Kuroko No Basuke Belongs Tadatoshi Fujimaki
.
Typo dan sebagainya harap dimaklumi
.
.
Mayuzumi
Mayuzumi tidak tau apa yang sedang terjadi. Bola ditangan yang semula hendak dioper kearah Hayama jatuh kelantai. Mulatnya terbuka sedikit, mengedip bingung sebelum otaknya mampu memproses apa yang sedang terjadi. Mayuzumi mungkin memang seorang lolicon dan tidak suka menonton film atau sekedar menengok jadwal dibioskop. Tapi kejadian didepannya -disamping bangku cadangan pemain Seirin- Mayuzumi tau apa yang sedang terjadi. Kakinya reflek melangkah kearah bangku dan mengambil tasnya, berlari keluar stadion mengabaikan orang-orang yang merengsek mendekat kebangku cadangan Seirin untuk melihat apa yang sedang terjadi sebelum suara jeritan dan teriakan menggema diseluruh stadion.
Kaki Mayuzumi gemetar, dia tidak pernah merasakan rasa takut sebesar ini sebelumnya. Langkah kakinya berhenti dilorong, tubuhnya kaku, matanya terbuka lebar melihat seseorang yang sudah kehilangan akal sehatnya menggigit dan morobek daging dari lengan laki-laki tua yang terpojok hingga terlepas. Teriakan dan umpatan terdengar dari laki-laki tersebut membuat beberapa undead mulai berjalan menuju kearahnya. Mengerubunginya, menggigit dan merobeknya hingga teriakan kesakitan berhenti. Mati. Orang itu sudah mati.
Mayuzumi menutup matanya untuk menenangkan dirinya sejenak, tangannya yang gemetaran merogoh tasnya dan mengambil ponselnya. Masuk kelaman pencarian untuk melihat apa yang sedang terjadi dan berharap apa yang ada didalam pikirannya tidak benar-benar terjadi.
Zombie, undead, virus, Tokyo, infeksi, menyebaran, gigitan, darurat.
Sial.
Bagaimana mungkin zombie ada di Tokyo dan menyebabkan kekacauan besar seperti ini.
Mayuzumi menyandarkan tubuhnya kedinding, kakinya lemas dan tubuhnya tidak berhenti gemetar. Mayuzumi yakin sekali dirinya datang ke Tokyo untuk bertanding melawaan Seirin difinal winter cup bukan menjadi salah satu pemain figuran yang akan segera mati karena digigit undead.
Sial, sial, sial, sail
Manik abunya tersembunyi dibalik kelopak matanya. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, terus seperti itu hingga tubuhnya mulai berhenti gemetar. Apapun itu, Mayuzumi harus segera keluar dari sini dan menyelamatkan diri. Mayuzumi yakin, pemerintah setindaknya menurunkan pasukan khusus untuk membantu masyarakat menyelamatkan diri. Itupun jika mereka masih mampu untuk melakukan. Belum mati dan berubah menjadi undead.
Mayuzumi berdiri perlahan dan menatap lorong yang sekarang kosong. Tidak tau kemana perginya undead yang tadi sempat menghentikan langkahnya dan mayat laki-laki tua yang tadi digigit pun sudah tidak ada. Jelas sekali menjadi salah satu bagaian dari undead. Kakinya bergerak pelan dengan tubuh siaga. Mengintip dari balik tembok untuk melihat lorong disebelah kanan aman dari undead. Manik abunya menyipit dan mendeseh lelah melihat seseorang terpojok lagi oleh tiga undead didepan pintu ruangan.
Mayuzumi bergerak perlahan, tubuhnya mulai gemetaran lagi namun memakasakan dirinya untuk menyelamatan laki-laki berjersey biru yang sedang terpojok. Mengambil sapu yang tergeletak dilantai sebagai senjata. Tidak efektif memang, mau bagaimana lagi, hanya ada sapu dan ember serta pot bunga besar yang Mayuzumi yakin sekali tidak mampu untuk mengangkatnya.
Laki-laki tersebut menatap kearah Mayuzumi. Matanya terbuka lebar, raut bingung jelas sekali tergambar diwajahnya. Terlihat pucat dan tubuhnya bergetar kecil. Satu, dua, tiga. Mayuzumi harus mengeluarkan tenaga terbesarnya untuk menghancurkan kepala undead sebanyak tiga kali. Mendesah lelah dan menggelengkan kepalanya secara dramatis. Ini lah mengapa Mayuzumi benci menjadi orang baik. Sial, jika Mayuzumi memiliki hati dan pikiran seorang Hilter pasti dirinya sudah melenggang pergi tidak peduli nasib laki-laki tersebut.
Brak...
Lagi
Brak..
Lagi
Brak..
Sial
Brak..
Lagi, lagi, lagi dan lagi.
Butuh lebih dari tiga pukulan untuk mengahancurkan tiga kepala undead. Mayuzumi meyakinkan dirinya akan mengganti sapu dengan besi untuk senjatanya.
"A-apa yang terjadi ? Dia..
Aku tidak tau dan.." laki-laki itu tergagap. Menatap tidak percaya tiga undead yang tadi kepalanya dihancurkan oleh Mayuzumi dengan gagang sapu.
" Zombie, undead, virus, Tokyo, infeksi, menyebaran, gigitan, darurat." Jawab Mayuzumi mengcopy apa yang dibacanya diinternet.
"Ap-apa ?"
"Kita harus segera keluar dari sini dan pastikan dirimu selamat juga jangan merepotkan aku." Mayuzumi menarik lengan laki-laki dihadapannya yang masih terlihat lingkung keluar dari stadion. Itupun jika mereka berhasil keluar dari sana. Mayuzumi hanya berharap Akashi tidak akan menjadi undead. Sungguh, terlalu mengerikan untuk dibayangkan.
Akashi
Akashi membiarkan dirinya ditarik oleh Kuroko dan berlari menyusuri lorong. Berlari dengan susah payah untuk mengimbangi laju lari dari Kuroko yang ditarik oleh Kagami.
"Sial !"
Akashi mendengar Kagami mengumpat kesal didepan. Tubuhnya berhenti berlari tepat waktu sebelum menabrak tubuh Kuroko yang terlihat akan pingsan.
"Sial, bagaimana mungkin ada Zombie disini !!!" Kagami meraung frustrasi, berbalik untuk menatap Kuroko dan menggoncang-goncangkan tubuhnya. "Katakan Kuroko, kita tidak terlempar kefilm atau game resident evil kan ?!"
"Hentikan Taiga." Akashi berucap tenang. Mendorong Kagami menjauh dari Kuroko yang mukanya sudah membiru.
"Aku lebih suka masuk kedalam film vampir cina Kagami-kun." Kuroko berucap datar, mata biru bulatnya terlihat tidak fokus. "Vampirnya hanya melompat-lompat dan kita hanya perlu menempelkan kertas mantra didahinya."
Akashi mendesah tidak percaya menatap wajah Kagami yang menganga bingung sebelum mengangguk setuju dengan ucapan Kuroko.
"Tapi aku lebih suka masuk kedalam anime slam dunk."
Akashi menyandarkan tubuhnya kedinding. Matanya menutup mencoba mengingat apa yang sedang terjadi. Dia berdiri ditengah lapangan, mengawasi Mayuzumi yang sedang membawa bola sebelum teriakan terdengar dari arah bangku cadangan Seirin. Seketika permainan berhenti, semua orang membeku melihat bagaimana pemain Seirin bernomor 8 merobek leher pemain lainnya. Orang-orang yang semula berlari menuju bangku cadangan Seirin berbalik arah dan berlari keluar stadion diikuti teriakan dan jeritan dari seluruh penjuru stadion. Kaki Akashi mundur selangkah, kepalanya menggeleng tidak percaya apa sedang yang terjadi hingga tubuh Mibuchi jatuh terlungkup satu meter dihadapannya dengan wasit yang memimpin pertandingan menindih tubuhnya dan menggigit lengan Mibuchi. Akashi masih membeku, akal sehatnya menolak percaya apa yang sedang terjadi dan menganggap itu hanya bayolan tidak guna dari orang-orang kurang kerjaan dari salah satu stasiun tv, tidak menyadari Kuroko menarik tangannya dan membawanya keluar dari kekacauan yang terjadi dilapangan.
"Taiga, Tetsuya cepat cari alat untuk melindungi diri, kita akan keluar dari sini secepatnya dan jangan ragu untuk membunuh." Titah Akashi yang mulai berjalan kesisi lorong lainnya. "Jika benar orang-orang yang tergigit menjadi Zombie maka kemungkinan besar Tokyo dalam keadaan darutat. Dan." Akashi menatap Kagami dan Kuroko dengan seringai dibibir. "Kita akan menjadi tokoh utama dalan film resident evil japan ver."
"Cita-citaku menjadi guru TK bukan aktor." Gumam Kuroko pelan.
Aomine
Aomine mengumpat kesal, bajunya ternoda darah dan ceceran otak dari undead yang barusan kepalanya dia pecahkan dengan linggis. Menjijihkan, raut muka Aomine mengkerut tidak suka dan melepas jaket tebal yang dipakinya menyisahkan kaos tipis berwarna putih.
Satu, dua, tiga, tujuh, sepulu, dua belas.
Sial. Terlalu banyak undead yang mengahalangi pintu keluar dari stadion. Aomine menarik nafasnya, pandangannya terfokus terhadap undead yang mulai berjalan menuju kearahnya. Membayangkan wajah-wajah undead menjadi wajah-wajah orang yang dibencinya.
Kagami, Kagami, Kagami, Kagami, Midorima, Kise, Kise, Kise, Kise, Kise, Kise, Imayoshi, Haizaki, Kagami...Akashi
Aomine menggelengkan kepalanya, bergidik ngeri membayangkan Akashi menjadi undead. Melangkah dengan mantap dan mengayunkan tangannya sekuat tenaga untuk menghancurkan undead dengan imajinasi wajah Kagami. Bermanuver kekiri, menendang undead hingga terpental dan menimbulkan efek domino. Mengambil kesempatan, Aomine menendangi kepala undead yang terjatuh sebelum menusuknya dengan linggis.
"AOMINECHIIIII !!!!"
Aomine tidak sadar salah satu undead bergerak kearahnya dari belakangnya dan membuka mulutnya lebar-lebar siap menggigit Aomine.
Tbc
