maaf ya kishimoto-sensei...
lagi2 saya bikin sesuatu yang ngarang lagi...hahahaha...

silahkan lempar saya pakai apa saja...^^

~~ Hyuugas Kanagawa~~

Klan Hyuuga, adalah klan yang terkenal karena POPULASInya. Saking banyaknya, klan ini mempunyai sistem pemerintahan sendiri (yang tentunya dibawah kekuasaan sang presiden di Negara tersebut) yang dikepalai oleh pewaris klan utama Hyuuga, keturunan Neji Hyuuga dan Hinata Hyuuga yang sudah meninggal dikarenakan sakit dan peperangan. Klan ini terpisah dengan klan utama milik Hiashi Hyuuga yang letaknya nun jauh di Konoha sana.

Yang jadi pertanyaan, mengapa klan ini terpisah sendiri?

Zaman dulu, sedang nge-trend "sekolah sampai ke jenjang tertinggi" di Konoha. Hiashi yang tergiur dengan trend itu mengirim anak-anaknya (dengan paksaan) untuk bersekolah di daerah Kanagawa sana, dengan alasan ingin melihat anak-anaknya sukses melebihi dirinya. Sebagai anak, Hinata dan Hanabi hanya menurut patuh, namun lain halnya dengan Neji.

" paman ingin mengusirku kan sebenarnya? " tudingnya tanpa basa-basi. Hiashi yang tertuduh gelagapan, bingung ingin berkata apa. Namun sebuah ide melintas di kepalanya.

" kata siapa? Aku hanya ingin melihat keturunan adikku sukses di luar sana, kau kan tahu, klan kita membutuhkan orang-orang yang berintelektual tinggi untuk meneruskan kekuasaan klan ini…" katanya sambil tersenyum lebar. Neji hanya menyipitkan mata dan memajukan bibirnya, hatinya merutuk tak karuan.

Emangnya gue bisa apa loe bohongin?

Sementara itu, Hiashi bersorak senang dalam hatinya. Inner nya berlonjak-lonjak kegirangan, membayangkan masa depannya yang akan cerah dan bahagia, tanpa Neji sang pengacau di sisinya.

Begitulah. Hingga akhirnya mereka bertiga jadi dikirim keluar Konoha, dan diterima di sebuah SMP ternama, SMP Kirisaki Gakuen. Namun Hanabi yang masih berumur 6 tahun, disekolahkan di SD Oto Gakuen dan duduk di bangku kelas satu. Mereka ditempatkan di sebuah apartemen mini yang dekat dengan sekolah-sekolah mereka. Diiringi oleh seluruh klan Hyuuga, mereka pun akhirnya berangkat dengan lambaian tangan dan tangisan orang tua-orang tua mereka. Maklum, dari klan ini baru mereka yang dikirim keluar komunitasnya.

Singkat cerita, 5 tahun kemudian, secara tiba-tiba Hiashi menelpon dan memerintahkan Neji serta Hinata untuk tetap tinggal disana dan beranak-pinak. Neji yang kaget setengah mati tanpa ba-bi-bu langsung melesat menuju kediaman Hyuuga yang di Konoha sana. Sampai disana..

" terimakasih !" katanya sambil memeluk paman kesayangannya.

" *&^%$?!"

Hiashi melongo. Hinata yang mengikuti dari belakang memerah wajahnya setelah mendengar perkataan ayahnya. Sementara Hanabi, ditinggal dirumah sambil dibekap mulutnya dengan selotip (akibat sering membantah dengan Neji yang memaksa ingin ikut).

Hiashi yang kaget segera menenangkan diri. Sambil dengan gaya sok kebapakkan, tangannya menepuk-nepuk pundak Neji dengan haru. Setelah itu, Hiashi segera mengadakan akad nikah sederhana yang dihadiri oleh orang-orang se-Konoha, serta beberapa wakil dari Negara-negara tetangga. Kemudian Neji segera memboyong Hinata ke rumah barunya (sebenernya itu rumah lama, wong itu rumah apartemennya yang kemaren kok~~) beserta beberapa Hyuuga yang sudah diperintahkan untuk jadi pengikutnya, lalu melakukan kewajiban sebagaimana yang diperintahkan ayah mertuanya, yaitu segera membuat klan baru.

Hiashi di Konoha tertawa-tawa senang, berhasil menyelesaikan misi pribadinya yaitu : mengusir Neji dari rumah.

Begitulah cerita awalnya. Kali ini kita lupakan adegan Neji-Hinata.

Siang cerah. Awan-awan seolah enggan menggelayut di langit Kanagawa, entahlah, mungkin karena malas menaungi manusia-manusia yang berlalu lalang di bawahnya. Sementara itu, pasukan intel klan Hyuuga baru saja kembali dari misinya. Salah seorang dari mereka adalah pejabat penting yang sering berurusan dengan klan utama di Konoha sana. Langkahnya tergesa, ingin segera sampai dirumahnya yang sejuk. Rambut hitam kecoklatannya terkucir berantakan di belakangnya. Orang-orang yang dilaluinya menunduk takzim sambil menyapa ramah padanya.

" Nezu-sama.."

Lengannya melambai lemah pada orang-orang dibelakangnya. Sesekali kepalanya dianggukkannya. Ia adalah orang nomor satu di klannya, keturunan sang pewaris klan utama, anak dari kepala klan pertama pendiri Hyuuga di desa Kanagawa ini, dan membesarkannya. Ia putra Neji Hyuuga, Nezu Hyuuga.

Langkahnya terhenti pada sebuah mansion mungil penuh tanaman kaktus di halaman rumahnya (Entahlah kenapa kaktus, namun menurut istrinya kaktus adalah tanaman yang berseni). Segera ia membuka pintu pagar, dan disambut oleh pohon jeruk kesayangannya yang sudah hampir mati. Melihat itu, keningnya berkerut, lalu tanpa basa-basi ia mengeluarkan jurus elemen airnya. Setelah itu pohon tersebut segar kembali.

Dari dalam rumah, terdengar suara tv yang disetel keras-keras oleh anaknya. Sesekali terdengar suaranya yang masih cempreng.

" wuuiiihhh..avatar korra memang kereeenn!" ujarnya.

Matanya menengok jam. Jam satu siang rupanya. Langkahnya kemudian menuju suara asal tv. Belum sempat melongok kedalam, sepotong kaki panjang melayang menuju wajahnya.

" Awaaaasssss….!"

BRUUAAAKKK…! BRUUUAAAKKKK! BRUUUAAAKKK!

Tubuhnya terpental keras, menghempas pagar beton rumahnya dan beberapa rumah di sebelahnya. Sang pemilik kaki tersebut itu hanya menatap ngeri pada pagar rumahnya yang rusak parah, serta pintu rumahnya yang tergeletak pasrah di hadapannya. Sementara itu terdengar suara jeritan para ibu-ibu rumah tangga dan makian-makian para pria, melihat rumahnya rusak berlubang dan membentuk potongan tubuh yang terpental. Sang empunya tubuh tersebut, hanya bisa meringis kesakitan sambil menunduk-nunduk meminta maaf pada para tetangga. Ia menjanjikan ganti rugi penuh pada kerusakan rumah yang diakibatkan oleh anak kesayangannya.

Di rumah..

" HAZUKI HYUUGA!"

Tangannya meremas kepala bocah berusia 12 tahun itu dengan gemas. Sang pemilik kepala, meringis kesakitan sambil memegangi lengan ayahnya yang besar.

" Ayah, saakkiiiittt!"

" Ohh, pintu rumah sering rusak akibat ulahmu ternyata!? Dasar anak nakal !" katanya sambil meremas kepala anak itu dengan gemas. Hazuki masih meringis sambil menukas dengan cepat.

" Bukan aku..!"

Nezu melongo. Tak lama wajahnya memerah, lengannya mengepal keras. Kemudian..

PLETAAAKKK!

Terdengar jeritan keras dari mansion tersebut.

' KAU MASIH BISA BILANG BUKAN AKU?! DASAR ANAK TAK TAHU DIRIII !"

…...

Oke, lupakan adegan tersebut.

Setelah menurunkan tensinya yang sempat naik sedikit itu, Nezu menghempaskan pantatnya di sebuah sofa mungil. Sementara Hazuki, anaknya masih memegangi kepalanya yang kesakitan akibat jitakan ayahnya yang keras barusan. Melihat Hazuki, ia adalah percampuran dari Nezu-dan istrinya. Wajah meng-copy sang ayah, sementara rambut milik asli sang ibu. Ia adalah makhluk abu-abu yang suram, namun bermental bagaikan matahari. Sambil menonton tv, anak itu duduk di sebelah ayahnya sambil menukas tajam.

" Ayah, mandi sana, bau ih.."

Alis Nezu bertaut. Bau?

Kata itu sangat JAUH dalam kamus hidupnya. Nezu selalu merasa bahwa tubuhnya wangi bagaikan bunga (maklumlah, namanya diambil dari kata air, jadi dia menyangka keringatnya sama dengan bau air yang diminumnya).

" tentu saja aku baru pulang dari misi, wajar aku berkeringat… kau bolos lagi ya dari sekolah?" sahutnya tak kalah tajam. Hazuki menyeringai.

" hari ini hari libur nasional..ayah pikun yak?"

" ck…" ia melihat kalender. Ternyata tanggal 17 Agustus. Hari kemerdekaan Indonesia.

…...

Lho, kemerdekaan Indonesia?

(ingat, ini di Kanagawa, kemerdekaan jepang bukan tanggal 17 Agustus). Inner Nezu mulai terusik.

Sialan, gua dikerjain bocah ini lagi…

Nezu menunjukkan giginya yang rapi. Tensinya naik lagi. Memang, menghadapi anak kesayangannya butuh kesabaran yang amat tinggi, dan stok kesabarannya kini belum disuplai penuh. Perutnya kini mulai keroncongan. Ia baru ingat, sudah waktunya makan siang. Tapi, mana istrinya?

" hei Hazuki, sebelum ayah menggantungmu lagi, kau lihat kemana ibumu?"

Sambil tak melepaskan pandangannya dari tv, Hazuki menukas singkat.

" ibu kerumah sakit.."

Nezu mengangguk-angguk. Rumah sakit.

Sudah sewajarnya istrinya dirumah sakit saat ini. Jabatannya sebagai kepala rumah sakit mengharuskannya bersiaga 24 jam untuk segala panggilan darurat. Ia adalah dokter nomor wahid di kelasnya, ibu terbaik bagi Hazuki, dan istri yang utama bagi Nezu. Tak lama terdengar suara cicitan kecil. Nezu terlonjak. Belahan jiwanya sudah datang.

" Hazuki-kun, Hazuki-kun merusak rumah lagi ya?"

Tampak di depan pintu seraut wajah manis penuh kekecewaan. Poninya yang tebal menutupi dahinya yang putih berkilat. Rambutnya tak kalah panjang dengan milik Nezu. Nezu menyeringai, Hazuki memucat. Batinnya tak tenang.

Aduh, bisa-bisa disuruh betulin tembok lagi dahh…

Matanya tertumbuk pada sesosok tubuh nan kusut di depan sana. Senyumnya yang manis terkembang.

" Nezu-kun sudah pulang ya?"

Tensi Nezu naik satu tingkat.

Ia paling malas melayani pertanyaan yang tak seharusnya dijawab. Sambil memasang senyumannya yang manis,(keliatannya sih, kepaksa), Nezu menyahut pertanyaan istrinya.

" iya, Tsubaki-chan.."

Tsubaki tersenyum. Ya, istri Nezu yang satu ini, walau seorang dokter, ia TELMI luar biasa. Entah keturunan dari Hyuuga mana, wanita ini terlihat suram dengan perawakan kecil dan rambut abu-abu, yang diturunkannya pada Hazuki. Tapi entah mengapa, Nezu malah memilihnya untuk dijadikan istri.

" Nezu-kun lapar? Ini jam makan siang lho"

Tensi Nezu naik satu tingkat lagi.

Masih aja tanya..nyesel gua milih bini telmi

" Iya lapar, sayang.." sahutnya dengan senyum yang dipaksakan. Giginya mulai bergemelutuk. Innernya sudah mulai menangis tak karuan, prihatin melihat ke-Telmi-an istrinya.

Ya Allah, ampuni dosanya …

Tsubaki masih tersenyum. Kemudian langkah kaki Tsubaki mengayunkannya ke dapur. Ia tahu, semuanya menunggu hasil kreativitasnya saat ini.

Aroma masakan tercium dari dapur. Hidung Nezu dan Hazuki mengendus-endus, laparnya makin menjadi. Kemudian Nezu mulai melangkah ke kamar mandi, namun terhenti setelah telinganya menangkap omongan pedas Hazuki.

" akhirnya sadar juga..".

Tensi Nezu yang sudah turun, melonjak 5 digit. Namun ditahannya mengingat sang istri sedang menyiapkan hidangan kesukaannya di dapur. Batinnya menyabarkannya.

Sabar Nezu, anak kecil memang begitu…

Para wartawan yang hendak meliput KDRT di mansion ini, terpaksa menelan ludah karena Nezu tak jadi mencekik Hazuki.

" hei Hazuki, kenapa kau membiarkan pohon jerukku mati begitu? "

Hazuki yang sedang menggigit ayam goreng, cuma mengangkat bahu, lalu melanjutkan makan siangnya. Nezu yang melihat segera menyeringai. Ia tak suka diacuhkan.

" heeehh…ditanya orang tua begitu…kau mau kugantung lagi?" tanya Nezu sebal. Hazuki segera menelan makanannya, lalu menatap ayahnya sinis.

" lagian, ngapain melihara pohon jeruk purut begitu?" tanyanya. Nezu mengangkat kepalanya. Senyumnya terkembang penuh.

" hei, kau tak tahu kalau pohon jeruk purut sedang sangat POPULER di Indonesia?" katanya sambil menepuk dada. Kemudian lanjutnya, " kan filmnya lagi booming banget di sono.. lagian, kau bukannya penasaran seperti apa hantu jeruk purut? Makanya aku menanamnya untuk memancingnya kesini.." ujarnya ringan. Inner Nezu mengangguk-angguk membenarkan.

Ya ya…Hantu jeruk purut, gitu loohh…

Tsubaki yang mendengarnya bergidik ngeri.

" ayah ngapain juga sih ngundang-ngundang setan kesini? Kurang kerjaan…" katanya risih. Nezu tersenyum manis pada istrinya.

" sayang, kau kan juga penasaran dengan film "hantu jeruk purut" bukan? Maka itu, daripada kita beli vcd-nya, lebih baik kita undang kesini…" katanya sambil membelai tangan istrinya. Tsubaki matanya mengilat senang. Dari dulu ia selalu penasaran dengan film tersebut (katanya sih, hantu itu mirip Tsubaki). Sementara Hazuki membatin sedih.

Beginilah punya ayah pelit….apa-apa susah…

Hazuki menarik nafas berat. Makanannya jadi terasa hambar. Kemudian terdengar suara pintu diketuk. Ada tamu.

" ng? siapa ya yang bertamu siang-siang begini?" desis Nezu kesal. Tsubaki cuma menatapnya lama. Lalu menukas lembut.

" ya ampun, ayah ini kenapa? Bukannya buku tamu sudah diserahkan oleh divisi keamanan kemarin?"

... ?

Hazuki dan Nezu melongo. Tulalitnya sedang kumat rupanya. Sambil menarik nafas, batin Nezu menyabarkan dirinya.

Sabar Nezu, kau sudah biasa…

" bukan buku tamu sayang, ada tamu diluar.." kata Nezu semanis gula. Tsubaki tersenyum sambil menganggukkan kepala.

" oohh…"

Langkahnya membawanya ke pintu utama. Tak lama terdengar suara cicitan riang istrinya.

" Ayaahh!"

Nezu shock.

Apa? Ngapain ayah mertua datang siang-siang kesini?

Hazuki cuek saja sambil menghajar ayam gorengnya yang tinggal tulang belulang. Langkah Nezu meluncur keluar. Dilihatnya sesosok laki-laki tua berambut kelabu pendek sedang tersenyum padanya. Nezu tersenyum kaku.

Ya ampun, Tsubaki ngadu apa lagi sama ayah ?

Tsubaki melambai-lambai senang padanya. Nezu segera melangkah ke sampingnya. Tampak ayahnya sedang membawa sesuatu. Inner Nezu melonjak girang.

Waahhh….oleh-oleh…

Ayahnya tersenyum manis padanya.

" aahh, menantu, aku kesini membawa sesuatu buat cucuku"

Harapan Nezu hancur sudah.

Sialan, buat Hazuki ternyata…

Telinga Hazuki tegak. Batinnya melonjak senang.

Yeess…kakek bawa oleh-oleh buatku...

Kakinya segera membawanya keluar. Namun terlihat di pintu utama Nezu terlongong. Tatapannya menuju halaman depan, persis di bawah pohon jeruknya. Matanya nyaris mengeluarkan air mata. Hazuki yang baru saja keluar nyaris terlonjak kaget. Ia tak percaya dengan penglihatannya. Kemudian terdengar suaranya yang tercekat.

" ha- han-han….hantu….HANTU JERUK PURUT!?"

Hazuki semaput sudah.

" Hazuki…Hazuki-kun sayang…kau baik-baik saja?"

Perlahan matanya membuka. Kini tampak sesosok wajah penuh kekhawatiran di depannya. Matanya yang abu-abu perak menatapnya prihatin.

" beginilah kalau cucu belum lihat kakeknya, baru lihat saja pingsan…" ujar ayah mertua Nezu sedih. Nezu mengangguk-angguk. Tsubaki yang memberikannya ninjutsu medis membantunya berdiri. Hazuki masih tercengang melihat sosok pucat bermata kehitaman di hadapannya. Batinnya shock luar biasa.

Ya ampuunn…ayah beneran manggil hantu jeruk purut apaa?

Sosok didepannya tersenyum manis. Hazuki makin merinding dibuatnya.

Ya ampun, udah tinggi, mata item, muka pucet, rambut panjang, ni orang apa kuntilanak sih?

Nezu dengan santainya bersandar pada sosok pucat itu. Kemudian melemparkan pandangan manis pada mertuanya.

" ayah, siapa yang menggunakan edo tensei padanya? Jangan-jangan Orochimaru?" tanyanya. Ayah mertuanya tersenyum sambil menyeruput tehnya. Hazuki masih bingung.

Edo tensei? Apaan tuh?

" hmm..kalo Orochimaru yang make, kalian semua pasti sudah mati terkena juuken ayahmu…" sahut ayah mertunya tak kalah manis. Tsubaki menyambar ucapan ayahnya.

" jadi, ayah yang menggunakannya?" katanya. Ayahnya mengangguk.

Ayah Tsubaki, Homura Hyuuga adalah seorang petualang sejati. Semasa muda, di salah satu perjalanannya, ia menemukan gulungan jurus-jurus Orochimaru, yang salah satunya berisi jurus edo tenseinya. Akhirnya, Homura mempelajarinya, dan ia bertekad untuk menggunakannya di jalan kebaikan, salah satunya, mempertemukan sang kakek yang sudah meninggal dengan cucunya.

Tiba-tiba Nezu bangkit dari sandarannya, kemudian menatap sosok pucat itu lekat-lekat.

" eh, gimana bisa? Jangan-jangan ini cuma iseng-iseng ayah mertua?" kata Nezu curiga. Sosok pucat itu tiba-tiba tertawa keras. Suaranya membuat rumah bergetar.

Semua sweatdrop.

Buru-buru ia menutup mulutnya.

" maaf…" katanya

" jadi begini…" ayah mertuanya mulai berkisah. " waktu itu, aku bermimpi didatangi oleh besanku ini, katanya ia ingin melihat cucu dari putra bungsunya,..yahh…sambil memohon-mohon begitu deehh…" katanya sambil mengedipkan sebelah matanya ke Hazuki. Hazuki shock bukan buatan.

A-aapaaa?! Ja-jadi….

Nezu tersenyum sambil menepuk-nepuk kepala Hazuki. Hazuki menatap nanar pada ayahnya.

" ini kenalkan Hazu, kakekmu, Neji Hyuuga yang sudah kuceritakan waktu itu…"

Hazuki pingsan seketika.

hahaha...ini fanfict ketiga saya, sumpah, waktu itu saya lagi pengen bikin fanfict yang kesannya konyol, tapi entah kenapa, malah jadi gaje...

maaf banget...

menurut kalian, mau dilanjt apa stagnan?