Ehm, fic ini sebagai permintaan maaf, JIKA saja hari Minggu/Senin depan saya nggak bisa meng-update 'PILIHAN MENJEBAK' hehe, gomen ^^ buat berjaga-jaga aja kalau nggak ke-update #plak

Ficnya sudah finish (tinggal di-edit) cuma lanjut atau nggaknya masih bimbang :/ Kalau ada yang setuju, akan ku update setiap hari ^^

Oke, sebelumnya kuperingatkan, fic ini hanya sebagai selingan mengisi kebosananku saja *jleb* jadi kalau gaje, mohon dimaafkan :)

Sekali lagi, kisahnya pasaran, jadi jangan heran kalau kalian pernah mengalaminya *eh* Yosh, langsung aja~

DON'T LIKE, DON'T READ

Title : Satu. Dua.. Tiga...

Disclamer : Masashi Kishimoto

Warnings : OOC, AU, Typo (s) dll

Maaf kalau jelek :)

Story by: Bii Akari

.

.


NORMAL POV

Mentari sore bersinar hangat. Langit pun kini telah berlembayung jingga, elok nan tentram. Burung-burung tampak berbaris satu per satu, terbang riang menuju tempat yang sama. Sinar matahari yang menyilaukan itu menembus setiap sisi kaca jendela di lantai tiga Konoha High School—terutama ruang perpustakaan, yang notabene berhadapan langsung dengan sang surya kala senja.

Deretan huruf yang berjejer rapih di atas lembaran-lembaran buku tebal itu mulai gerah, karena mentari yang menembus kaca jendela masih setia menyorot mereka semenjak tadi. Kumpulan buku-buku berbeda genre berjejer rapih di sepanjang meja yang panjang itu. Alasannya simple, mereka—buku-buku itu—menunggu giliran sampai sang gadis berkacamata tuntas menggerayangi mereka satu per satu, dengan tatapan seriusnya.

Semenjak tadi, tak ada rasa bosan sedikitpun yang hinggap pada diri gadis bersurai merah muda itu. Iris emerald-nya tetap setia menjelajahi setiap deret tulisan yang tertera pada buku-buku yang dibacanya. Hm, dia membaca semua jenis buku. Mulai dari filosofi, sejarah, fiksi, non fiksi, aritmetika, bahkan sampai kamus-kamus bahasa. Ya, dia suka membaca—sangat gemar. Karena itulah, dia tidak pandang bulu.

Sekedar informasi, gadis itu telah duduk manis di sana semenjak satu jam yang lalu. Namun manik indahnya masih tetap terjaga, sebab hasrat-hasrat tersembunyi yang menggebu-gebu di balik dirinya terus mendesaknya—agar segera menuntaskan buku-buku itu.

Diresapinya dengan baik-baik, segala makna yang terkandung di dalam setiap kalimat demi kalimat. Dan berkat sang otak yang bekerja optimal, gadis itu bisa tetap membaca dengan tenang—dan cepat—lalu berpindah dari satu halaman ke halaman yang lain.

SRET

Bunyi lembaran kertas yang terjepit di antara celah jari tengah dan telunjuk sang gadis, terdengar jelas. Meski begitu, tak ada yang benar-benar menyadari bunyi helaian kertas yang di geser balik itu. Karena di sana, hanya ada dia seorang—ahya, dan seorang penjaga perpustakaan yang sedang tertidur pulas.

.

Lima belas menit berlalu, dan kini bunyi peluit panjang pun terdengar jelas di seluruh penjuru lapangan basket—yang dihuni oleh para pemuda-pemuda bertubuh atletis. Sinar mentari yang lembut, menerkam kulit-kulit mereka—yang telah terbebani peluh sejak tadi.

"Teme, good play~ seperti biasa," puji seorang pemuda berambut pirang, seraya memukul pelan pundak pemuda yang dimaksudnya. Sementara sang pemuda yang dipanggil 'Teme'—atau umumnya Sasuke—itu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.

Sasuke memungut tas punggungnya yang sengaja diletakkan di atas kursi panjang di sisi lapangan, lalu merogoh dan mengacaknya hingga berhasil menemukan handuk putih kecilnya yang masih bersih dan harum. Tanpa basa-basi lagi, Sasuke segera menempelkan handuk itu pada bagian wajahnya—mengusapnya dengan cepat. Setelah itu, sang handuk akan berpindah tempat, menjelajah di bagian tangan, serta leher Sasuke, hingga akhirnya menetap diam di pundak sang pemuda berambut raven.

Usai melakukan ritual kecilnya—membersihkan diri dengan selembar handuk—Sasuke segera memasukkan tangan kanannya kembali ke dalam rasleting tas punggungnya, meraba-raba sejenak, dan menarik keluar sebuah botol air mineral yang masih penuh. Dengan santai, Sasuke membuka tutup botol air mineralnya lalu meneguk isinya sampai habis. Yah, segar rasanya..

"Aku pulang duluan ya, Teme!" teriak pemuda pirang yang sama, sambil melambaikan sebelah tangannya dari jauh. Di sampingnya, seorang gadis bersurai indigo tengah berdiri sambil tersenyum kecil pada Sasuke. Sesaat kemudian, sang gadis memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya dan mengusap lembut peluh-peluh yang menempeli pelipis sang pacar. Semburat merah pun menjalar di kedua pipi sang gadis.

Sasuke berbalik, usai melambai singkat—malas—pada pasangan baru—serasi—yang saling ber-lovey dovey ria di pinggir lapangan. Sementara dia sendiri, sedang tidak ingin—iri—menyaksikan adegan melankolis—romantis—seperti itu.

Dengan santai, Sasuke melempar botol plastik bekasnya ke dalam tong sampah di sudut lapangan.

GOL

Uchiha muda itu tersenyum puas, saat menyaksikan sendiri shoot asal-asalannya tadi berhasil sukses memasuki target—tong sampah.

Beberapa sapaan dari teman-teman basketnya membuat Sasuke menjadi semakin lelah. Ya, dia bosan karena semua teman club basketnya sejak tadi terus berpamitan satu per satu padanya. Padahal dia sendiri selalu menyelundup pulang dengan buru-buru, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada mereka.

Aneh. Kali ini Uchiha Sasuke sedang tidak ingin buru-buru pulang. Entahlah, ada yang aneh dengan dirinya hari ini. Meski para gadis-gadis yang mengaku 'fans berat'-nya itu kini sudah berbaris dengan antusias di luar lapangan—bersiap menyerbu.

Ah tidak, bahaya mengancam Sasuke~ Kabur sekarang juga, atau kau akan berakhir dengan babak belur (?)

Dengan gesit, Sasuke—yang baru menyadari bahwa fg-nya telah berhasil menerobos pagar lapangan—meloncat tinggi di sisi lapangan yang lain, dengan bertumpu pada tangan kananya.

HUP

Locatan itu terlihat pelan, seolah sengaja diperlambat demi membuat kagum para penontonnya. Karena terlena sesaat oleh aksi heroic Sasuke tadi—yang berhasil melompati pagar lapangan dengan gaya kerennya—para gadis-gadis itu akhirnya mendengus kesal. Ya, hari ini mereka kehilangan jejak pemuda tampan itu lagi.

.

Sasuke berjalan dengan langkah cepat (Jika tidak ingin disebut berlari) ke dalam areal gedung sekolah. Tak ada pilihan lain saat ini, jika Sasuke ingin pulang dengan selamat—tanpa kehilangan satu 'hal' pun.

Pemuda tampan itu kemudian berjalan tak tentu arah. Lurus, berbelok, naik—tangga—lalu berbelok lagi. Ya, dia hanya berputar-putar dengan labil di dalam gedung sekolah.

.

Mentari yang semakin silau tetap mengirim sinarnya dengan kekuatan penuh, membuatnya membias di sela-sela jendela. Sasuke kini berjalan santai melintasi koridor lantai 3. Sepasang sepatu basket putihnya dengan semangat memandu sang empunya menuju koridor perpustakaan. Samar-samar, Uchiha bungsu itu menangkap bayangan yang menarik di sisi jendela.

Sasuke pun bergegas mundur dengan cepat, membuat decitan sepatunya terdengar nyaring di telinganya sendiri—karena sepanjang koridor itu kosong. Sepasang onyx-nya terlihat terpukau, kagum pada efek mistis yang tiba-tiba muncul dalam jangkauan jarak pandangannya.

Pink. Gadis berambut pink pendek itulah penyebabnya. Kenapa? Uh, sinar mentari yang menyapu bersih meja di pojok perpustakaan itu seolah sedang mempersembahkan sebuah mahakarya yang agung—sang gadis. Yang entah bagaimana terlihat sangat mencolok—anggun. Sosoknya terlihat tenang—karena terdiam sambil membaca bukunya—ditambah lagi dengan sedikit godaan angin-angin nakal yang merayu-rayu helaian rambut sang gadis—yang menyusup masuk melalui kaca jendela di samping gadis itu.

Sedetik kemudian, Uchiha Sasuke tersenyum tipis—sangat tipis. Sasuke memang tidak puas jika hanya mengintip dari jarak sejauh ini. Karena jujur, Sasuke sangat ingin melihat lebih dekat lagi—mengamati figur kharismatik itu dengan lebih teliti. Sayangnya, hati nurani Sasuke menolak hal itu dengan tegas. Ya, dia tidak tega mengusik pemandangan indah itu—dengan kehadirannya. Karena sosok sang gadis bersurai merah muda, kini terlihat jauh lebih indah dibanding fatamorgana manapun.

.

.

TBC


Hehe, ficnya pendek, gaje, pasaran, dll. Gomen~ Lanjut? Atau hapus? Argh, agak nggak ngeh setelah baca ulang fic ini, malahan apa seharusnya nggak usah ku-publish aja ya? #plak

Minta saran, lanjut atau tidak? REVIEW please~ ^^

Arigatou :)