Kau tak pernah tahu tentang permintaan apa yang meluncur dari bibirmu.

Berhati-hatilah.

Ketika kau berharap, pastikan Sang Pencari tak ada di sana.

Jika Sang Pencari mendengar permohonanmu.

Maka bersiaplah.

Bisa jadi dia akan mengajakmu ke suatu tempat yang hanya ada dalam impianmu.

Tapi, tunggu. Tempat itu bukan tempat seindah mimpimu.

Sekali kau dibawa masuk olehnya...

...jangan pernah berharap kau bisa keluar dari dunianya.

.

NEVER-ENDING LAND

(NEVERLAND)

.

Kuroko no Basuke fanfiction by InfiKiss

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

.

.

PROLOGUE

.

.

Manusia mahluk yang tak akan pernah puas. Dalam hati akan terus bertambah satu harapan. Satu keinginan. Setiap detik akan bertambah satu permintaan lain yang jika dibukukan maka tak cukup seratus halaman banyaknya.

Manusia mahluk yang serakah.

Tak ada satupun yang mampu memberikannya kepuasan.

Untuk itulah aku ada disini.

Aku adalah Sang Pencari. Sang Pemilik. Seseorang yang memiliki hak untuk mengatur satu dunia yang kuciptakan.

Akan kutarik semua manusia yang memiliki keinginan kuat untuk pergi. Untuk kabur dari kenyataan. Manusia-manusia lemah yang tak tahu apa itu berterima kasih kepada Sang Tuhan.

Aku adalah Sang Pencari.

Seseorang yang akan menarikmu ke dalam dunia tanpa batas dan membuatmu tenggelam di dalam mimpi indah selamanya. Dunia dimana semua harapanmu akan terkabul—sekonyol apapun harapan itu.

Tapi dibalik semua harapan yang terkabul, akan selalu ada harga yang harus dibayar.

Harga yang setimpal.

Karena aku adalah Sang Pencari.

Sang Pemilik Never-ending Land—Neverland.

Aku bukanlah Peter Pan. Bukan anak kecil yang pergi untuk mencari Sang Wendy. Bukan pemuda bertopi yang bertekad mengalahkan Kapten Hook si Bajak Laut.

Aku...

Sang Pencari.

Datang untuk membawa kalian bermain-main di dunia tanpa batasku.

.

.

Semua ini berawal dari sebuah ucapan tak sengaja yang dilafalkan oleh seorang pemuda bernama Aomine Daiki. Sedikitpun, pemuda berkulit gelap yang kini masih kelas 1 SMU di Touou itu tak menginginkan tragedi yang kini mengunci dirinya. Fakta yang kini membuatnya berada di suatu tempat aneh nan menakutkan dimana yang ia lihat hanya tanah merah dengan beberapa pohon mati yang mulai mengkusam.

Seingatnya, semalam ia tidur di kamarnya yang gelap. Yang penuh dengan aroma musk juga setumpukan majalah bergambar Horikita Mai—juga beberapa majalah basket. Bergelung manja dibalik selimut tebal hangat mengingat ini masih di pertengahan musim dingin.

Mana ia tahu kalau paginya ia akan terbangun di tempat paling aneh ini.

.

.

Sedangkan Kise Ryouta kini meringkuk di balik sebuah pohon jati tua yang sudah gundul. Ranting-ranting kurus tak melindungi sosok berambut kuning secerah mentari itu dari teriknya udara siang ini—di tempat yang begitu asing ini. Tubuh Kise Ryouta gemetar ketakutan. Giginya bergemeletuk kedinginan. Ini jelas aneh padahal matahari bersinar panas di atas langit, tapi Kise justru merasa sangat dingin seolah-oleh berada di Kutub Selatan—atau Utara? Terserah.

Ia mengutuk dirinya.

Jika saja... Jika saja permohonan itu tak terucapkan oleh lisannya. Mungkin seharusnya Kise masih berada di jalanan Kanagawa, menikmati es loli yang ia beli dari toko pinggir jalan bersama dengan teman-teman Kaijou-nya.

.

.

Seketika cahaya yang begitu terang menyinari sosok jangkung Murasakibara Atsushi yang manakala saat itu tengah berjalan sendirian menyusuri gang-gang sepi menuju rumahnya. Awalnya, ia berpikir ada UFO yang bernaung di atasnya; menyinarinya dengan sinar X, menculiknya, meneliti tubuhnya dan kemudian membunuhnya. Tapi toh tak ada UFO disana. Tak ada alien. Tak ada apapun selain sebuah laut lepas dengan permukaan air yang berwarna merah seperti lautan darah yang mengerikan.

Tadinya Murasakibara berpikir itu hanya pantulan sinar senja jika saja cuping hidungnya tak menangkap aroma anyir yang begitu memualkan dari laut tersebut. Yang membuat Murasakibara yakin bahwa air disana memanglah darah.

Darah.

Tubuh tinggi dengan rambut ungu gelap itu mematung.

Kenapa ia bisa berada di tempat ini?

.

.

Kacamata berbingkai hitam itu otomatis melorot dari hidung bangir Midorima Shintarou. Sepasang manik hijau emerald miliknya mengerjap tak hanya sekali. Ia tercengang. Ia bingung. Seharusnya ia masuk ke sebuah toko buku untuk membeli kamus titipan Adik kecilnya. Tapi begitu pintu otomatis bergerak terbuka, kaki Midorima melangkah masuk, alih-alih melihat berbaris-baris rak buku dan mencium aroma khas kertas, ia justru disuguhi sebuah sungai dimana airnya tampak kental seperti coklat.

Matanya mengerjap sekali lagi. Melirik beberapa batang permen raksasa yang menancap di permukaan tanah yang tampak seperti biskuit-biskuit coklat. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Midorima bahkan bisa melihat satu gunung ice cream berwarna hijau-merah muda dengan hiasan ceri di atasnya. Aroma manis jelas membuatnya agak merinding mengingat Midorima bukan penggila makanan manis.

Ada apa dengannya? Sejak kapan toko buku di seberang stasiun bawah tanah disulap menjadi taman permen yang pernah ia lihat di film Strawberry Shortcake yang ditonton sang Adik?

Tidak. Tidak.

Midorima menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Dia pasti bermimpi.

.

.

Sekali di bulan purnama pertama setiap bulan, aku akan berjalan-jalan.

Mencari mereka yang tak puas dengan hidupnya.

Membawa mereka dari dunia fana untuk bermain-main di duniaku.

Untuk menemaniku.

Akan kuberikan semua yang mereka pinta—tentu dengan satu imbalan yang setimpal adanya.

Dan sekali mereka masuk, tak ada jalan bagi mereka untuk kembali.

Karena aku adalah Sang Pencari. Sang Pemilik.

Sosok gelap yang hidup di dalam hati semua manusia.

Jadi, berhati-hatilah dengan setiap kata yang kau ucapkan karena aku akan mendengarnya di dalam hati sekalipun.

Jika aku ada di saat yang tepat, tanpa ragu akan kubawa kalian ke rumahku. Ke duniaku.

Jadi kuucapkan selamat datang.

Di Neverland yang menjadi milikku.

.

.

"Jika saja aku tak harus berada di dunia yang begitu membosankan semacam ini...

...mungkin akan keren jika terbangun nanti aku ada di tempat unik.

Tidakkah dunia ini merepotkan saja, huh?

Aku tak ingin pulang ke rumah...

Aku benci mereka.

Mati. Mati saja kau sana."


A/N :

Ahaha apa lagi ini?! *frustasi* malah bkin prolog nan absurd semacam ini? oke, spertinya saya beneran minta digaplok warga fandom ya? fic lain belum kelar malah mublish satu prolog super nggak jelas semacam ini. gomenasai! lanjutan chap satunya nggak tau kapan akan ditulis, abis luapin imajinasi gaje saol Neverland ini, mau lanjut nyicil Cutest Lovey dulu. Ah, berita duka/? utk readers Family's Curse karena fic itu bneran ga tau kapan dilanjut. saya stuck ide mendadak dan khilangan passion di fic itu. maafkan daku... T^T ada yg bisa menebak alurnya fic ini ga? pertanyaan'a, kenapa cuma 4 chara yg muncul di prolog? jwaban'a nanti di crita yg sbenrnya update ya~ mohon tanggapannya minna ^^