Miracle
Fairy Tail
Disclaimer by Mashima Hiro
Original Story By Cattleya Dragneel
Warning : Typo, Alur berantakan, OOC
Read and enjoy the Story
.
.
Sumary :
Natsu tidak bisa memilih salah satu dari mereka, Lucy dan Lisanna. Tapi Natsu harus memilih dan kini Natsu bersama Lisanna dan meninggalkan Lucy. Jadi seperti apa kelanjutan hubungan cinta segitiga mereka? Ikuti terus cerita ini karena author hanya membuat 2 shoot saja.
.
.
.
.
I need a chance, but I always not get it
Im promise I will use that chance to forget him
But God never give me a chance
So I not believe about all things in my life
And about Love
.
.
.
.
.
First Chapter : Chance
Sudah sebulan sejak insiden Edolas itu terjadi, Lisanna yang masih hidup kini kembali ke Earthland, tepatnya ke Magnolia.
Semua orang yang berada di guild tampak sangat senang, apalagi untuk Mira dan Elfman, tentunya untuk Natsu juga.
Setiap hari Natsu selalu tersenyum bahagia, karena ia bisa melihat wajah cantik Lisanna setiap hari dan memandangnya setiap saat. Natsu sangat bahagia dan ia kini percaya akan adanya tuhan dan keajaiban.
Lucy juga ikut senang dengan kembalinya Lisanna, karena sekarang anggota guild tampak sudah lengkap, namun hatinya tidak lagi utuh.
.
.
Fairy Tail's Guild
Setiap hari, seluruh anggota guild melakukan misi yang terdapat pada Request Board di guild itu.
Bulan ini, Lucy sangat membutuhkan uang untuk membayar sewa apartemen nya sebesar 70.000 jewel. Ia pun mengambil salah satu lembar misi.
"Natsu, ayo kita pergi untuk misi ini.." Lucy mengacungkan kertas itu.
"Maaf Luce, aku tidak bisa." Ucap Natsu.
Lucy mendengus kesal "Kenapa? Aku sedang butuh uang untuk sewa bulan ini Natsu. Ayolah, kita kan tim.." bujuk Lucy.
Kucing biru itu menghampiri Lucy dan melihat kertas misi kali ini. "Oh misi tentang penangkapan monster yang bersihir elmen api.." gumam Happy. "Natsu ayo kita kerjakan misi ini, tampaknya misi ini mudah dan seru. Lagi pula kalau sihir api, Natsu tidak ada tandingannya.." celoteh Happy.
"Aku tidak bisa Happy, karena mulai sekarang Lisanna adalah bagian dari tim kita." Ujar Natsu sambil tersenyum. "Dan maaf Luce, posisimu digantikan oleh Lisanna, jadi kamu bukan lagi timku.."
Bagaikan tersengat petir disiang hari, tanpa adanya mendung atau hujan Natsu tiba-tiba dan secara mendadak mengeluarkan Lucy dari timnya. Lucy merasakan sesak didadanya ketika ia mendengar segala penuturan Natsu. Ia tak sanggup untuk berkata apapun. Kesal? Marah? Sedih? Semua tercampur aduk. Lucy terdiam mematung saat itu juga.
Pria es yang semula hanya menyimak, kini ikut berbicara.
"Hey apa-apan maksudmu itu Natsu?" tanya Gray dengan aura kemarahan. "Seenaknya saja kau mengganti member tim kita."
"Itu hakku Gray, karena aku adalah Leader Tim.." jawab Natsu seadanya.
Gray tak bisa membantah, ia tak rela mengakuinya kalau tim mereka adalah tim Natsu dan otomatis Natsu adalah ketua tim.
"Tapi tidak harus mengeluarkan Lucy juga kan?" sela Happy.
"Tapi aku tidak ada pilihan lain. Kalau Lucy tak aku keluarkan, maka member kita terlalu banyak!" sanggah Natsu.
"Natsu, kenapa kamu mengganti Lucy dengan Lisanna?" kini wanita berambut scarelt yang bertanya.
"Itu karena, sebelum Lisanna menghilang, aku telah berjanji padanya bahwa aku akan membuat tim dengannya dan Happy juga." Jawab Natsu.
"Tapi sekarang berbeda Natsu, sekarang ada Lucy dan kau tak bisa seenaknya sendiri!" Gray semakin kesal pada Natsu.
Natsu hendak membalas perkataan Gray namun Lucy menghentikannya.
"Sudah sudah. Jangan bertengkar, aku tak apa kok kalau dikeluarkan dari tim." Mata Lucy terlihat berkaca-kaca dan hampir menangis.
"Lucyyy…" panggil Happy yang ikut sedih.
"Aku tak apa-apa Happy.. kalau begitu aku pergi dulu.." Lucy melangkah keluar guild dengan berat hati dan senyum yang dipaksakan, dan tanpa ia kehendaki air mata mengalir dengan derasnya dari mata indah Lucy.
Semua orang yang berada di guild tentunya menyaksikan perseteruan tim Natsu.
"Lebih baik aku keluar tim saja. Aku tak ingin berada setim dengan orang egois sepertimu Natsu!" ucap Gray dengan nada menusuk dan dingin seperti elmennya.
"Gray jangan seperti itu!" Nasihat Erza. "Kalau ketua sudah memutuskan, kita hanya bisa menerimanya.."
"Hahh baiklah.." Ucap Gray kesal.
"Jadi kemana Happy pergi?" tanya Erza sambil memandang kesekeliling guild.
"Happy tadi pergi keluar.." Ucap suara lembut itu, dan gadis itu langsung memeluk lengan Natsu dan mendekapnya didadanya.
"Lisanna? Sejak kapan kau ada disana?" tanya Gray yang keget akan kehadiran Lisanna.
"Baru saja.." jawab Lisanna.
Senyum Lisanna mengembang dan selalu terpatri diwajah cantiknya.
"Natsu, ayo kita mengambil misi." Ajak Lisanna dan langsung mendapatkan anggukan dari sang leader.
"Yasudah ayo kita bersiap-siap.." usul Erza dan Gray nampaknya masih sebal dan kesal kepada Natsu.
Tim Natsu pergi untuk menjalankan misi pertama mereka tanpa Lucy. Lisanna adalah penyebab dikeluarkannya Lucy dari tim, dan kini Lucy hanya melakukan misi solo tanpa seorang temanpun.
.
.
.
Disebuah danau yang luas dan terdapat banyak pohon besar dan rindang itu, terdapat seorang gadis berambut blonde yang tengah menekuk lututnya. Ia membenamkan wajahnya dilututnya dan menangis terisak. Setelah melakukan misi, Lucy menangis sejadi-jadinya, ia merasakan sakit yang luar biasa direlung hatinya.
"Ternyata Natsu masih mencintai Lisanna." Gumam Lucy lemah.
"Padahal ia sudah berjanji akan membukakan hatinya untukku, dan belajar mencintaku." Kini Lucy kembali terisak mengingat kembali bagaimana tidak berperasaannya Natsu akhir-akhir ini. Ia selalu menolak menjalankan misi bersama Lucy, dan terakhir ini ia mengeluarkan Lucy dari timnya.
Gadis malang itu tersenyum kecut. "Untuk bulan ini untunglah aku bisa mendapatkannya.." Lucy memandang koin-koin senilai 100.000 jewel sambil mengurai air mata.
Hari sudah berubah tak lagi biru, kini petang telah memunculkan sinarnya. Warna jingga telah menyelimuti langit Magnolia, dan inilah saatnya untuk Lucy pulang.
Kaki Lucy terus melangkah. Ia memutuskan untuk langsung pulang ke apartemennya dan merilekskan tubuhnya yang pegal. Jujur saja, monster itu sangatlah kuat sehingga Lucy harus mengeluarkan 3 roh sekaligus. Ia tersenyum kecut untuk yang kesekian kalinya.
Sakit, hatinya sangat sakit ketika mengingat kejadian di guild siang tadi.
Langkah Lucy terhenti ketika ia telah sampai ke apartemennya. Ia langsung masuk kesana dan pergi kekamar mandi untuk berendam. Ia melepaskan pakaiannya satu persatu dan mata ia langsung terblak tak percaya.
Ia melihat memar yang sangat besar ditubuhnya. Ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Kenapa baru terasa sekarang? Batinnya menjerit karena tak sanggup menahan rasa sakit itu.
Langsung saja Lucy membersihkan badannya tanpa berendam di bathup dan setelah kegiatan mandinya selsesai, dengan cepat ia menyambar kotak P3K nya dan langsung mengobati memar serta goresan yanga ada ditubuhnya. Perih, semuanya terasa perih, namun hatinya terasa lebih sakit dan perih dari semua luka yang didapatkannya.
Semua luka sudah ia atasi, tak lupa ia meminum obat pereda nyerinya. Beberapa saat kemudian, ia terserang kantuk yang luar biasa, mungkin karena ada efek dari obat itu yang meangandung obat tidur. Tak lama kemudian, Lucy tertidur dikasurnya.
3 hari telah berlalu, namun Lucy tak datang ke guild, ataupun menunjukan batang hidungnya. Semua yang ada diguild tampak cemas.
"Lucy tidak datang lagi ke guild.." kata Happy dengan raut kekhawatiran.
"Paling Luce sibuk dengan novelnya.." ujar Natsu dengan santai.
"Aku harus ke apartemen Lucy. Ayo Juvia.." Ajak Gray.
"Tentu saja Gray-sama.." Gray dan Juvia memutuskan untuk berangkat kesana.
"Tunggu Gray, aku ikut.." Happy menyusul Gray dan Juvia yang sudah berada dilawang pintu.
"Sepertinya aku juga harus kesana.." ucap Wendy.
"Tentu saja Wendy.." balas Charla.
"Ya, ayo kita juga pergi, Wendy.." ajak Erza.
Semua member tim Natsu pergi menjenguk Lucy, namun Natsu dan Lisanna tidak. Mereka mempunya rencana sendiri untuk hari ini.
.
.
Lucy's Apartement
Semuanya syok melihat Lucy dengan keadaan yang sangat lemah, dengan cepat Wendy langsung mengobati Lucy dengan sihir penyembuhnya.
"Lucy, kenapa semua ini bisa terjadi?" tanya Erza.
"Sepertinya aku kekurangan sihir.." Lucy tersenyum dengan maksud agar teman-temannya tak khawatir.
"Tapi Lucy-san keadaanmu sungguh membahayakan. Kau akan mati jika tidak diobati.." Wendy yang tengah mengobati Lucy pun menggerutu.
"Maafkan aku Wendy, dan terimakasih teman teman.." Lucy kembali tersenyum dan mengelus pucuk rambut biru dongker itu.
"Lucyyyy.." panggil Happy dengan mata berair. Happy memeluk lengan Lucy dan ikut merebahkan diri dikasur.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Gray dengan wajah serius.
Lucy menceritakan semuanya kepada teman-temannya tentang misi yang dilakukannya 3 hari lalu.
"Monster itu sangat kuat dan aku tak bisa mengalahkannya dengan mudah, sehingga aku terluka seperti ini serta sihirku berkurang sangat banyak.."
"Kau melakukan misi solo yang berbahaya seperti itu?" bentak Gray.
"Maafkan aku, aku tidak tahu kalau misi itu sangat beresiko.." ucap Lucy dengan nada bergetar.
"Ya ini semua kesalahan kita juga, karena dimisi itu tertulis bahwa monster yang akan dihadapi itu sangat lemah, namun nyatanya malah sebaliknya.." Ucap Erza.
"Maafkan aku teman-teman, aku merepotkan kalian.." Lucy menunjukan raut rasa bersalahnya.
"Sudahlah Lucy jangan pikirkan itu. Lebih baik kamu banyak istirahat agar cepat sembuh.." nasihat Juvia.
"Um terimakasih.."
"Lucy maafkan aku, hari itu aku berusaha mencarimu namun tidak ketemu, dan juga maafkan aku karena baru bisa menjengukmu karena aku baru saja pulang dari misi." Sesal Happy yang masih menangis.
"Tidak apa Happy, aku baik-baik saja." Ucap Lucy yang kini mengelus kepala kucing biru itu dengan lembut.
"Lucy aku akan menjagamu." Kata Happy.
"Um ya terimakasih Happy.."
Semua orang yang berada disana tersenyum senang melihat kedekatan Lucy dan Happy.
"Happy kamu harus menjaga Lucy sebaik mungkin, oke?" Kata Erza memastikan.
"Aye sir.."
Setelah Lucy diobati oleh sihir Wendy, kantuk mulai menyerang lagi dan ia pun tertidur.
.
.
Malam telah tiba, mereka sudah pulang kerumah masing-masing. Kini hanya Lucy sendiri diapartemen itu. Happy sedang pergi kerumahnya yang notabene adalah rumah Natsu juga. Happy berkata ia akan menemani Lucy tapi ia harus mengambil beberapa barang dari sana.
Lucy masih terjaga, sampai kehadiran seseorang membuatnya terbangun.
"Natsu?" panggilnya.
"Yoo Luce.." sapanya seperti biasa,
Lucy tersenyum melihat Natsu yang ia kenal, ia tersenyum kearah Natsu.
"Bagaimana keadaanmu Luce?"
"Ya aku sudah mendingan.."
"Syukurlah.."
"Natsu, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.." Ucap Lucy.
Natsu merenyitkan dahinya "Apa itu?"
Lucy mencoba rileks dan menghilangkan rasa gugupnya "Natsu aku mencintaimu, kamu tahu kan aku selalu mempercayaimu dari awal kita bertemu, aku menyukaimu dari saat itu.."
Natsu terdiam dan menghela nafasnya kasar "Maafkan aku Luce, aku tidak bisa.."
"Kenapa Natsu?"
"Aku mencintai Lisanna, dari dulu hingga saat ini. Aku tak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya Lucy.."
Mendengar pernyataan Natsu membuat hatinya sangat sakit dan terluka. Secara tidak langsung Lucy menyatakan perasaanya dan secara tidak langsung juga ia telah ditolak oleh partner timnya itu.
"Natsu, aku mohon padamu, berikan aku kesempatan untuk menunjukan seberapa akumencintaimu.." kini Lucy menangis terisak.
"Aku tidak bisa Luce, aku tak ingin menyakiti kau maupun Lisanna!"
"Tapi kau sudah menyakiti aku Natsu!" Lucy menangis dan semakin kencang.
"Maka dari itu aku tak ingin menyakiti Lisanna!" Ucap Natsu dengan nada meninggi dan sudah mulai hilang kesabaran.
"Apa karena itu kamu menggantiku dengan Lisanna?" tanya Lucy kecewa.
"Ya karena ia menginginkannya dan aku tak keberatan denganitu.."
"Kau lebih memilih orang yang kaucintai?"
"Ya tentu saja!"
"Kau memang yang terburuk Natsu!" Ucap Lucy penuh kemarahan dan kekesalan.
Natsu yang tidak terima malah balik marah kepada Lucy.
"Terserah apa katamu!"
.
.
Magnolia Lake
Keesokan Harinya, Natsu mengajak Lisanna duduk berduaan. Dipinggiran danau dan dibawah rindangnya pepohonan, Natsu tengah duduk bersama gadis berambut silver pendek. Mata biru nya menatap Natsu dengan raut wajah kebahagiaan. Lisanna, ia adalah gadis paling beruntung jika ia mendapatkan seluruh cinta seorang pemuda bernama Natsu.
"Lis aku ingin membicarakan suatu hal denganmu.." wajah Natsu memerah.
"Iya Natsu, ada apa?" tanya Lisanna dengan degup jantung yang tak beraturan,
"Kita sudah besar dan cukup dewasa kan?"
Lisanna bingung. "Iya, kita sudah 18 tahun bukan?"
Natsu mengangguk. "Jadi Lis, sesuai dengan apa yang selalu kamu inginkan untuk menikah." Natsu terhenti. "Memang ini belum saatnya, jadi maukah kamu menjadi kekasihku Lis.. setelah umur kita sudah cukup kita akan menikah. Apa kamu mau?"
Wajah Lisanna bersemu merah, ia tersenyum tulus kepada Natsu. "Tentu saja aku mau Natsu. Aku mau menjadi kekasihmu, aku sangat mau.." Lisanna menghambur memeluk Natsu dengan erat.
Natsu tersenyum bahagia, dan dengan cepat ia meraih bibir ranum seorang Lisanna dan mengecupnya dengan lembut. Lalu meraupnya dengan ganas. Mereka berciuman dengan wajah bahagia.
.
.
.
2 hari kemudian.
Gadis cantik bermarga Heartfilia itu sudah datang ke guild lagi. Meski wajahnya masih pucat tapi ia usahakan untuk datang kesana karena ia merindukan teman-temannya, termasuk Natsu.
Seseorang gadis berperawakan mungil dan cantik itu langsung menghambur memeluk gadis bersurai pirang.
"Lu-channn…"
"Levy-chan?" kaget Lucy yang tiba-tiba dipeluk oleh gadis bermarga Macgarden.
"Maafkan aku Lu-chan, aku baru saja pulang dari misi dan aku baru tahu bahwa kamu sedang sakit…" ujar Levy yang kini sedang menangis lebay.
Lucy hanya tersenyum melihat kelakuan sahabat mungilnya itu, sesekali ia tertawa.
"Lu-chan, ayo makan.. aku yang traktir deh karena kamu baru sembuh." Kata Levy yang membuat Lucy sangat-sangat senang, karena dengan begitu Lucy akan mengirit uang.
"Um terimakasih Levy-chan…" Lucy tersenyum tulus kepada Levy.
Semua anggota yang melihat Lucy datang ke guild merasa senang dan lega, mereka tersenyum ketika melihat bagaimana akrabnya Lucy dan Levy.
"Hey Bunny girl, benarkah kau sudah sembuh?" tanya Gajeel yang kini berada disamping Levy.
"Um aku rasa sudah baikan, terimakasih sudah mengkhawatirkanku, Gajeel.."
Semua yang berada di guild lagi-lagi syok melihat kelakuan Lucy yang menjadi lebih kalem. Biasanya dia selalu ceria dan mungkinkah karena efek dari sakitnya sehingga ia lebih diam?
"Gehee…" Gajeel tersenyum.
Lucy duduk dikursinya seperti biasa. Namun Lisanna menyuruh Lucy berpindah tempat karena meja itu biasanya digunakan oleh Natsu, dan Happy sehingga posisi duduk Lucy pun harus digantikan oleh Lisanna. Kini Lisanna sedang duduk dikursi itu dan menunggu Natsu serta Happy.
Tak cukupkah Lisanna mengambil posisinya dari tim Natsu? Sekarang ia ingin posisi duduk juga? Lucy hanya bisa bersabar. Ia tak bisa marah karena kalau ia marah ia hanya akan merasakan sakit dikepalanya.
Levy melihat Lucy yang tersenyum kecut pun khawatir. Levy mengusap punggung Lucy dan mengajaknya duduk bersama tempat Levy berkumpul.
"Lu-chan ayo kita duduk dibangku-ku saja.." ajak Levy.
"Um terimakasih Levy-chan.." dengan senyum yang dipaksakan.
Lagi-lagi ia merasakan sakit dihatinya. Apakah ia begitu mengganggu hubungan Natsu dan Lisanna sampai ia harus disingkirkan jauh-jauh?
Pria berambut hitam spike dan gadis berambut biru itu mendekat menghampiri Lucy dan yang lainnya.
"Lucy, syukurlah kamu sudah baik-baik saja." Kata Gray.
"Iya Lucy syukurlah kamu sudah sembuh." Kini Juvia yang berbicara.
"Um terimakasih Gray, Juvia karena sudah merawatku beberapa hari lalu." Senyum yang terpatri diwajah Lucy sekarang adalah senyum ketulusan yang selalu ia berikan seperti biasa.
Tiba-tiba saja, seekor exceed biru terbang dengan cepat kearah Lucy dan dengan cepat Lucy langsung menangkap exceed itu. Dia tidak datang sendiri, tapi ia datang bersama pemuda pinkish seperti biasanya, namun pria itu langsung mendudukan diri dikursihnya tanpa menghiraukan Lucy.
Happy, ia menangis terisak ketika ia memeluk Lucy.
"Lucy syukurlah kamu sudah sembuh.."
"Um berkat penjagaan mu Happy aku sudah sembuh.." Lucy tersenyum tulus.
"Nee Lucy, aku membawa oleh-oleh untukmu." Sekarang ini kucing biru itu sudah tak menangis dan mulai merogoh kain yang selalu berada dipunggungnya.
"Jajangggggggg…" Happy membawakan beberapa ikan, sayuran serta buah-buahan.
"Wahh darimana kamu mendapatkannya Happy?" tanya Lucy penasaran.
"Kemarin aku pergi kepegunungan, dan disana banyak sekali buah dan sayur, disana juga ada sungai jadi aku memancing saja." Ucap Happy riang.. "Nee terus ada banyak sekali jamur, tapi aku benci jamur jadi aku tidak mengambilnya.."
Lucy tertawa mendengar cerita Happy. "Wah petualanganmu membuahkan hasil.."
"Aye sir.."
Kucing biru itu merenyitkan dahi, Happy memandang aneh Lucy.
"Nee Lucy, kenapa kamu duduk disini bukannya disana?" Happy menunjuk sebuah meja yang disana terdapat Natsu dan Lisanna yang tengah berbincang ria.
"Ah aku sekarang duduk disini Happy.." Lucy menunjukan senyum kecutnya.
"Hee kenapa?" tanya Happy.
"Ya karena Lisanna ingin duduk disana jadi aku pindah kesini.." Hatinya lagi-lagi terasa sakit.
"Tapi kan-." Ucapan Happy terpotong ketika ia mendengar Natsu memanggilnya.
"Happy, sedang apa kau disanna?" tanya Natsu dari kejauhan.
"Bukan urusan Natsu.." jawab Happy yang menohok hati pemuda itu.
"Cepatlah kesini Happy, atau kau tidak mendapat jatah makanmu!" perintah Natsu.
"Tidak! Aku mau disini saja bersama Lucy!" tolak Happy mentah-mentah.
Pemuda berambut spike merah muda itu bangkit dari duduknya dan menghampiri meja dimana Lucy, Happy, tim Levy serta Gajeel berada.
Natsu mengangkat tubuh ringan Happy dan tentu saja Happy meronta.
"Ayo Happy, jangan nakal begini…" ucap Natsu yang sudah kesal karena sekarang Happy sudah mulai membantah.
"Tidak mau Natsuuuu.." teriak Happy.
Melihat Happy yang kesakitan karena dicubit Natsu, Lucy pun angkat bicara.
"Natsu hentikan itu. Happy sudah bilang tidak mau kan?" Lucy menatap Happy dan hendak mengambil Happy dari Natsu. Namun, dengan kasarnya Natsu menepis tangan Lucy. Semua yang melihatnya terblak tak percaya dengan apa yang terjadi. Setahu mereka, malah Natsu yang suka mendekati Lucy, dan ingin bermanja-manja, tak pernah ia berkata hal yang menyakiti Lucy apalagi bermain kasar.
"NATSUUU!" teriak Happy.
"Kau tak berhak ikut campur dalam urusan kami, Luce!" ucap Natsu dengan nada dingin dan tajam.
Hati Lucy bagaikan tersayat pisau tajam, tertusuk ribuan jarum, dan segala hal menyakitkan ia rasakan. Natsu menepis tangannya dengan tak berperasaan. Ia kembali teringat saat dirinya ditolak oleh Natsu, dan mungkin Natsu masih menyimpan kemarahannya kepada Lucy, buktinya ia sangat kasar kepada Lucy. Ia bukanlah Natsu yang Lucy kenal, ia adalah iblis!
Lucy meneteskan air mata dan segera berlari keluar guild. Ia tak tahan berada disana. Ia benci menjadi lemah. Sebenarnya ada apa denganmu, Natsu?
Suasana guild yang biasanya ramai dengan hiruk piruk semua anggota guild, kini menjadi senyap. Tak ada yang berbicara disana setelah menyaksikan pertengkran Lucy dan Natsu. Namun suara seseorang memecah keheningan itu.
"Berengsek! Apa yang telah kau lakukan Natsu?" Kini Gray sudah mencengkram baju Natsu dengan kuat.
Natsu tak bergeming. Ia pun terkejut dengan apa yang dilakukannya. Apakah ia baru saja mengasari Lucy? Lalu Lisanna menghampiri Natsu dan Gray.
"Aku tanya sekali lagi, apa yang sudah kau lakukan pada Lucy Berengsek?" Amarah Gray sudah sampai diubun-ubun. ia langsung menonjok wajah tampan Natsu dan menimbulkan memar dipipinya. Lisanna langsung menghampiri Natsu yang sudah babak belur dengan sekali pukulan. Ia mengusap pipi Natsu yang memar.
Happy yang sudah lepas dari cengkraman Natsu dari beberapa waktu lalu langsung menatap Natsu tak percaya. Itu bukan Natsu yang Happy kenal. Ia berani-beraninya menyakiti perasaan temannya.
"Aku kecewa pada Natsu!" Happy keluar dari guild dan bergegas menyusul Lucy.
Pemuda itu masih diam dan tidak bicara, bisu seribu bahasa.
Mira melihat adegan yang sangat menyakitkan. Sebelumnya ia sering melihat Natsu dan Gray bertengkar karena hal spele namun penyebab pertengkaran kali ini bukan masalah adu kekuatan atau apapun, melainkan Natsu yang sudah kurang ajar kepada Lucy.
"Natsu kenapa kamu melakukan itu pada Lucy?" tanya Mira.
Natsu hanya diam.
"Lisanna, cepat obati memar Natsu.." Mira memerintahkan adiknya untuk segera mengobati kekasihnya itu.
Mulai dari sana, kabar bahwa Natsu dan Lisanna telah tersebar diseluruh anggota guild. Apakah itu yang membuat Natsu mengeluarkan Lucy? Pikir mereka semua.
.
.
.
.
Happy masih berkeliling mencari Lucy, namun ia tak menemukan Lucy dimanapun. Ia pergi kesebuah pinggiran sungai, dimana mereka biasanya menghabiskan waktu, ya mereka Natsu, Lucy dan Happy.
Kucing biru menggemaskan itu membulatkan matanya dengan sempurna ketika ia mendapati seorang gadis bersurai pirang yang tengah menangis tersendu-sendu. Happy tak tega melihatnya. Happy tampak ikut merasa sakit melihat Lucy menderita.
Kucing itu berjalan mendekati Lucy dan memeluknya. "Lucyyy.."
Gadis yang merasa terpanggil itu menoleh dan mendapati Happy yang sedang memeluknya tanpa ia sadari. Lucy memeluk tubuh kecil Happy yang selalu membawanya terbang diangkasa.
"Lucy maafkan aku, aku belum mengatakan apapun soal Natsu.."
"Memangnya ada apa Happy?" Lucy sudah tak lagi menangis.
"Sebenarnya, Natsu dan Lisanna sudah berpacaran beberapa hari lalu. Aku sendiri baru tahu karena Lisanna yang mengatakannya. Aku juga tahu bahwa Natsu sudah berjanji pada Lucy untuk Natsu belajar mencintai Lucy.."
Mendengar penuturan Happy, lagi-lagi rasa sakit hatinya bertambah parah. Rasanya ia sudah tak kuat lagi merasakannya.
"Lisanna meminta agar Natsu menjauhi Lucy, dan Natsu menurutinya.. Maafkan atas kelakuan kasar Natsu, Lucy.." kini Happy menangis karena tak kuat menahan perasaannya. Sesungguhnya, Happy merindukan momen kebersamaan mereka bertiga, Natsu, Lucy dan Happy, tapi sepertinya itu takkan pernah terjadi.
Mereka menangis dalam diam. Lucy memutuskan untuk pulang ke guild, tak lupa Happy pun ikut bersamanya.
.
.
.
.
Beberapa hari telah terlewati. Lucy dan Happy memutuskan untuk membuat tim hanya berdua saja tanpa adanya Natsu. Setiap kali Lucy datang ke guild, ia hanya mengambil beberapa kertas misi dari Request Board dan langsung pergi lagi untuk menjalankan misi.
Lucy tampak pendiam, dan Happy selalu berusaha menghiburnya. Semuanya merasa lega karena ada Happy yang menjaga Lucy.
Setiap hari juga, Natsu merasa sesak didadanya setelah kejadian beberapa hari lalu. Ia terus menerus memerhatikan gerak gerik Lucy yang sudah tak bisa ia lihat lebih lama karena Lucy yang selalu menghindarinya. Lucy selalu pergi lagi dan lagi, tak pernah lebih dari 5 menit berada diguild.
"Natsu, sudahlah jangan difikirkan.." Lisanna memeluk Natsu mesra dan mengalungkan tangannya dileher Natsu yang kekar.
"Iya Lis, aku takkan memikirkan apapun.." Natsu tersenyum lembut dan sekilas Lisanna mencium bibir Natsu. Mereka tampaknya lupa kalau mereka sekarang jadi tontonan karena kemesraan mereka.
Natsu bertekad untuk menjaga Lisanna mulai detik ini dan mengenyahkan hal apapun. Ia ingin kekasihnya itu selalu aman dan takkan terluka untuk yang kedua kalinya. Sudah cukup sekali ia merasa kehilangan Lisanna, ia tak mau merasakannya lagi.
Namun, hati kecil Natsu tak terima jika keadaannya terus berlanjut seperti ini. Lucy dan Happy membencinya, dan Natsu tak menginginkan hal itu. Berat untuk mengakuinya bahwa sebenarnya Natsu merindukan kehadiran mereka berdua. Natsu merasa hampa tanpa kehadiran Lucy dan Happy, serasa separuh jiwanya hilang entah kemana.
Natsu memutuskan untuk bahwa, malam ini ia akan meminta maaf kepada Lucy sepulang Lucy dan Happy dari misi.
Lisanna melepaskan pelukan Natsu dan izin untuk pergi keluar sebentar. Tentu saja Natsu mengizinkannya, dan dengan 1 syarat bahwa Lisanna harus cepat kembali ke guild. Gadis itu telah pergi menghilang dibalik pintu guild.
Tak ingin berdiam diri saja disana, Natsu memutuskan untuk pergi jalan-jalan sendiri, ia ingin menenangkan jiwa, raga dan pikirannya. Ia ingin menghirup udara segar.
Kaki Natsu terus melangkah dan ia terhenti disebuah pinggiran sungai, tempat biasanya ia, Lucy dan Happy menghabiskan waktu dengan memancing. Ia kembali teringat dengan mereka berdua. Natsu merindukan kehadiran mereka lagi dan lagi, seperti sebuah keinginan yang terus menghantui Natsu untuk bertemu dan memeluk mereka, serta mengucap maaf sebanyak-banyaknya dan memeluk mereka berdua selama mungkin, khususnya ia sangat menginginkan dekapan tubuh Lucy.
Natsu merebahkan dirinya dihamparan hijaunya rumput, dan tak terasa seperti sebuah nanyian penghantar tidur, angin yang berhembus itu membawa Natsu tertidur dan pergi kealam mimpi.
.
.
.
Lisanna kini berada disebuah pinggiran sungai. Ia terlihat seperti tengah menunggu seseorang. Lalu seseorang yang dimaksud telah datang, Lisanna tersenyum.
Setelah beberapa waktu berlalu berbincang, Bickslow tiba-tiba memeluk tubuh Lisanna dan Lisanna membalas pelukannya dengan hangat.
"Lisanna!" suara baritone itu mengejutkan keduanya. Mereka mematung ketika mereka melihat seseorang itu.
"Natsu?" Lisanna membulatkan matanya.
"Jadi ini yang kau lakukan padaku Lisanna? Kau menuruhku untuk menjauhi Luce namun kau sendiri bermain dibelakangku?" tanya Natsu tajam.
"Natsu ini semua salah paham, aku tidak-." Sebelum Lisanna selesai Natsu sudah memotong perkataan Lisanna.
"Sudah cukup! Aku tak butuh penjelasan apapun. Dan kau Bickslow" Natsu menunjuk lelaki itu "Aku sangat kecewa padamu!"
Natsu langsung pergi meninggalkan Lisanna dan Bickslow disana. Natsu sangat kesal dan patah hati melihat semuanya. Ia melihat Bickslow hampir mencium Lisanna. Sebenarnya Lisanna menganggap Natsu ini apa? Ia tak ingin menghajar Bickslow karena ia menganggap bahwa itu buang-buang waktu.
.
.
Fairy Tail's Guild
Keadaan sudah petang. Lucy dan Happy pulang ke guild untuk melaporkan bahwa misi sukses. Lucy tersenyum karena ia mendapat banyak uang.
Baru selangkah masuk ke guild, Lucy dan Happy sudah disambut oleh keadaan Natsu yang tengah mabuk. Seingat Lucy, Natsu tak pernah minum alkohol sampai mabuk seperti ini. Natsu selalu minum sewajarnya, dan seberapapun Natsu minum ia tak sampai mabuk. Berarti Natsu minum sangat banyak jika sudah seperti ini.
Lucy berjalan melewati Natsu, dengan tujuan ingin mengabaikan Natsu yang tengah mabuk itu, toh ia sendiri tak pernah menganggap Lucy ada, dan pasti sekarang juga Natsu tak menyadari dan bahkan mengabaikan Lucy lagi. Namun tebakan Lucy meleset jauh. Ketika ia melewati Natsu, tiba-tiba kedua tangan Natsu meraih tubuh Lucy dan memeluknya dari belakang.
"Lucee.." gumamnya.
"Lucee maafkan aku Lucee…" Natsu senggukan dan masih dalam keadaan mabuk.
"Luce, Happy aku merindukan kalian berdua.." gumamnya lagi.
Lucy dan Happy saling memandang satu sama lain.
"Happy bisakah kamu mengantarkan Natsu pulang?" tanya Gray.
"Memangnya kenapa Natsu bisa mabuk seperti ini?" tanya balik Happy.
Gray pun menjelaskan "Entahlah aku tidak tahu. Yang jelas tadi sore ia pulang dengan wajah kesal lalu mulai minum alkohol sampai aku tak bisa menghentikannya, jadi ia mabuk berat saat ini."
Kini Lucy yang bertanya "Lalu kemana Lisanna? Bukankah ia kekasih Natsu? Harusnya ia yang berada disamping Natsu sekarang ini.."
Mira menjawab pertanyaan Lucy "Sepertinya bertengkar. Tapi aku tidak tahu apa masalahnya.."
"Pokoknya Natsu harus dibawa pulang, kalau tidak ia terus-terusan minum." Ucap Gray.
"Baiklah, aku dan Happy akan mengantar Natsu pulang sekarang.." Lucy pun menawarkan diri untuk membantu Natsu.
"Baiklah Lucy, maaf aku tak bisa membantumu karena aku juga sedikit sibuk." Kata Gray.
Lucy mengangguk "Ya aku mengerti Gray.." Lucy membopong Natsu "Ayo Happy kita pulang.."
"Aye sir.."
Lucy, Natsu dan Happy sudah tak terlihat lagi, semua anggota guild itu merasa kagum dengan pribadi Lucy yang sangat sempurna. Ia sangat baik dan tidak pedendam, dibalik sifat cerewetnya itu terdapat hati yang lembut lebih dari kapas dan buih dilautan. Lucy memang sangat baik.
.
.
.
Setelah berjalan jauh, akhirnya mereka sampai dirumah Natsu. Rumah Natsu yang biasanya berantakan sudah jauh lebih baik. Bisa dibilang keadaannya rapi.
Lucy masuk kedalam rumah itu dan membaringkan Natsu dikasurnya. Sungguh punggung dan pundak serta badannya sangat sakit karena berat badan Natsu. Happy tak bisa terbang membawa Natsu karena ia kelelahan setelah menggunakan banyak sihir aeranya. Lucy menyarankan Happy untuk pergi ketempat wendy dan mengobati serta memulihkan kekuatan sihirnya disana.
Happy mengangguk patuh dan meninggalkan Lucy dan Natsu dirumah Natsu.
Lucy segera pergi kedapur untuk mengambil air serta susu yang berfungsi menetralkan rasa mabuk. Setelah itu ia kembali ketempat Natsu terbaring.
Lucy yang hendak mengelap keringat Natsu tiba-tiba didekap dengan kuat oleh Natsu. Dekapannya sangat kuat sehingga ia tak bisa melepaskan dirinya dari Natsu.
"Luce, maafkan aku Luce.." gumam Natsu.
Lucy hanya termenung mendengarnya. Ternyata Natsu masih peduli padanya.
"Lucee…" Natsu kembali bergumam.
Gadis pirang itu tidak lagi menolak pelukan yang diberikan Natsu. Ia membalas pelukan Natsu yang begitu hangat dan menyakitkan.
"Aku sudah memaafkanmu Natsu meskipun rasanya sangat menyakitkan.." ucap Lucy lembut.
Mendengar sayup-sayup perkataaan Lucy, Natsu menyinggungkan senyumnya. Tanpa banyak bicara Natsu menindih tubuh Lucy. Lucy semakin tak nyaman dengan itu semua, namun Natsu mencium bibir Lucy dengan cepat dan panas tanpa memberikan Lucy waktu untuk menelaah semua yang tengah terjadi.
Posisi ini sangat berbahaya, apalagi keadaan Natsu yang tengah mabuk. Tangan Lucy tak henti-hentinya mendorong pemuda pinkish itu untuk menjauh, namun kekuatan seorang laki-laki terlalu besar sehingga ia tak kuat untuk melawan seorang Natsu.
Natsu yang tidak nyaman dengan tangan Lucy yang terus mendorongnya menjauh, kedua tangan itu ia ikat kuat-kuat dengan slayer miliknya sehingga kini Lucy tak bisa melawannya.
Pemuda itu terus menindih tubuh indah putri Heartfilia itu, dan ia kembali mencium bibir ranum yang basah akibat ciuman yang ia lakukan tadi. Natsu memaksakan lidahnya untuk masuk kedalam mulut Lucy dan aroma kuat dari alkohol yang diminum Natsu menyeruak kedalam mulutnya.
Kepala Lucy sangat pening, dan ia pun merasa mabuk saat itu juga. Sial hanya dengan aroma yang kuat saja Lucy sampai mabuk seperti ini.
Sesaat kemudian Lucy terjatuh pingsan dengan tubuh yang sudah tidak mengenakan sehelai benangpun.
.
.
.
.
2 bulan lebih sejak kejadian itu, hubungan Lucy dan Natsu semakin merenggang. Mereka bahkan tidak lagi bertegur sapa, bukan mereka lebih tepatnya Lucy yang berusaha menjauh dari kehidupan Natsu.
Lisanna terus memperingatkan Natsu untuk tidak berdekatan dengan Lucy lagi. Dan benar saja Natsu menuruti semua keinginan Lisanna.
Mereka berdua sudah baikan. Setelah insiden mabuknya Natsu, Lisanna menjelaskan semua yang terjadi diantara Lisanna dan Bickslow. Rupanya, semua hanya kesalahpahaman seorang Natsu Dragneel.
Bickslow pada hari itu mengungkapkan perasaannya pada Lisanna, namun Lisanna menolaknya dan hanya ingin berteman dengan Bickslow karena ia sudah memiliki Natsu. Namun, jauh dilubuk hatinya, bukan hanya Natsu yang berada dihatinya itu, tapi ia memiliki sedikit perasaan pada pemuda yang merupakan anak buah dari Laxus Dreyar.
Sekarang ini, Natsu sudah tidak perduli dengan sikap Lucy yang berusaha mengacuhkan Natsu. Saat ini, Natsu sudah bahagia dengan kembalinya Lisanna kepadanya. Ia tak menginginkan hal lain. Hanya Lisanna lah yang terpenting untuknya.
Lucy dan Natsu saling membuang muka, saling membenci, dan tak ingin berbicara apapun lagi. Padahal disini yang salah adalah Natsu, dan Lucy hanyalah korban keegoisan Natsu.
.
.
.
Wanita pirang itu berjalan kearah bar guild dan memesan beberapa makanan serta kue.
"Mira-san, aku pesan ayam yang super pedas dan kue serta jus jeruknya 1.."
"Iya Lucy, tunggu sebentar ya.."
Macao berbisik kepada Wakaba dan didengar oleh Gray, Juvia, Levy, Erza dan tentunya para Dragon Slayer yang mempunyai telinga tajam.
"Oi Wakaba, apa kau berfikir bahwa Lucy sekarang memiliki tubuh yang berisi?"
Wakaba pun melihat Lucy dari ujung rambut hingga kaki.
"Haa kau benar Macao, Lucy jadi terlihat lebih errrrr sexy.."
"Ayah, jangan tatap Lucy-nee dengan tampang mesummu.." Bentak Romeo yang kebetulan mendengar percakapan mesum kedua orang tua tak tahu diri itu.
Sedangkan yang lain ikut memerhatikan Lucy yang sedang memakan ayam extra pedasnya.
"Hee sejak kapan Lucy suka makan-makanan yang pedas?" tanya Gray tak percaya melihat nafsu makan Lucy yang serakus Natsu.
"Yang Juvia tahu, Lucy tak suka makan yang sangat pedas.."
"Lu-chan jadi lebih berisi sekarang, apalagi dadanya tambah besar.." Levy menatap sedih dadanya sendiri yang bisa dibilang kecil.
Mengerti dengan tingkah laku Levy, Gajeel berusaha menyemangati "Tenang saja chibi, nanti juga dadamu bisa besar seperti bunny girl.."
Natsu yang tempatnya sedikit jauh mendengar percakapan mereka tentang perubahan Lucy. Berkat terlinga Dragon Slayernya Natsu bisa menguping meskipun jaraknya jauh. Kini Natsu mengalihkan pandangannya kearah wanita cantik bersurai pirang itu. Matanya takjub melihat pemandangan yang sangat mengagumkan dari seorang Lucy Heartfilia.
Benar saja yang dikatakan mereka, Lucy kini memiliki tubuh yang lebih berisi, lebih seksi dan juga jangan lupakan dadanya yang sedikit membesar, serta wajahnya yang semakin cantik dimata Natsu. Natsu jadi kembali teringat malam panasnya bersama gadis yang sudah diperawaninya itu. Dan karena hal itu, kini Natsu dan Lucy semakin berjauhan.
Dalam hatinya ia sangat ingin kembali meminta maaf kepada Lucy, namun ia tak bisa karena ia sudah berjanji pada Lisanna untuk menjauhi Lucy.
.
.
.
.
To Be Continued
Tidak ada pesan dan kata-kata special untuk fanfic ini. Ide ini muncul setelah membaca doujinshi yang berjudul Futatsu no Kokoro kalau tidak salah karena author juga bingung soalnya pendek banget dj-nya, dimana Natsu tidak bisa memilih salah satu dari mereka, Lucy dan Lisanna. Author sendiri menggambarkan bahwa Natsu itu plin-plan dan tidak bisa bijak mengambil keputusan, egois dan sangat keras kepala. Dan juga di fanfic ini, author membuat Natsu bersama dengan Lisanna dan meninggalkan Lucy. Jadi seperti apa kelanjutan hubungan cinta segitiga mereka? Ikuti terus cerita ini karena author hanya membuat 2 shoot saja.
Please give my story Reviews and Follow or Favorite if you're like it.
