gigi.
"Aku kira semua akan menjadi gagal. Rencana makan malam ini."
"Hanya kau yang berpikir begitu. Dan, oh, Tetsuro." Kenma menatapnya. "... Selamat hari jadi yang kedelapan."
Senyum merekah spontan. Api lilin melenggok lucu dan Kuroo tak mampu menahan tawa.
"Jadi, sudah kedelapan?"
"Lima tahun pacaran, tiga tahun tinggal serumah. Ya, sudah kedelapan."
"Astaga." Kuroo mengerling. "Delapan tahun bersamaku dan kau tidak tahu apa itu yang namanya bosan, syukurlah."
Dua paham ayam di piring Kenma telah lenyap. Ia berhenti merobek daging ketika mendengar kalimat Kuroo.
"Terima kasih sudah mau menjadi bagian dari keluarga Kuroo."
Satu tulang ayam bagian sayap mengenai keningnya. Tercipta warna merah pucat. Kuroo mengaduh dan ikut bersemu menatap Kenma.
"He-hentikan itu! Kau membuatku malu!"
Setelah ini, mungkin Kuroo akan memikirkan kembali makan malam yang romantis hanya dengan tiga buah lilin. Lagi. Tanpa lampu. Tanpa petir. Tentunya yang mampu membuat Kenma kelabakan panik mendengar kalimat-kalimat pembawa hati terbang meroket.
.
.
.
Selesai.
a/n: seperti inilah yang bisa saya persembahkan untuk dirimu, kebetulan sekali kita berada di fandom yang sama. semoga harimu turut menyenangkan dan terima kasih sudah membaca!
