HUSBANDOMU SADO, MAS!
Levi/Eren
rated T
main genres: humor/parody [crime]
warning: OOC. Typos [maybe]. Humor garing. Slash/shonen-ai/homo [better get off if you don't like it]. Etc
each characters in this story aren't mine. They belong to hajime isayama as the mangaka/creator of shingeki no kyoujin
.
Eren Jaeger, 16 tahun, fanboy rangkap fudan level naudzubillah maso-nya, Mas ... kerjaannya cari asupan yaoi hardcore r18 no sen***sor.
.
presented by cho
.
.
Seperti dijelaskan pada summary, tokoh utama kali ini adalah sosok makhluk kasat mata yang dianugrahi nama Eren Jaeger.
Artinya sungguh indah. Eren berarti Suci dari bahasa Turki, Jaeger berarti Pemburu, kata Ludwig si orang Jerman asli. Jika digabungakan maka lahirlah istilah Pemburu Suci.
Umurnya tepat menginjak angka 16 pada akhir bulan Maret kemarin lalu. Sebenarnya masih belum legal untuk melihat, membaca, mendengar, atau menonton, apalagi merasakan sensasi film bertajuk Ahn-Ahn-an.
Apakah itu?
Menurut wikiphobia lepas, 'ahn' disadur dari suara yang diciptakan oleh seorang uke saat sedang ena-enaan sama seme-nya. Singkatnya Video Dewasa, jadi Eren masih belum boleh merasakan kenikmatan yang bisa membuatnya melayang tinggi menembus atmosfer, kemudian ditabrak roket, dan dikirim balik ke ujung lain dunia dengan menembus kepadatan liang yang sempit dan panas.
Tapi apa sih yang tidak mungkin di jaman serba bebas ini? Ideologi liberal sudah mendarah daging, Men. Tak perlulah sembunyi-sembunyi dari kejaran penduduk kampung yang menggotong-gotong cangkul atau bambu runcing untuk menyunat si dedek kecil, karena tertangkap basah lagi kumpul kebo dengan sang kekasih.
Duhai Anakku, jaman kalian sudah bukan jaman Emak dan Babemu lagi, berbahagialah!
Jean sangat bahagia!
Loh, kenapa jadi Jean? Daritadi kita lagi menggosipkan Eren Jaeger, bukan dia.
Tenang, guys, tak perlulah kalian naik darah, melempar telor setengah matang, bahkan urat nadi sampai putus. Ceritaku belum selesai, budayakan membaca, ya.
Jean Kirstein, si pemilik marga yang paling rawan menyebabkan typo di angkatan 104, sering dilempari panggilan sayang oleh Eren dengan sebutan 'Muka Kuda', terkikik seperti spesiesnya saat suatu ketika menemukan fakta tabu sepanjang masa, yaitu sangka tak sangka Eren adalah cerminan remaja sholeh/a.
Eren rajin menabung, rajin mengaji, rajin sholat lima waktu di masjid, pun sangat patuh kepada kedua orang tua. Ibu dan Bapak mana yang tidak bangga mempunyai seorang putra/i seperti Eren Jaeger?
Sampai-sampai Nyonya Carla Jaeger tak kenal waktu juga tak kenal lelah memberitai anaknya yang sangat teladan kepada Ibu-Ibu PKK. Pun Tuan Grisha Jaeger juga tak mau kalah, ia dengan bangganya menciptakan suatu buku legedaris berisi syair-syair lagu Islami berjudul "Aku Anak Sholeh", yang sampai jaman musik aliran hardcore masih terkenal dengan salah satu lagunya "Tepuk Anak Sholeh prok prok prok".
Lah, kenapa malah jadi melenceng dari summary, sih? Bisa bikin cerita nggak lu, Thor!
Sudah kusabdakan protes sebelum membaca tuntas itu tidak baik, Nak. Jadilah kalian anak baik-baik agar tidak salah jalan dan sukses membobol gerbang surga dengan tusukan dewa. "JLEB-AHN!" begitulah bunyinya.
.
Yuk, mari fokus lagi.
Sekarang akan dimulai dari rumah yang lumayan besar serta bertabur bunga warna-warni dan berbagai jenis pepohonan di pekarangan, sangat hijau dan asri sejauh mata memandang. Tak lupa juga digencet di antara gedung-gedung pencakar langit yang indah diteropong dari puncak Himalaya. Sayangnya kasus global warming men-blacklist salah satu keajaiban dunia buatan di dalam buku sejarah, sehingga penghuninya tetap disebut anak kota.
Itu rumah Eren. Tempatnya bernaung dari panas, hujan, badai, dan segala aktivitas di luar yang mengancam hidupnya. Merupakan titik pusat bertemunya dua arus, yin dan yang, sehingga menciptakan suatu alibi besar karena manusia terlahir tidak sempurna.
Ustad Rifa'i pernah berkata, janganlah kau menjadi seorang pembohong, apalagi munafik. Karena percayalah, kedamaian dalam hidup hinamu akan pergi menjauh malanglang buana.
Sungguh kata-kata yang memotivasi, Eren sangat suka. Jika tombol di facebuuk bisa me-like lebih dari satu, maka dengan tekad sekuat titan, Eren akan menjebolkan keyboard komputer dengan memberinya 1000 like yang bersimbol cinta.
Suka boleh saja, tapi tak perlu diterapkan juga tak apa.
Mulailah terkuak rahasia "Ada Anak Sholeh di Luar Pintu Kamar", Tuan dan Nyonya Jaeger sangat menyukai serial itu. Sungguh mengerikan jika sikap itu dibina dan dibiarkan sampai gigi-gigi titan memerangkap kepalamu. Grisha sangat bersyukur karena putra satu-satunya tidak terjerumus seperti si tokoh utama.
Perlu kutegaskan sekali lagi, namanya Eren Jaeger, umur 16 tahun, dikabarkan cerminan anak alim oleh Tuan dan Nyonya Jaeger. Kedua orang tuanya sangat bangga, maka dari itu lahirlah berbagai macam merchandise Eren Anak Alim yang tersedia di outlet dekat rumah anda.
.
Namun segalanya berubah setelah demam menyerang.
Saat itu puncak malam purnama. Auman serigala tertangkap oleh alat pendeteksi gelombang infrasonik yang digantung di tengah kota. Geletar dingin menyambar kulit di bagian tengkuk, yang kata orang jaman dulu baru saja ada makluk entah apa yang sedang melintas di belakangmu. Tak lupa raungan petir turut memeriahkan suasana.
Carla meratap. Dipeluknya kitab suci dengan sangat erat, matanya bersimbah air mata, mukanya kusut terlihat lebih tua, make up-nya luntur membuatnya pantas disetarakan dengan tokoh Palak dari film The Penggunting Dua.
Grisha berlapang dada. Ia lebih tabah dari isteri tercinta, karena ia sangat percaya bahwa garis hidup umat manusia di bumi sudah ada pengaturnya. Jika memang inilah akhirnya, mau kau protes sampai muncrat pun tetap tak akan ada gunaya.
Mikasa mematung. Tatapannya dilempar ke langit-langit kamar, tak kuasa menyoroti seenggok daging yang menggeliat tak berdaya di atas ranjang. Inginnya menguatkan bibi Carla, namun sendirinya juga menahan luapan air mata. Hampir saja melangkah mendekati paman Grisha, namun hati kecilnya terus berteriak "WATASHI WA TSUYOI DESUKARA".
Eren sakaratul maut. Tubuhnya bergetar hebat, suhunya lebih panas dari api yang membara. Matanya melotot ingin keluar, urat nadinya sudah lebih dulu menyembul keluar, mulutnya mengeluarkan cairan putih seperti buih di lautan. Jika dia belum bereinkarnasi, mungkin saat ini rumah gedongannya sudah ambruk diseruduk titan.
Eren Jaeger, 16 tahun, remaja baik-baik, menghembuskan napas terakhir tepat pukul 00.00 Waktu Jerman Barat.
Tangisan pecah menggaung di dalam ruangan yang penuh poster titan-titan. Carla sudah tak kuat, bukannya lari memeluk sang buah hati untuk terakhir kali, ia malah membawa sang kaki pergi keluar kamar. Grisha berjalan gontai mengikuti, berniat memeluk isteri tercinta di bawah siraman cahaya bulan.
Hanya Mikasa yang setia menunggu raga tak bernyawa kawan sejak kecilnya itu. Akhirnya air mata tumpah membanjiri pipi setelah tiga hari tiga malam dikunci tak boleh keluar. Disentuhnya pipi kenyal yang sudah berubah sedingin es di Kutub Utara. Tak kuasa lagi, Mikasa cepat-cepat menarik tangannya yang bergetar hebat kemudian lompat keluar jendela.
Ruang kamar itu berubah sunyi. Jika direkam dengan menggunakan efek seperti di film-film horor, kamarnya tak jauh beda dengan suasana di film Anabeleen atau Now You Shit Me yang sangat disukai Eren semasa hidupnya.
Tapi salah jika kau mengira seorang harapan akan mati secepat itu.
Entah cahaya purnama yang berkumpul menjadi satu dan membuat gumpalan panjang seperti tombak, atau mungkin setan yang berwujud kobaran api, benda itu melesak masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Tiada yang bisa menjawab fenomena bersejarah itu.
Mikasa yang semenit lalu kejungkal dengan tidak etisnya dari lantai tiga rumah keluarga Jaeger, buru-buru lari secepat kilat menaiki 300 anak tangga dan tiba semenit kemudian.
BRAK
Mikasa memang tsuyoi.
Pintu kamar Eren terjeblak lebar. Nafas Mikasa memburu, urat nadinya hampir mencuat keluar, badannya basah akan keringat panas campur dingin. Ia sempat panik bukan main saat melihat sesuatu yang berusaha menerobos jendela kamar Eren, sangat silau dan tidak jelas wujudnya. Jika itu dedemit yang menyamar, Mikasa bersumpah akan menghajarnya sampai tak bisa kembali lagi ke neraka.
"Mikasa ...?"
Yang disapa megap-megap.
[ RivaEre – Husbandomu Sado, Mas – Chapter 1 ]
Armin Arlert, 16 tahun, sahabat karib Eren Jaeger.
Sosoknya kali ini berdiri tegak di depan pintu berwarna pelangi, tangannya sibuk menenteng dua buah kantong kresek berwarna pink kembang-kembang. Dari dekat bisa dilihat ada sebuah papan kecil menggantung di tengah-tengah pintu yang bertuliskan, "JANGAN MAIN NYELONONG, AKU JUGA PUNYA HATI".
Entah apa maksudnya itu, mungkin hanya Eren dan Tuhan yang tahu. Namun jika yang sedang kita bicarakan adalah Armin Arlert, si bocah analitis super jenius, yang beberapa abad lalu pernah mengorbankan hidup rapuhnya demi kelangsungan ide brillian di medan perang, tak perlu disuruh oleh pak Guru pun dengan pengertian Armin akan menafsirkannya untuk kalian.
Jika Grisha menatap sinis anaknya dan mulai bertanya perihal arti warna pelangi di pintu kamar, maka Eren akan menyuarakan pembelaan, "Ayah seharusnya bangga! Setiap warna ini memiliki makna tersendiri. Merah berarti berani, kuning itu ceria, hijau yaitu menentramkan dan-" blablabla uraiannya sepanjang naskah pidato Presiden Indonesia.
Suatu ketika sang Ibunda pun juga melemparkan pertanyaan, apa sesungguhnya arti dari peringatan itu, wahai anakku? Dengan senyuman Eren akan menjawab, "Ibu, seperti dipetik dari ceramah Ustad Rifa'i yang tersohor, hendaklah menghargai privasi orang lain seperti ibu ingin dihargai. Karena setiap manusia mempunyai hati untuk saling dijaga agar tidak tersakiti."
Grisha dan Carla melayang di udara.
Namun katakan tidak pada Armin dan Mikasa.
Biarkan Armin yang menjelaskan semuanya.
Jika dihitung dari angka hidup Eren yang telah berjumlah 16, kemudian diteliti lebih lanjut mengenai perubahan pada tubuhnya, jangan lupa ditelaah dari segi barang kebutuhan, dan padupadankanlah dengan sikapnya di sekolah, rumah, dan kamar mandi, maka terciptalah suatu penemuan besar oleh calon Profesor Armin Arlert, Ph.D..
Masa pubertas Eren kian menjadi-jadi.
Setiap orang pasti akan mengalami masa pubertas. Seperti mulai tertarik dengan lawan jenis, malu-malu bajing saat disinggung soal kekasih, bahkan sampai tak kuasa menahan hawa nafsu yang menyebabkan si kecil tegak berdiri. Hal itu sangat wajar untuk kaum remaja lelaki.
Sayangnya Eren tidak wajar.
.
Pintu kamar bercorak pelangi dibuka dari dalam. Armin segera dipersilakan masuk. Seperti biasa, setiap diperbolehkan memasuki kamar Eren, dengan mengehela napas dan mengelus-elus dada, Armin akan mengamati setiap sudut kamar itu dengan seksama, tak lupa ia juga mengecek setiap kolong dan tempat-tempat yang tak terjamah oleh mata.
"Pelangi berarti simbol LGBT, tapi kau cuma suka homoan. Kau juga sengaja menulis peringatan di depan pintu kamarmu itu agar paman Grisha dan bibi Carla tidak main srobot masuk, kan? Tau-taunya waktu mereka masuk kau lagi enak-enak nonton Love Steak atau baca kitab andalan, bisa berabe entar. Kau sama sekali tidak berubah, Eren."
Yang diajak bicara malah asyik mengunyah Burger Keju yang diambil dari kantong kresek kembang-kembang. Armin maklum.
"Sampai kapan kau akan meneruskan hobi gilamu itu, huh? Aku sebagai sahabatmu sakit melihatmu begini terus, Ren," ucap Armin sangat dramatis sembari membuka-buka komik yang bersampul cowok sama cowok berpeluk cium basah dari kolong tempat tidur empunya kamar. Dibuka lagi satu halaman, terlihat dua remaja laki-laki saling tindih-menindih.
"Lo waras, Min? Gitu-gitu juga lo hobi pinjem doujin BL hardcore gue."
Armin diam saja, sepertinya sudah terlarut dalam dunia abnormal kesukaan Eren.
"Gimana doujin terbaru gue, heh? Keren, kan!"
"Ini Levi x Reader?"
"Iya, dong! Gue gak terima kalau my husbando sama cewek atau cowok selain gue. Dia hanya punya gue seorang!"
"Gue lebih suka Komandan Pasukan Pengintai sama si rambut pirang yang mati kebakar itu- Ahhh kenapa dia harus mati sih! OTP gue jadi karam kan," ratap Armin sembari melempar doujin BL R18 kesayangan Eren ke sembarang tempat.
Eren berhasil menangkapnya sebelum buku keramat itu mendarat ke lobang saos hamburger, "WOY! JANGAN ASAL LEMPAR, MIN! INI HARGANYA MAHAL!"
"Persetan sama buku lo, Ren! Gue lagi brokokoro sejak dua bulan yang lalu. Kabar Komandan Erwin aja entah gimana, ini karakter favorit lain gue malah mati. Kan, kampret!" Armin berguling-guling di karpet beludru.
"Tsk, biasa aja kali. Entah kenapa feelings gue Om Erwin sama korban pedonya masih ada posibilitas hidup. Lagian bukannya tempo hari lo yang pertama ngeluarin gagasan ini, Min," balas Eren tak acuh. Tangannya mulai mengetik kata sandi di laptop yang berisi folder di dalam folder terus di dalamnya ada folder lagi dan seterusnya sampai si kepo-er lelah dan lebih memilih tombol 'close' sebagai jalan keluar.
"Om Erwin?"
"Ya, dia kan emang udah tua, umurnya mungkin kisaran kepala tiga hampir kepala empat."
"Sialan lo! Segitu belum tua kali, Ren. Lagian Levi juga udah om-om."
"Gak! Dia spesial gue panggil 'Kakanda'."
"Najis!"
Eren tidak membalas, ia sudah terlalu sibuk menonton video buatan fans yang sedang menayangkan Levi bertelanjang dada, kemudian adegan selanjutnya adalah sosok yang dikenal sebagai Viewer datang mengelus seluruh tubuh maskulin spesial enam pak yang terkena cipratan air sungai. Eren memasang mimik yaranaika.
"Ngomong-ngomong soal SnK, besok ada jumpa fans kan di Shinggasina Mall? Lo mau ke sana, Ren?"
Eren mengernyit, "lo bilang apa sih, Min? Pertanyaan lo retorik tahu, nggak."
"Ya kan gue cuma mastiin, gak usah sewot gitu juga kali. Ngomong-ngomong, lo udah beli hadiah buat bias lo?"
Seketika itu juga Eren menghentikan laju film-nya. "Belum, gue pengin beli tapi masih bingung mau kasih apa. Sebenarnya mau kasih teh hitam, minuman favorit doi, tapi gue nggak yakin kalau cuma itu aja. Gue pengin sesuatu yang spesial dan nggak gampang dilupakan." Eren menatap langit kamar. "Ada saran, Min?"
Armin terlihat menimbang-nimbang jawaban sebelum ia menjawab, "Aslinya gue juga bingung kalau disuruh kasih nasihat soal beginian. Kenapa enggak coba tanya cewek aja kalau benda buat bias cowok, biasanya mereka yang paling ahli. Mikasa mungkin?"
"Mustahil! Mikasa gak bisa jaga rahasia. Terakhir kali waktu dia main ke sini aja hampir bongkar rahasia kalau gue doyan homo sama ortu gue. Sampai-sampai gue rela umpetin semua benda-benda keramat gue ke WC."
"Whoa, serius, Ren?" Armin menggali upil. "Kalau Sasha nggak mungkin, Annie apalagi. Paling bisa ya Historia," Armin manggut-manggut yakin setelah dilihatnya benda kecil berlendir di ujung kukunya.
"Lo jijay banget sumpah!" Eren melirik jijik. "Tapi serius yakin, Min? Historia emang paling cocok, tapi dia lesbi. Gak masalah juga sih sama orientasi seksnya, tapi yang jadi permasalahan itu pacarnya, si Ymir."
"Iya sih, Ren. Tapi kan kita belum pernah nyoba. Serius mau mundur?"
"Tapi-"
"Lo sebenarnya niat nggak ngasih hadiah istimewa buat bias lo?" Armin memutar bola mata bosan.
Eren pun kicep lalu mengangguk pelan.
[ RivaEre – Husbandomu Sado, Mas – Chapter 1 ]
Jika berbicara kejujuran, sebenarnya keluar masuk gerbang tinggi menjulang rumah keluarga Jaeger itu tidaklah mudah.
Saat bertamu, tubuhmu akan diperiksa sedemikian rupa setelah melewati X-Tray oleh Security Exlusive walaupun kau sama sekali tidak meninggalkan bunyi Tet Tet. Jika tertangkap basah kau berniat menyelundupkan sesuatu, jangan harap anjing herder akan diam saja di tempat.
Itu pun masih belum selesai, sesampainya di dalam, kau akan melewati perbatasan pintu depan yang sangat besar, di pojok kanan dan kiri atas teras ada CCTV yang 24 jam non-stop mengawasi. Jika kau diterima, maka loloslah ke tahap selanjutnya, dan jika lolos lagi, masih belum selesai sampai sana. Armin keburu lelah menceritakan.
Begitu pula dengan izin keluar rumah. Prosesnya sangat panjang untuk orang asing, bahkan seperti Armin dan Mikasa yang notabene-nya adalah sahabat Eren sejak kecil, mereka juga perlu melewati tahap-tahap tertentu.
Tapi Armin kali ini boleh bernapas lega. Karena sang anak kesayangan Tuan Rumah ikut andil bagian. Tak perlulah Tuan dan Nyonya Jaeger mengintrogasi Eren di tempat, karena mereka sudah sangat percaya terhadap anak semata wayangnya.
Eren bernapas selega Armin. Walau awalnya takut-takut kucing karena kejadian tempo hari yang berhubungan dengan Mikasa dan hobi Eren, namun dia masih boleh menginjakkan kaki keluar tampa dilempari serbuan pertanyaan dari sang Ibunda. Ia hanya dibuat begidik ngeri akan tatapan sangar Ayahanda.
"Aku sudah menghubungi Historia, kita akan bertemu dengannya di Cafetaria," ujar Armin sembari menatap layar ponsel genggam.
"Bagaimana dengan Ymir?"
"Aku tidak menyuruhnya untuk mengajak Ymir, dan sepertinya Historia paham dengan tingkah laku pacarnya."
Eren manggut-manggut.
Tak membutuhkan waktu lebih dari setengah jam, mereka berdua sudah tiba di pintu depan Cafetaria yang paling terkenal di pelosok Shinggasina. Geleng kanan geleng kiri, ketemulah sosok Historia Reiss yang sedang mengenakan dress berenda pink, sedang tersenyum cerah di ujung Cafe.
"Hai, sudah lama?" sapa Armin ceria.
"Tidak, kok. Aku baru saja sampai. Apa kabar kalian?"
"Baik."
"Tidak buruk. Kau?"
"Baik juga, terima kasih, Eren." Senyum Historia merekah.
Semua orang yang berada di TKP berdentum terpesona, termasuk Armin Arlert yang langsung tersipu malu. Wajah manis Historia memang sangat melegenda, tak ada pria yang kuat menahan sengatannya. Bahkan Reiner sampai rela berubah menjadi titan hanya untuk bersaing dengan Ymir.
Hanya Eren Jaeger seorang yang tidak ikut-ikutan nge-hits. Dengan tak acuhnya ia mengabaikan Historia dan malah melenggang pergi memesan makanan. Armin berta'awud dalam kalbu.
"Aku sudah menemukan apa yang kalian cari."
"Benarkah?! Aku memang tidak salah meminta bantuanmu. Kau sangat bisa diandalkan, Historia!"
"Apa itu?" tanya Eren sembari mengunyah Hamburger Keju.
"Menurut ramalan zodiac, seorang pria Capricorn itu menyukai sesuatu yang eklusif dan unik. Jika Eren ingin sesuatu itu tidak akan pernah dilupakannya sampai akhir hayat, maka benda yang cocok adalah—"
Hembusan angin mistis menampar Eren dengan kasar. Denting piano yang menentramkan jiwa berubah menjadi cicitan gitar yang membikin nyeri. keremangan cahaya yang semula memberi kesan romantis terganti oleh kegelapan total.
Seluruh pengunjung Cafe terpaku. Lampu fokus menyoroti panggung yang semula tertutup rapat oleh tirai.
Seketika Eren mengejang.
.
"Hizamazuke, butadomo ga."
.
.
Gak ada lo jadi gak rame. Tiada drama maka tak kece.
Nantikan kelanjutan cerita setelah pesan-pesan berikut ini hanya di,
"TOP TEN HUSBANDO TERSEKSI DI MUSIM KAWIN".
TO BE CONTINUED
A/N:
Ada beberapa alasan kenap dialog mereka kadang pakai bahasa gaul, kadang lumayan formal ya.
Ini fanfik yang udah diketik sejak jaman armin hampir mampus dan baru di-publish sekarang. Makanya perkataan armin di atas adalah suatu bentuk analisis yang innalillahi melenceng dikit(?)—oh my om erwin ;;;;;
Karena ngubek2 dokumen dan nemu ini, pas banget juga minggu-minggu peluncuran SNK season 2, akhirnya saya putuskan untuk mem-publish-nya menjadi 2/lebih chapter (insyaAllah). Semoga bisa update kilat ya, doakan.
Yuk tinggalkan krisar dan berkenalan dengan Mrs. Ackerman /o/
With love,
Cho
