Disclaimer : I definitely don't own this. It rightfully belongs to its creator, Masashi Kishimoto.

A/N : Random. Bener-bener fic yang di buat dengan perasaan random. Writer block akut ditambah suasana yang bener-bener ga enak dang a ngedukung. Haha. Tapi… anggap aja buat pemanasan menulis lah. :)


Radiant Tears

Michi-chuu

.

Sasuke berdiri tegak namun tidak bergerak tatkala pengelihatannya menemukan sosok yang juga membeku, memandang dengan tatapan menerawang di depannya. Kain putih yang membalut tubuhnya bergerak searah angin. Menghianatinya yang sekarang terdiam memandang menghentikan segala aktivitas yang tadi di lakukannya. Angin pun menghianatinya. Angin dengan mudahnya membelai satuan rambut merah muda milik gadis di depannya tanpa menyadari betapa kesalnya Sasuke menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa menyentuh gadis itu.

"Sepertinya kali ini giliranku." Gumam gadis itu memecah kesunyian yang tercipta dari setengah menit lalu.

"Memang."

Sasuke menarik nafas dan memalingkan pandangannya tatkala menyadari ia terlalu lama menatap Sakura. Sakura pun menarik nafasnya seraya mengeratkan genggaman kunai tajam di tangan.

Darah tergores melintang di bawah kaki mereka berdua. Membentuk gugusan ironis serupa dengan puluhan manusia yang jatuh bergelimpangan disisi. Sakura bergidik ngeri seakan mengerti bahwa tak kurang dari 10 menit lagi, mungkin, ia akan menjadi seonggok daging penambah hiasan seperti puluhan manusia tadi.

"Ne, pernahkah kau bermimpi tentang kita?"

"Hn?"

Sakura terus mengamati mayat-mayat yang tergeletak, tersebar di sekeliling mereka. Mengerjapkan kelopak matanya saat merasakan bola mata yang buram terhalangi oleh air mata yang mulai menggenang lalu kembali bicara.

"Aku pernah bermimpi tentang hari ini. Kau dan aku berdiri dengan kunai dalam genggaman dan siap untuk bertarung. Dan kau"—Sakura memutar kunai di tangannya gugup, mengerutkan kening, dan menyunggingkan senyum miris—"akan membunuhku."

"Lalu?"

"Lalu tentu saja. Tanpa ku jelaskan pun, kau tahu endingnya kan, Sasuke-kun. Aku terluka, dan membusuk dengan di banjiri darah," ucap Sakura dengan diiringi tawa pedih. "Aku pasti mati. Dan kuharap aku benar-benar bisa mati dalam genggamanmu, Sasuke-kun."

Entah kenapa kalimat itu menimbulkan dilema dalam diri Sasuke. Ia memang akan membunuh semua orang yang menghalangin dendamnya. Tapi, apa itu berlaku untuk Sakura?

Sasuke mengedarkan pandangannya ke sekeliling padang. Langit sangat indah dengan semburat jingga dan awan-awan putih yang berarak-arakan tertiup angin. Bukan hal yang menyenangkan sebenarnya. Mengingat langit yang indah itu akan menjadi penghias kematian sang gadis. Namun kemudian, pandangannya lagi-lagi tertumbuk pada Sakura.

Sasuke tak bergerak mengamati mata Sakura yang kehijauan. Sakura tidak terlalu berubah. Rambutnya masih merah muda. Kulitnya pun masih seputih dulu. Senyumnya pun tidak berubah. Bahkan caranya melafalkan kata 'Sasuke-kun' masih terdengar sama di indra pendengarannya. Namun ada yang salah dengan mata hijau itu. Mata itu tidak bersinar penuh semangat dan harapan seperti dulu. Mata itu terlalu redup, seredup bola mata yang setiap hari ia lihat dalam pantulan cermin. Mata itu tampak… kosong?

Refleknya terpancing saat gerakan tiba-tiba gadis itu bergerak dengan cepat mengayunkan kunai tepat ke arah jantungnya.

Dalam sekelebat pandangannya, Sasuke melihat air mata.

Dan tolong jangan katakan pada Sakura bahwa mimpinya tidak akan menjadi nyata.


FIN