Damn! You're sexy, Chanyeol!

Author : Jonah Kim

Pairing : Chanbaek, Hunhan, Kaisoo.

Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Kim Luhan (Marganya saya ganti),

Kim Jongin, Do Kyungsoo, dll.

Happy Reading...

Don't Like, Don't Read!

Chapter 1

Sehun berdiri disamping Baekhyun yang sedang berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikangerbang pagi saat itu masih terasaagak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan tadi pagi. Beberapa gerombolan siswa yang termasuk para brandalan sekolah sudah bersiap di depan gerbang, termasuk Byun Baekhyun, sang ketua murid yang terkenal dengan wajah cantiknya.

Hari ini adalah hari pertamauntuk anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di sekolah yang termasuk elit ini. Para senior brandal itu ingin mengerjai mereka dengan sikap sok kuasanya. Bukannya apa-apa, tapi memang mereka itu suka sekali mengerjai murid dan meskipun mereka kelas dua, murid kelas tiga saja sampai segan dan takut dengan mereka. Itulah mengapa mereka adalah geng yang ditakuti di sekolah.

"Baek, kau terlihat bersemangat sekali. Kau ingin segera mengerjai mereka, ya?" tanya Sehun basa-basi, sebenarnya, ia tidak ingin tahu juga.

"Hn, begitulah, Hun."
Baekhyun manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.

"Itu mereka datang!" seru Baekhyun senang. Semua siswa itu ikut menatap balik dan mulai menghampiri Baekhyun yang berdiri paling depan.

"Baiklah. Saatnya bersenang-senang," ujar Kai tak sabar. Ia lalu memeriksa atribut yang dikenakan para siswa. Yang memakai rok terlalu pendek, dipukul menggunakan rotan oleh Kris, dan yang terlambat, disembur oleh Sehun. Rasanya ini menyenangkan bagi mereka, tapi tidak dengan para siswa baru itu. Mereka merutuk senior mereka yang saat ini tengah bertindak sewenang-wenang.

"Lihatlah cara berjalan kalian. Seperti siput saja. Kalian kekurangan kalsium? Sana, minta susu pada ibu kalian." Baekhyun berteriak-teriak tak karuan.

"Ya! Yang disana. Kau kenapa memparkir sepeda bututmu itu disini? Kau kira ini parkiran milik kakekmu? Ini wilayah siswa kelas dua. Minggir!"

Kai juga tak kalah galak. Ia yang paling sangar setelah Kris dalam urusan bentak-membentak.

Semua siswa baru tentu saja kebingungan. Mereka baru sampai dan sudah dibentak ini-itu. Memangnya apa hebatnya senior mereka itu?

"Siapa mereka? Sok sekali," ujar seorang pria tinggi dengan santai kepada teman satu sekolahnya dulu, Do Kyungsoo. Kyungsoo yang diajak bicara hanya mengindikkan bahu acuh.

"Entahlah. Mungkin seonggok manusia tak punya kerjaan," jawabnya singkat. Chanyeol manggut-manggut dan mulai memasuki gerbang bersama Kyungsoo tadi. Ia melewati Kris yang masih sibuk membentak dan berhenti ketika Baekhyun menyuruh mereka berhenti.

"Kau kemari!"

Chenyeol yang ditunjuk oleh Baekhyun hanya bisa terbengong dengan wajah yang menurut Baekhyun idiot itu. Ia celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Baekhyun sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Baekhyun barusan.

"Iya, kau. Kemari!"

Chanyeol menghampiri para gerombolan senior mereka itu. Luhan yang mulai tertarik, memekik kegirangan ketika melihat Chanyeol lebih dekat. Ternyata, dia sangat tampan! Tinggi, tegap, memiliki garis rahang yang sempurna, mata yang bulat menantang dan bibir yang seksi. Jangan lupakan rambut pirangnya yang menutupi hampir seluruh pelipis dan juga telinganya.

"Kau tahu kenapa kau kupanggil kesini?" tanya Baekhyun masih pelan, tak menggubris Luhan yang menyenggol lengannya dan Sehun yang ngambek karena cemburu.

Chanyeol terlihat berfikir.

"Kau tertarik padaku?" tanya Chanyeol dengan muka innocentnya.

"A-apa?"

Kris yang sedari tadi sibuk, mulai mendekat.

"Iya. Aku kira kau memang tertarik makanya, memanggilku kemari. Tapi, aku bersyukur pada Tuhan karena akhirnya mempertemukanku dengan makhluk seindah dan secantik dirimu, sunbae," jawab Chanyeol kelewat santai.

"Dasar konyol. Kau tahu, kau menggunakan mobil MacLaren berwarna merah?" tanya Baekhyun balik, tak mengindahkan rayuan Chanyeol.

"Tentu saja aku tahu, kan aku yang membelinya, sunbae. Kau ini bagaimana."

Sehun dan Luhan tertawa berbarengan dan Baekhyun yang melotot ke arah kedua temannya itu. Lalu kembali lagi menatap Chanyeol tajam.

"Kau ini siswa baru tapi sudah menggunakan mobil mewah dan mahal seperti itu. Kau mau menimbulkan kecemburuan sosial, hah?"

"Hm, apa kau mau melihat-lihat mobilku? Kau boleh berfoto dan kemudian menguploadnya di twittermu. Gratis kok, sunbae."

Baekhyun mulai sewot.

"Kau kira kau itu lucu, apa?"

"Tidak, sih, sunbae. Tapi, ada yang bilang kalau aku ini imut dan juga manis. Tapi, banyak juga yang bilang aku ini keren dan tampan."

Luhan mengangguk setuju, membuat Baekhyun menjadi tambah sebal dengan muka yang memerah karena kesal. Chanyeol menyeringai berhasil membalas kelakuan Baekhyun. Kyungsoo tertawa melihat wajah memerah Baekhyun. Ini menyenangkan, pikirnya saat itu.

"Kau menantangku?" tanya Baekhyun memegang kerah Chanyeol. Posisi Baekhyun yang mendongak membuat Chanyeol dapat dengan jelas melihat wajah Baekhyun. Ia menatapnya datar.

"Tidak," jawab Chanyeol singkat. Ia masih terus mengamati wajah cantik Baekhyun.

"Baek, bel masuk berbunyi, tuh." Kai mengingatkan, membuat Baekhyun dengan kesal, melepaskan genggaman tangan mungilnya pada kerah Chanyeol.

"Awas kau!" Baekhyun dan rombongannya segera pergi dari gerbang sekolah, meninggalkan Chanyeol dan juga Kyungsoo yang kini tertawa terbahak-bahak.

"Siapapun orang yang mengatakan kau itu imut dan lucu pastilah orang sinting, Yeol," ujar Kyungsoo sambil terkikik. Chanyeol cemberut lalu memukul kepala Kyungsoo lumayan keras, "Ya! Berarti kau mengatai ibuku, bodoh!"

"Oh, ternyata ibumu yang mengatakannya. Pantas."

Kyungsoo manggut-manggut.

"Aku kan tampan bukan imut, Kyungsoo."

Kyungsoo terkekeh lalu memeluk pundak Chanyeol sambil berjinjit.

"Oke, oke. Aku mengerti."

Chanyeol masih cemberut ketika Kyungsoo mulai menggandengnya menuju kelas. Sementara Kyungsoo berdiri di sampingnya sambil berusaha mengulum tawa. Menggoda Chanyeol memang menyenangkan. Mimik mukanya yang innocent membuat orang yang mendengar cerita atau perkataannya pasti ingin tertawa, benar-benar imut. Bagaimanapun, Kyungsoo tidak mau mengakui secara terang-terangan tentang keimutan Chanyeol ini.

Kelas baru dimulai. Anak-anak kelas satu mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Tidak ada lagi yang memparkir sepedanya di lingkungan 'senior' atau memanggil senior mereka tanpa embel-embel sunbae, kecuali duo Chanyeol dan Kyungsoo yang menjelma menjadi biang onar murid kelas satu. Mereka itu menyenangkan, mudah bergaul tapi terkesan cuek dan tidak tahu tata krama. Bukan berarti mereka itu brandal, mereka hanya dua orang yang kelewat santai dan juga acuh.

"Whua, itu Park Chanyeol! Ya, Tuhan! Tampan sekali. Aku ingin jadi pacarnya."

Semua siswa pemuja Park Chanyeol mulai berdesak-desakan di lapangan demi bisa melihat pujaan hati mereka bermain basket. Chanyeol memang menjadi idola sekolah semenjak dirinya masuk pertama kali menjadi siswa baru. Dia bahkan sudah menjadi kapten tim basket.

"Chanyeol! Aku mencintaimu!"

Chanyeol menoleh dan tersenyum. Gadis itu memekik senang diperhatikan oleh idola sekolah mereka itu. Chanyeol memang terkenal ramah dan baik hati, itulah sebabnya, ia mempunyai banyak penggemar dibanding Kris yang lebih dingin dan cenderung galak.

Udara siang ini luar biasa panasnya. Matahari sedang giat-giatnya memancarkan sinar. Bermain basket benar-benar telah menguras keringat Chanyeol. Biar begitu, Chanyeol tetap terlihat keren. Pria tinggi itu kebingungan ketika ia sudah disodori minuman dari banyak orang. Tak mau mengecewakan para penggemarnya, Chanyeol tersenyum dan lebih memilih mengambil air minumnya sendiri, tak mau membuat mereka patah hati jika ia memilih minuman dari salah satu gadis-gadis itu.

"Park Chanyeol!"

Sontak, seluruh pasang mata menatap seseorang yang memanggil nama Chanyeol dengan nada keras itu. Mengetahui bahwa yang memanggil adalah teman baiknya, Do Kyungsoo, gadis-gadis itu menjauh dan membiarkan Chanyeol mendekati Kyungsoo. Mereka tidak merasa cemburu karena Kyungsoo adalah teman baik Chanyeol.

"Hai, bro!" jawab Chanyeol sambil meninju lengan Kyungsoo. Hanya dengan Kyungsoolah, Chanyeol bisa bersikap apa adanya.

"Aku tidak suka."

"Hah? Apanya?" tanya Chanyeol tak mengerti. Pasalnya, belum juga bicara, tiba-tiba Kyungsoo sudah memasang wajah cemberut dan juga suara yang terkesan ngambek.

"Aku bilang aku tidak suka. Aku tidak suka kau tersenyum pada gadis-gadis itu. Aku tidak suka kau menyapa mereka seramah itu. Itu menyebalkan, Park Chanyeol!"

Chanyeol terkekeh. Teman kecilnya itu memang tidak berubah. Posesif dan juga cemburuan. Kyungsoo mendelik ketika Chanyeol justru tertawa padahal, ia tengah serius sekarang.

"Ya! Park Chanyeol!"

"Maaf, maaf. Abisnya, ini lucu sekali, Do Kyungsoo. Lihat wajah ngambekmu itu. Lihat mata melototmu yang bulat itu." Chanyeol masih melanjutkan tawanya. Kyungsoo mendengus.

"Baiklah. Terserah!"

Chanyeol berhenti tertawa dan buru-buru memegang lengan Kyungsoo. Kyungsoo mendelik lagi, ia memang hobi melakukan hal itu.

"Kau marah?"

"Tentu saja. Kau itu milikku, Yeol."

Chanyeol tersenyum. Ia dan Kyungsoo memang memiliki hubungan yang rumit. Mereka bukan sepasang kekasih, tentu saja. Mereka teman sedari kecil yang saling mengekang. Jika salah satu dari mereka terlalu dekat dengan seseorang, pasti mereka akan bertengkar. Dan mereka juga kelewat dekat dalam artian 'teman yang mesra.'

"Oke, oke. I'm yours. Aku milikmu dan aku tidak menggubris mereka. Itu hanya bentuk sikap ramah tamah. Oke, sayang?"

Kyungsoo menggeplak tangan Chanyeol yang dengan santainya bertengger di pipinya. Lalu bergumam sebal.

"Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikkan itu, Park Chanyeol-sshi."

"Baiklah, Baby. Sekarang, kita ke kantin, ya? Aku lapar dan ingin makan sekarang." Tanpa jawaban dari orang yang diajak, Chanyeol menggeret tubuh kecil Kyungsoo membuat sang pemuda itu menjerit heboh. Chanyeol hanya cuek saja dan terus tertawa.

Sesampai di kantin, mereka bertemu dengan segerombolan senior mereka itu. Tidak sering mereka bertemu tapi, jika mereka bertemu pasti Baekhyun sudah melengos dan pergi.

"Selamat siang, boleh kami duduk disini?" tanya Chanyeol ramah.

Mereka menatap datar. Kecuali Luhan yang langsung tersenyum dan dibalas senyuman kaku oleh Chanyeol.

"Duduk saja. Ini kan kursi milik umum," jawab Baekhyun acuh. Mereka kemudian kembali berbincang tanpa mengindahkan dua orang junior mereka itu. Chanyeol dan Kyungsoopun sama, mereka asyik sendiri dengan dunia mereka.

"Kai hyung, kau terlihat tua saat kau mengganti rambutmu menjadi pirang. Tambah jelek saja," ucap Kyungsoo sambil menyesap susu pisangnya. Kontan, Kai mendelik dan tersedak minumannya sendiri. Sudah memanggilnya tanpa embel-embel sunbae, dengan sebutan sok akrab dan juga menghinanya pula. Pemuda ini benar-benar menyebalkan sekali.

"Benar. Kau jeli sekali, Soo." Chanyeol tertawa.

"Dan, Baekhyun hyung, kau seperti perempuan saja. Tanganmu juga lentik sekali," ujar Kyungsoo tanpa dosa dengan wajah polosnya. Seketika membuat wajah Baekhyun memerah karena omongan Kyungsoo.

Chanyeol meneliti tubuh dan wajah Baekhyun yang memang sangat cantik itu. Dengan tubuh dan jari-jari tangannya yang mungil. Chanyeol bahkan tidak berkedip menatap Baekhyun.

"Aku ini namja, dan aku tidak suka dibilang seperti perempuan." Baekhyun berujar pelan, meredam emosinya. Dan, Kyungsoo sepertinya tidak paham situasi, ia justru melanjutkan.

"Aku juga yakin kau pasti gay dan kau yang menjadi pihak di bawah. Yah, kau tentu tahu maksud perkataanku di pihak bawah, kan?"

Ya, Tuhan! Omongan anak ini.

Chanyeol menyenggol lengan Kyungsoo. Ini sudah sedikit berlebihan menurutnya. Meskipun ini cukup menarik juga, sih.

"Ada apa, Yeol?"

Dan dia masih bertanya? Ya, Tuhan... Demi apa, Baekhyun ingin segera menyeret mereka berdua ke neraka. Atau lebih tepatnya, namja yang bernama Do Kyungsoo itu.

"Kudengar, Sehun hyung itu rangking terakhir di peringkat sekolah tahun lalu, ya? Wah, sayang sekali padahal kau itu cukup tampan, lo, hyung. Pelajaran apa yang paling susah untukmu? Apakah semua pelajaran kau tidak bisa?"

Chanyeol tertawa.

"Benarkah? Kau tahu darimana, soo?" tanya Chanyeol ingin tahu. Sehun ingin sekali menoyor kepala Kyungsoo yang kecil itu, sekecil bahunya yang juga sempit. Tapi, tidak jadi karena ia tidak mau terlihat begitu kasar di mata pujaan hatinya, Luhan.

"Kau tidak tahu, Yeol? Seluruh sekolah juga tahu itu." Kyungsoo menatap Chanyeol tidak percaya dengan tatapan datar, seolah itu bukanlah aib yang patut disembunyikan.

Chanyeol menggeleng.

"Kalau memang seluruh sekolah tahu, kau tidak perlu mengatakannya kan? Kasihan Sehun dong." Luhan menasehati dengan nada yang lembut dan ekspresi yang ramah.

"Sepertinya, hanya Luhan hyung yang setidaknya normal-normal saja." Celetuk Chanyeol santai. Luhan tersenyum malu-malu mendengar pujian Chanyeol meski itu sebenarnya juga bukan sebuah pujian. Dan juga, karena Chanyeol mau memanggilnya hyung. Itu terdengar manis. Chanyeol tersenyum melihat senyuman Luhan.

"Sialan! Kami itu normal, tau!" sergah Baekhyun tak terima. Penghinaan macam apa itu?

"Baiklah. Kau itu normal."

Baekhyun merasa itu tidak menyembuhkan harga dirinya karena mereka berdua tertawa dan terus menatap mereka aneh. Hampir saja Kai menghajar mereka kalau saja, bel masuk tidak berbunyi.

'Sialan' umpat Kai sebal.

"Ayo kita pergi, Soo. Setelah ini, ada kelas Song sonsaengnim dan aku belum memakai seragamku. Ya, Tuhan! Selamat siang, semuanya. Kami pergi dulu, ya?"

Chanyeol menatap Luhan sebentar, lalu menatap Kyungsoo yang masih buru-buru memakan rotinya.

"Cepatlah, kawan!"

Chanyeol yang panik karena belum mengganti kaos olahraganya segera beranjak pergi dengan sedikit terburu-buru. Menyeret Kyungsoo dengan sadis.

"Aku pergi dulu, sunbae."

Kyungsoo tersenyum dan melambaikan tangannya. Demi kucing kesayangannya yang sering kabur, Baekhyun bersumpah tidak akan membalas sikap sok manis Kyungsoo itu.

"Baek, bagaimana jika kita mengerjai mereka. Pasti menyenangkan." Bisik Kai, panggilan akrab Jongin ke telinga Baekhyun yang langsung disambut Baekhyun dengan seringai yang mengerikan.

"Boleh juga. Bagaimana caranya?"

"Kau tahu kan kalau Chanyeol itu populer?"

Luhan mengangguk. Baekhyun mendengus.

"Lalu?"

"Apakah menurut kalian Chanyeol itu gay?"

Luhan menggeleng. Sehun yang ikut menguping juga ikut menggeleng. Kris yang tidak tertarik bergosip, memilih tidak ikut berbicara dan makan dengan tenang.

"Menurutku sih, dia normal. Dia tampan dan dikelilingi oleh gadis-gadis cantik dan kurasa dia santai-santai saja menikmati hal itu." Baekhyun berujar menyatakan pendapatnya.

"Nah. Kita kerjain saja mereka. Jika mereka normal, pasti kan mereka merasa risih. Itu pasti seru melihat mereka merasa terganggu dengan kehadiran kita. Habisnya, aku sebal dengan sikap sok akrab mereka itu."

"Benar. Dan jika mereka risih, mereka tidak akan mendekati kita lagi dan berkomentar macam-macam lagi. Aku juga sebal dikatai mereka cengeng." Tambah Sehun berapi-api.

Luhan terlihat bersemangat.

"Bagaimana kalau aku saja yang menggoda Park Chanyeol? Aku mau kok." Luhan mengacung dan memasang wajah bersedianya. Kai menatapnya sambil berfikir. Ia agak ragu menyerahkan tugas ini pada Luhan yang notabene adalah salah satu penggemar Chanyeol.

Sehun yang mendengarnya langsung menggeleng,

Shireo! Kau itu milikku."

Luhan bersikukuh untuk melakukannya dan Sehun menatap Kai meminta pertolongan. Kai menghela nafas bosan.

"Tidak. Kau itu bukannya mengerjai Chanyeol, nanti kau malah yang benar-benar jatuh cinta dengannya. Kau bisa merusak rencana kita, Luhan."

Luhan cemberut.

"Bagaimana kalau Baekhyun saja." Usul Sehun yang langsung disetujui oleh Kai. Menurutnya, Baekhyun itu bukan orang yang mudah jatuh cinta dan bisa diandalkan. Lagipula, Baekhyun itu tegas dan galak, pasti cocok untuk mengerjai si tiang listrik itu.

"Biar aku saja yang menggoda si mulut pedas itu. Aku punya urusan dengannya."

Kai terlihat menyeringai. Dia sudah sangat dendam pada Do Kyungsoo, ingin segera mengerjainya dengan caranya sendiri.

"Hei, Hei. Kenapa aku?" Baekhyun protes tak terima. Sehun memasang aegyo andalannya.

"Ayolah, Baek. Hanya kau yang bisa kami andalkan. Aku tidak mau jika Luhannie yang maju."

"Lalu kenapa tidak kau saja?" pekik Baekhyun masih tak terima.

"Seluruh sekolah juga tahu kalau aku menyukai Luhan. Pasti Chanyeol hanya menganggapku bercanda."

Pembelaan Sehun seolah-olah membenarkan. Apalagi, Sehun adalah kelemahan Baekhyun. Selain sudah seperti saudara, Baekhyun sangat menyayanginya dan berjanji untuk melindunginya.

"Hah, baiklah. Aku juga ingin sekali membalas iblis kelebihan kalsium itu."

Baekhyun mengangguk pasrah dan dibalas dengan anggukan teman-temannya. Dan sejak saat itulah, petualangan cinta mereka yang tidak mereka sadari dimulai. Dengan pengalaman yang lumayan dari Kai dan juga si casanova Kris, mereka mulai menyusun rencana untuk menggoda duo biang onar itu. Mereka mulai mencari informasi mengenai tempat tinggal dan semua yang patut diketahui. Termasuk, hobi dan apa yang mereka sukai. Mereka tak melewatkan apapun.

"Kau hari ini akan ke rumah bocah tengik itu, kan, Baek?" tanya Kai melalui ponselnya. Baekhyun hanya bergumam menjawabnya sambil menali tali sepatunya kemudian mengambil kunci mobilnya dengan buru-buru.

"Iya, aku akan ke rumahnya hari ini jadi aku tidak bisa menjemput Luhan dan tolong bilang padanya."

"Oke. Semoga sukses."

"Sialan kau, Kim Jongin! Aku sebenarnya tak sudi melakukan hal memalukan ini. Hah, semoga dia tidak tergoda dengan tubuh indahku."

"Tentu saja tidak, Baek. Kau berharap dia tertarik?" Kai tertawa.

"Demi ibu tiriku yang sering menyiksa kucingku, aku tidak sudi. Aku hanya khawatir, Kai. Semua pria normal pasti tertarik dengan pantat bohaiku." Canda Baekhyun.

"Pantatku lebih seksi, Baek. Lagipula, aku pernah melihatnya dan kukira itu biasa saja."

Baekhyun terdiam, melotot.

"Kau pernah melihat pantatku?"

Kai tertawa canggung. Menggaruk tengkuknya dan ia berkata dengan wajah memerah.

"Saat kau tertidur karena aku penasaran, aku membuka celana piyamamu dan melihatnya."

"Kenapa kau melihatnya? Ya, Tuhan, Kai. Aku tahu kau itu mesum, tapi ini pantat, Kai. Pantat! Kau mengerti?" Teriak Baekhyun frustasi. Kai tertawa.

"Iya, aku juga tahu itu pantat, Baek. Makanya, aku ingin melihatnya. Kau tahu, pantatmu itu lebih seksi dibanding mantan pacarku. Lagipula, aku melakukan itu karena penasaran, Baek. Apakah pantatmu juga seperti perempuan. Dan, ternyata memang iya."

"Aku bersumpah, akan memukulmu ketika sampai sekolah nanti, Kim Jongin!" Teriakan Baekhyun mau tak mau memaksa Kai untuk segera menutup sambungannya. Bisa rusak nanti telinganya.

"Sialan, sialan!" umpat Baekhyun kesal setengah mati. Ia segera menggendong tas ranselnya dan buru-buru mengunyah roti coklatnya.

"Umma, aku berangkat sekolah."

"Hati-hati, sayang. Jangan ngebut!"

Sang umma menjawab dari dalam rumah. Baekhyun tersenyum. Meski ia ibu tiri, Baekhyun tidak pernah sekalipun diperlakukan buruk oleh wanita itu justru, dia bersikap sangat baik pada Baekhyun.

Tak berapa lama, ponsel Baekhyun terus bergetar. Kai yang memanggil. Baekhyun tahu pasti setan mesum itu akan meminta maaf lalu melakukannya lagi. Baekhyun sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya itu. Maka dari itu, ia lebih memilih mengacuhkan panggilan Kai dan masuk kedalam mobil miliknya. Menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan cukup tinggi, mengindahkan perkataan ummanya.

Lima belas menit adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai rumah Chanyeol. Rumah yang dibuntutinya sejak kemarin. Ya, tanpa sepengetahuan Chanyeol, Baekhyun mengikutinya. Dan disinilah ia sekarang. Di rumah yang kecil namun rapi dan juga teratur. Baekhyun dapat melihat banyak tanaman dan bunga yang ada di perkarangan. Tampaknya, ibu Chanyeol suka menanam bunga. Sama seperti ibu tirinya.

"Ah, itu rumahnya. Tapi, bukankah bocah tengik itu orang kaya? Mobilnya saja mewah begitu. Masa' rumahnya sekecil itu."

Baekhyun tak mau ambil pusing. Mungkin tidak ada hubungannya antara rumah dan mobil mengenai status kekayaan seseorang. Bisa saja kan ayah Chanyeol mempunyai banyak simpanan di bank dan membeli rumah yang kecil karena tak mau repot mengurusnya. Huh, entahlah.

"Baiklah. Saatnya beraksi."

Baekhyun memutar mobilnya dan memparkir mobil sedan itu ke tempat parkir mal yang lumayan jauh dari sana. Ia kemudian berjalan kaki menuju jalan rumah Chanyeol. Begitu sudah dekat, ia bersembunyi dari balik semak. Saat Chanyeol sudah muncul, barulah ia keluar dari persembunyiannya. Licik, bukan?

"Byun Baekhyun?"

Baekhyun pura-pura menoleh dan terkejut mendapati Chanyeol ada di sampingnya.

"Park Chanyeol?"

Chanyeol menghampirinya dan tersenyum.

"Kau sedang apa disini?" tanyanya ramah.

"Rumahku kan sekitar sini," jawab Baekhyun tanpa gugup sedikitpun. Rencana balas dendam jauh lebih mendominasi dibanding acara gugup-gugupan yang tidak penting. Chanyeol yang memang dasarnya ramah, mengajak Baekhyun berangkat bersama tentu saja, ini tidak disia-siakan oleh Baekhyun.

"Benar boleh?" tanya Baekhyun memastikan, sekedar berbasa-basi. Chanyeol mengangguk lalu membuka pintu mobilnya untuk Baekhyun.

"Baiklah. Gomawo," ucap Baekhyun lembut. Chanyeol tersenyum lalu membuka pintunya sendiri. Ia memasang sabuk pengaman lalu mulai menjalankan kemudinya. Baekhyun tertawa dalam hati.

"Aku tidak tahu kalau kau tinggal sekitar sini. Kita bisa pulang dan berangkat bersama kalau kau mau, Baek."

"Panggil aku hyung!" perintah Baekhyun cepat tanpa menjawab tawaran Chanyeol barusan. Chanyeol menggeleng dengan alasan yang tak masuk akal menurut Baekhyun.

"Aku tidak bisa, Baek. Kau lebih kecil dan lebih manis dariku. Mana mungkin aku memanggilmu hyung. Itu tidak cocok sama sekali."

"Tapi, aku tetap sunbaemu, Park Chanyeol!" bantah Baekhyun masih tetap keras kepala. Chanyeol menggeleng lagi.

"Aku tidak mau. Itu menggelikan."

Baekhyun tidak percaya dengan tingkah lelaki ini. Sudah tidak punya sopan santun, seenaknya sendiri, dan menyebalkan pula. Ya, Tuhan! Sampai kapan Baekhyun harus berurusan dengan namja sok ini.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Baek. Kau mau kuantar jemput?"

Baekhyun mulai gugup.

"Tidak perlu. Ehm, maksudku karena aku yang merepotkanmu, biar aku saja yang datang kerumahmu setiap pagi. Dan kau tidak perlu mengantarku pulang karena terkadang kau berlatih basket dan aku juga ada kegiatan untuk drama musikal. Jadi, akan sulit untuk kita pulang bersama. Tapi, terima kasih untuk tawarannya."

"Kau yakin? Tidak apa-apa kalau aku menjemputmu setiap pagi. Sungguh, aku tidak merasa direpotkan, kok."

Memang tidak, tapi aku yang kerepotan, dasar idiot! Baekhyun mendengus sambil mengumpat Chanyeol dalam hati.

"Tidak perlu, Park Chanyeol."

Chanyeol kemudian mengalah. Ekspresi Baekhyun yang mulai sedikit kesal, menciutkan nyalinya. Mereka kemudian diam cukup lama hingga Chanyeol kembali memulai pembicaraannya. Ia tidak tahan dengan situasi canggung seperti ini.

"Maaf soal kata-kata Kyungsoo kemarin. Dia itu memang seperti itu tapi dia sebenarnya baik, kok."

Terus. Terus saja bela temanmu itu. Aku tidak apa-apa kok, paling juga akan membencimu seumur hidupku. Umpat Baekhyun lagi, entah keberapa kalinya untuk hari ini.

"Soal aku gay?" tanya Baekhyun malas. Chanyeol jadi salah tingkah.

"Hm... mungkin."

"Tidak apa-apa, kok. Toh aku juga gay."

CKITTT!

Chanyeol menginjak remnya secara mendadak. Ia terkejut sekarang. Lebih terkejut dibanding saat ia mengetahui bahwa anjing peliharaannya beranak kemarin. Baekhyun gay? Ya, Tuhan! Ini mengejutkan ternyata Kyungsoo benar. Dan ini pertama kalinya Chanyeol merutuki keemberan bibir Kyungsoo.

"Kenapa? Kau jijik setelah mendengarnya?"

Chanyeol salah tingkah. Situasi ini lebih sulit dibanding soal-soal milik Han sonsaengnim, guru pengampu fisika di sekolah barunya. Oh, Kyungsoo, help me!

"Ti-tidak, kok. Tidak sama sekali."

"Hm. Benarkah?"

"I-Iya. Te-tentu saja."

Baekhyun menyeringai dan mulai mendekati Chanyeol. Perlahan dan terus perlahan, ia mencondongkan tubuhnya ke tubuh Chanyeol. Mata bulat Chanyeol terbelalak melihat jarak mereka yang sangat dekat itu. Ia semakin gugup.

"Ba-baek...Baekhyun?"

Sial, bahkan suaranya sekarang gugup. Dan itu membuat Baekhyun kesenangan dalam hati.

"Kenapa, Yeol? Bukankah kau bilang kau tidak jijik? Kenapa mundur begitu? Kau menyakiti hatiku," ujar Baekhyun dibuat sesedih mungkin.

Chanyeol tidak berani menatap mata Baekhyun dan lebih memilih menunduk. Wajahnya bingung tapi juga gugup. Baekhyun kesenangan dalam hati begitu melihat ekspresi Chanyeol. Ia geli setengah mati.

"Kau tahu, Yeol. Kemarin aku memimpikan sesuatu. Bermimpi tentangmu."

"Te-tentangku?"

Sial, mulut! Bisakah kau mengucapkan sesuatu dengan benar? Ayolah!

"Benar. Tentangmu. Tentangmu yang mencium bibirku. Menjilati leherku dan juga menusuk anusku dengan junior besarmu. Aku mendesah, mengerang lalu kau berteriak mengatakan betapa sempitnya liang anusku. 'Nikmat, Baek, nikmat.' Begitu kau mengatakannya."

Oh Shit! Damn!

Wajah Chanyeol memerah. Ia tidak tahu harus berbuat apa selain diam dengan wajah yang semakin lama semakin bertambah merah. Ia tidak paham mengenai dunia gay ataupun semacamnya. Tapi, perkataan Baekhyun yang frontal, cukup membuatnya malu dan juga salah tingkah.

Baekhyun merasa menang dengan reaksi Chanyeol. Ia lalu berbisik di telinga Chanyeol sambil mengulum lembut daun telinganya. Chanyeol berani bersumpah, tubuhnya menggigil dan menjadi panas dalam waktu singkat.

"Chanyeol, bolehkah aku mengulum juniormu?"

DEG! Oh My God!

TBC or END?

tergantung dari reviewnya ya. Soalnya males nih lanjut kalau reviewnya sedikit. #kebiasaan di blog gue yang sebelah gitu. Haha.

REVIEW ne? GOMAWO... ^^