Naruto by Masashi Kishimoto
Inspired by Nasty Nasty - Knock
Knock. Knock.
Seorang pria membuka pintu kayu yang tertutup rapat itu dengan paksa. Sebuah ruangan yang gelap. Namun, mata elangnya masih bisa menangkap sebuah cahaya. Onyx hitam itu melihatnya. Seorang wanita duduk manis di sebuah sofa. Wanita itu menatap kosong dinding yang memaparkan sebuah video, yang ditampilkan oleh proyektor di sampingnya. Tangan wanita itu menggenggam sebotol wine.
Pria tadi berjalan mendekat lalu bersadar pada sofa untuk mengetahui apa yang ditonton wanita tersebut. Entahlah, dia masih ragu hanya untuk duduk di samping wanita itu. "Apa yang kau tonton?" Ucapnya memecah keheningan.
Wanita itu tetap diam, sepasang mata emerald-nya masih menonton video tanpa suara itu. Hanya helaan napas yang terdengar saat wanita itu memilih untuk meminum wine-nya tanpa ada sedikit keinginan untuk merespon pria di belakangnya.
Pria itu mengerti. Mungkin akan selamanya seperti ini. Onyxnya menangkap setiap adegan di dalam video itu. Ya, dia sangat familiar dengan video itu. Bagaimana tidak? Pria di dalam video itu adalah dia. Dan jangan lupakan perempuan yang di samping pria dalam video berambut merah itu. "Berhenti menonton itu." Ucapnya dingin. Namun, wanita itu jauh lebih dingin. Tidak ada respon lagi.
Wanita itu hanya menaruh wine di meja sampingnya lalu menumpu wajahnya dengan tangan yang tadi digunakannya untuk memegang wine. Kimono tidur yang terbuah dari kain satin tersebut memperlihatkan paha mulusnya ketika sang wanita menggeser kakinya. Pria itu hanya bisa menatapnya. "Dari mana kau dapatkan video itu?" Tanya sang pria.
Wanita itu akhirnya memberikan respon. Tetapi hanya sebuah senyum miring. Tangannya kembali hendak mengambil botol wine yang tidak jauh dari gelas wine-nya. Namun, pria tadi lebih dulu memegang botol itu dan menuangkan ke dalam gelas wanita berambut merah muda pudar yang menggelombang itu.
Wanita itu mengambil gelasnya yang sudah diisi oleh pria itu tanpa mengatakan apa-apa. Pria itu pun menghela napas, lagi. "Aku akan pergi. Teman-temanku mengadakan pesta." Ucapnya kemudian mengecup pucuk kepala wanita tadi. Pergi lagi ya, pria itu pergi meninggalkannya. Pria itu juga menutup kembali pintu yang telah dia buka paksa.
Seorang pria dengan sleeveless shirt putih dan jaket kulit hitam di tangannya memasuki sebuah ruangan dengan musik yang berdegum kencang. Mata onyxnya menatap sekitar sekenanya. Tiba-tiba sebuah tangan melingkar dari belakang pria itu. "Aku merindukanmu." Pendengarannya menangkap suara dari belakang tubuhnya.
"Hn." Jawabnya singkat sembari mengusap tangan putih halus yang melingkari tubuhnya.
Pemilik tangan itu berjalan di samping pria tersebut. "Kau terlambat lima menit." Wanita berambut merah itu membawa pria di sampingnya menuju sebuah kerumunan orang di pojok ruangan.
"Yo! Sasuke! Karin!" Sebuah suara panggilan membawa mereka semakin mendekat ke kerumunan itu. "Astaga! Kau terlihat semakin muda saja, Sasuke!" Puji pria itu.
Pria yang bernama Sasuke itu mendecih. "Hentikan omong kosongmu, Suigetsu."
Pria tadi tertawa. "Selalu dingin seperti biasa. Aku heran mengapa Karin masih mau dengan pria bermasalah semacammu." Ucapnya sembarangan.
Wanita di samping pria bernama Suigetsu itu membuka suaranya. "Kau kira Sasuke itu dirimu apa. Sasuke itu hangat, apalagi kalau di ranjang, benarkan Karin?" Wanita berambut merah tua itu mengedipkan sebelah matanya.
Karin tertawa lirih untuk menyembunyikan rasa malunya. Rona memerah seakan menyapu wajah eloknya. "Kau ini apa sih, Tayuya."
Sasuke terkekeh melihat respon Karin. "Sudahlah, nikmati saja pestanya Karin, Sasuke!" Ucap Suigetsu kemudian menarik Tayuya mendekat ke arahnya.
Sasuke bangkit dari duduknya di belakangnya Karin menarik tangannya sampai wajah Karin menabrak dada bidang Sasuke. Sasuke menyeringai lalu mengeratkan pelukannya pada Karin. "Nakal."
Sebuah mobil Porsche Boxster berwarna putih melintas dengan cepat melewati sebuah jalan raya yang sepi. Udara malam yang dingin tidak membuat sepasang pria pemudi itu untuk berhenti sebentar. Backless dress wanita itu tidak membuatnya kedinginan. Dengan bahagia wanita itu mengangkat tangannya ke udara disertai dengan tawa dan sorakan senang yang meluncur dari bibir merahnya. Pria di sampingnya tersenyum tipis. Dia menatap helai merah yang berkibar di sampingnya tetapi di matanya samar-sama warna helai itu berubah merah muda.
Mobil itu berhenti di depan sebuah hotel. pria itu memarkirkan mobilnya di lahan luas yang sepi itu. Kemudian dia merendahkan sandarannya pada jok, tempat duduknya. Tangannya membelai surai merah di sampingnya. Wanita yang menerima perlakuan itu tersipu malu. Dilepaskannya jaket kulit hitam yang digunakannya untuk membungkus tubuh wanita itu.
pria itu kembali mengusap helai merah itu dengan lembut. Ya, dia sadar. Mata onyxnya samar-samar masih melihat warna merah muda di tangannya. Kemudian dia menatap wanita di depannya, berharap emeraldlah yang dilihatnya. Tangannya mengusap wajah wanita itu sampai tanpa sadar bibir tipisnya telah melumat bibir merah itu.
Wanita tadi berjalan mendekati dinding yang masih menampilkan video seorang pria yang memeluk wanita di depannya dari belakang. Tangan kurusnya yang berwarna pucat memegang sebuah lipstick merah. Kacau. Lipstick merah itu dicoret-coretkannya ke tembok. Berharap bisa melakukannya pada kedua orang itu. Lama-lama dia lelah lalu jatuh terduduk meratapi dinding itu. Matanya sudah terlalu lelah untuk menangis.
Dia melempar lipstick itu ke arah proyektor sehingga kaca proyektor itu retak. Wanita itu menyisir helai merah mudanya dengan jari-jarinya yang kurus itu. Dengan bertumpu pada dinding wanita itu berdiri berjalan menuju kamar mandi.
Kamar mandi itu kosong, hanya terdapat sebuah wastafel dan bathtub. Dinyalakan air di bathtub itu sampai penuh. Emeraldnya meredup menatap jernihnya air itu. Ya, sebelum berubah kotor semuanya berawal dengan jernih bukan?
Wanita itu mematikan kran air kemudian masuk ke dalam bathtub dan menenggelamkan dirinya di dalam bathtub itu. Gelembung-gelembung kecil terlihat dari dalam air itu.
Sasuke, pria itu melepas sleeveless shirt yang digunakannya. Terlihat jelas otot-otot perutnya yang dapat membuat seluruh wanita merona menatapnya, termasuk wanita berambut merah yang berada di bawahnya. Wanita itu tersipu melihat pria yang sudah bertelanjang dada, sedangkan dia masih menggunakan dressnya.
Sasuke menempatkan kedua kakinya untuk bertumpu dan mengapit tubuh Karin. Tangannya menyingkap perlahan dress Karin kemudian mengusap paha mulus Karin. Karin menggigit bibir bawahnya berusaha menahan desahannya.
Karin mengalihkan pandangannya dari Sasuke. Sekelebat Sasuke melihat merah muda itu lagi. Tangan Sasuke berhenti lalu memegang wajah Karin dan membuat Karin menatapnya secara paksa. "Tatap aku ketika kita melakukannya." Karin menganggukkan kepalanya. Wajah mereka mendekat lagi dan Sasuke melumat bibir merah itu menuntut. Tidak memberikan kesempatan untuk berhenti. Bibirnya terus-menerus menyesap bibir Karin.
Setelah merasa butuh udara, dia melepas pangutan itu. Tangannya menyingkirkan helai merah yang berada di leher Karin. Terlihat jelas leher Karin yang bersih tanpa noda itu. Ah, jangan lupakan belahan dadanya yang juga terlihat. Terlihat jelas bahwa ada yang ingin keluar dari dress ketat yang digunakan Karin.
Sasuke menyeringai melihat Karin tersipu malu. Kemudian dia curi lagi bibir merah Karin, berusaha mencari kehangatan atau apapun yang bisa dia dapat lagi dari bibir itu. Karin melingkarkan tangannya di leher Sasuke dan meremas rambut hitam pria di atasnya. Tanpa sadar, mereka kembali melakukannya. Sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Wanita itu berusaha membuka matanya. Mencari secercah cahaya yang dapat menyinarinya. Membagi cahaya agar matanya dapat bersinar bahagia seperti dulu. Perih. Itulah yang dia terima. Sangat perih baginya.
Sulit baginya melihat di dalam air seperti itu. Gelembung-gelembung masih terus bermunculan tanda. Wanita itu mengerjap emeraldnya, tanpa sadar bibirnya membentuk empat buah suku kata yang selama ini sudah tidak bisa dia ucapkan. Empat suku kata yang dulu selalu dia ucapkan di pagi dan malamnya. Sebelum sebuah noda merusak lukisan indah yang telah mereka ciptakan.
"Sasuke-kun."
Wanita itu memeluk pria yang bertelanjang dada itu dari belakang. Tangannya melingkar erat di pinggang pria itu. Punggung pemuda itu menutupi dada wanita bersurai merah itu. Wajahnya dia sandarkan di bahu pria yang membelakanginya.
Pria itu terdiam. "Kau sudah bangun?" Dia merasakan anggukan dari belakang tubuhnya. Tangannya mengusap rambut merah itu lagi. Entahlah apa yang dia harapkan. Tetapi dia selalu merasa bersalah setiap kali melakukan hal ini, apalagi saat warna merah muda muncul di hadapannya.
Pria itu menatap ke arah cermin yang berada di kamar itu. Seperti sebuah film yang beralur mundur. Dia melihat seorang wanita berambut merah muda memeluknya dari belakang. Emerald yang bersinar bahagia menatap pantulan mereka.
Tanpa sadar, ingatannya telah mengacau kembali. Membawanya ke masa di mana dia menjamah wanita itu. Wanita merah mudanya. Menyentuh wanita yang menggunakan sleeveless hitam. Mengecup bibir merah mudanya, menyesap leher jenjangnya, dan juga membuat tanda kepemilikan di aset wanita itu.
Dia memejamkan matanya. Bukannya menghilang, bayangan itu terasa semakin nyata. Bayangan di mana dia berbaring dengan paha wanita berambut merah muda itu sebagai bantalnya di sebuah kamar bernuansa putih memenuhi kepalanya. Tawa itu. Kerlingan manja itu. Semuanya terasa masih segar di pikirannya. Kamar bernuansa putih yang penuh dengan foto-foto sepasang muda mudi. Foto ketika masih menjadi pelajar, foto betapa cantiknya wanita berambut merah muda itu ketika mereka berpiknik bersama serta foto perjalanannya menuju altar.
Pria itu membuka matanya, kembali mengusap rambut merah wanita di belakangnya. "Dengan mengusap lembut seperti ini, kau telah menyalurkan rasa hangat dan nyaman, Sasuke-kun." Pria itu tersenyum miris.
Pria itu mengerjap kembali, menatap pantulan bayangan mereka di cermin. Wanita di belakangnya terlelap begitu nyaman dengan posisi memeluk pria itu dengan erat seperti tidak mau melepaskannya. Tangannya berhenti mengusap wanita itu.
Tanpa sadar tangannya telah mengepal. Entah mengapa rasa bersalah dan sesal memasuki relung hatinya. Berusaha untuk menyesakkan dadanya lagi. "Maafkan aku, ..." Suaranya memecah keheningan yang tercipta di malam yang sudah larut ini.
'... Sakura.'
