Disclaimer: Anime serta Manga Naruto adalah milik Masashi Kishimoto

Warning: Mengandung Gender Bender, Semi-AU, Many Bashing (Later will have a character development), semi-dark, and many more

Summary: Kehidupan Naruto berubah menjadi lebih unik di saat sang pemeran utama memiliki perbedaan dari yang aslinya: di mana Naruto Uzumaki terlahir sebagai perempuan dan sebuah kejadian mengubah seluruh hidupnya. Di saat Naruto yang sedang kabur dari amukan masa, ia tanpa sengaja berhasil keluar dari perbatasan Konoha dan di culik oleh ninja dari Iwagakure.

Pairing: (Main) Gaara X (Fem) Naruto dan (One sided) Sasuke x (Fem) Naruto


Tale of Jinchuriki: The Little Fox Girl

Chapter 1 – The little fox girl and her savior


Seorang gadis kecil tengah berlari secepat yang ia bisa, kaki kecilnya yang tidak di balut oleh apapun terus bergerak membawanya entah ke mana namun sang gadis tidak memperdulikannya, yang ia tahu adalah dirinya harus berlari sejauh munkin lalu bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya.

Sang gadis tidak perlu menengok ke belakang untuk melihat siapa yang mengejarnya karena ia sudah tahu siapa mereka, ia sudah terbiasa kabur dari mereka yang mencoba menyakitinya dan memanggilnya dengan panggilan-panggilan jahat yang bahkan sang gadis kecil tidak tahu mengapa ia di panggil seperti itu.

Monster rubah, rubah terkutuk, rubah setan, dan masih banyak lagi panggilan yang ia tidak mengerti artinya yang selalu orang-orang itu gunakan untuk memanggilnya, namanya adalah Naruto Uzumaki dan mereka tahu itu namun kenapa mereka memanggilnya dengan panggilan-panggilan kejam seperti itu?

Apakah hanya karena ia sering mengerjai orang dan berbuat onar? Namun sepertinya bila anak lain yang seumuran dengannya melakukan hal yang sama, mereka tidak pernah di panggil dengan panggilan kejam seperti dirinya ataupun di perlakukan seperti dirinya sekarang: di kejar-kejar oleh orang-orang yang membawa berbagai macam benda yang akan mereka gunakan untuk melukainya.

Sang gadis kecil yang biasa di panggil Naru oleh satu-satunya orang yang menyayanginya terus saja berlari hingga ia sampai pada sebuah dinding besar, ia terpojok dan tidak ada tempat untuk kabur lagi! Perasaan panik bercampur takut langsung memenuhinya hingga matanya yang berwarna biru cerah melihat sebuah lubang kecil tidak jauh darinya.

"Monster itu pergi ke arah perbatasan! Dia pasti terpojok! Ayo kita musnahkan dia!" Kata salah satu orang yang mengejar Naru yang di sambut dengan antusias orang lainnya sehingga membuat Naru tidak punya pilihan lain selain kabur melewati lubang tersebut.

"Mau ke mana kau monster rubah!" Namun belum sempat ia berhasil merangkak keluar dari lubang tersebut dan kabur, kakinya di Tarik oleh seseorang dan ia berteriak minta tolong sambil meronta.

Orang-orang tersebut malah tertawa mendengarnya minta di lepas dan orang yang menarik kakinya menarik lebih kencang dirinya, tangan kecilnya mencoba menggapai jalan keluar dari lubang tersebut.

Namun tiba-tiba saja ada tangan lain dari luar lubang tersebut yang meraih tangannya dan menarik dirinya ke arah sebaliknya dari orang-orang yang ada di dalam desa yang mencoba menarik kakinya, karena faktor kekuatan; yang menarik tangannya lah yang berhasil menariknya ke arah luar dari lubang tersebut.

Orang-orang yang mengejarnya hanya bisa menatap kaget lubang tempat Naru kabur sebelum seseorang mengatakan bahwa lebih baik ia di biarkan keluar Konoha dan mati di luar sana.

Naru yang terlalu kaget melihat siapa yang berhasil menariknya tidak perduli lagi dengan orang-orang yang tadi mengejarnya dan hanya bisa menatap horor siapa pemilik tangan tersebut.

Hal yang membuat Naru takut adalah ikat kepala yang di gunakan oleh pemilik tangan tersebut, kakeknya pernah menasihati dirinya untuk tidak pernah mendekati orang-orang yang mengenakan ikat kepala sampai nanti waktunya ia di perbolehkan, sang kakek juga mengatakan bahwa ia juga harus menjauhi siapapun yang menggunakan ikat kepala dengan logo berbeda dengan logo yang pernah sang kakek perlihatkan kepadanya.

Dan sekarang Naru tengah berhadapan dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian berbeda dengan orang-orang yang biasa ia lihat di desa yang mengenakan ikat kepala dan logo yang tertera di ikat kepala tersebut berbentuk seperti dua buah batu yang berdekatan.

Sang pemilik tangan yang menarik Naru juga kelihatan tidak kalah kaget dengannya, wajahnya memperlihatkan ekspresi kaget lalu pelan-pelan berubah menjadi amarah lalu berubah lagi menjadi rasa senang.

Hal terakhir yang Naru lihat sebelum ia buat pingsan oleh yang menangkapnya adalah orang tersebut berbicara dengan temannya sambil memperlihatkan dirinya "Munkin… Anak dari… Harus melapor… Tsuchikage-sama…"

Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri namun di saat ia bangun. Matahari sudah menghilang dan di gantikan posisinya oleh sang rembulan, ia juga di ikat dan mulutnya di tutup dengan sesuatu.

Pemandangan yang menyambutnya di kala ia siuman bukan lah pemandangan indah, di depannya ada dua orang yang ia tidak kenal tengah berbincang-bincang dan ia sedang berada di sebuah hutan yang ia tidak kenali, namun Naru tahu bahwa ia sudah tidak berada di desa lagi.

Ia mencoba melepaskan diri namun bergerak saja ia sudah kesulitan dan malah menarik perhatian dua orang yang menculiknya, salah seorang yang menculiknya bangun dari posisinya dan menghampirinya, membuat Naru mencoba menjauh.

"Tidak salah lagi! Ia benar-benar anak dari kau-tahu-siapa!" Orang tersebut menyerigai dan menarik secara paksa kepalanya agar ia bisa memperlihatkan dirinya kepada temannya "Mata biru, rambut kuning dan berasal dari Konoha! Aku tidak percaya kita akan seberuntung ini!"

Temannya menyeringai, ia bangun dari posisinya dan berjalan mendekati Naru juga "Oh ya ampun! Aku yakin kita akan mendapat bayaran yang sangat besar dan kenaikan pangkat!"

Orang yang menarik wajahnya dengan kasar mendorongnya dan menendang perutnya tanpa ampun, seringaian di wajahnya tidak pernah menghilang "Kita beruntung sekali ya!"

"Hei jangan kasar-kasar! Kita harus membawanya hidup-hidup agar Tsuchikage-sama bisa memberikan uang lebih kepada kita! Biar Tsuchikage-sama yang mengeksekusinya!" Naru tidak tahu apa yang di maksud oleh penculiknya tapi ia yakin itu tidak akan berakhir baik untuknya.

"Oh ayolah! Biarkan aku bersenang-senang! Ayahnya membunuh kakekku! Aku mau balas dendam sedikit!" Sang penculik yang menendangnya tadi menatap benci Naru lalu mengangkat Naru dari kerah bajunya.

"Hmm… sebenarnya aku juga…" Temannya ikut menatap benci Naru, ia tahu tatapan itu akan berarti rasa sakit untuk Naru dan Naru hanya bisa meronta-ronta minta di lepaskan dan minta tolong, namun dengan tubuhnya yang terikat dan mulutnya yang di bungkam ia tidak bisa melakukan apa-apa.


Naru tidak tahu sudah berapa lama ia di culik, tubuhnya sudah penuh dengan luka dan lebam, matanya sembab karena tidak bisa berhenti menangis dan sebuah kantung mata menghiasi wajahnya.

Selama ia di culik ia selalu saja di siksa bila saja kedua penculiknya merasa bosan atau merasa kesal, ia tidak pernah di berikan makanan dengan cukup dan hanya di jejalkan saja semau mereka apapun itu makanan yang rasanya sudah seperti sampah.

Namun yang Naru tahu adalah suatu hari di kala ia pingsan di karenakan di siksa secara berlebihan, ia pingsan dan di saat ia bangun ia berada di sebuah tempat yang seperti selokan dengan sebuah kandang berukuran jumbo di depannya.

Naru duduk di tempatnya dan hanya bisa menangis, ia memanggil-manggil kakeknya dan berteriak minta tolong, namun tidak ada yang datang. Namun setelah berberapa saat, sebuah suara membuat Naruto tersentak kaget.

"Diam bocah cengeng! Aku tidak bisa tidur!" Kata sebuah suara yang berat dan menyeramkan, suara itu berasal dari dalam kandang (jeruji besi?) di depannya, pelan-pelan seekor rubah berukuran raksasa muncul dari balik bayangan hitam di dalam kandang tersebut.

Naru tersentak kaget namun ia tidak bergerak sama sekali, matanya yang berwarna biru cerah menatap lekat-lekat mata rubah tersebut yang berwarna merah darah, ia berhenti menangis dan menatap bingung rubah di depannya.

"Ck, menyebalkan sekali, aku harus di segel di dalam bocah cengeng ini" Sang rubah mengerang pelan, pandangan matanya tidak lepas wajah Naru "Dasar manusia keparat"

Naru terdiam, ia tidak bergerak sama sekali dan tetap menatap mata sang rubah, setelah berberapa saat akhirnya mulutnya terbuka dan sebuah suara keluar dari dalamnya "SIapa… kau?"

"Bocah cengeng tidak berguna seperti dirimu tidak perlu tahu!" Sang rubah menatap tajam Naru yang bangun dari posisinya dan berjalan ke dekatnya, ia melirik segel yang menutup pintu yang mencuncinya lalu menatap Naru kembali "Oi, lepaskan aku sekarang dan munkin aku akan menjawab pertanyaanmu"

Naru dengan perasaan tanpa takut berjalan mendekat ke arah sang rubah lalu menatap bingung sang rubah di saat mendengar permintaannya "Melepaskanmu? Bagaimana caranya?"

Sang rubah mengerang pelan dan memutar bola matanya dengan bosan sebelum menunjuk ke arah kertas yang menyegel dirinya "Sobek kertas itu"

Naruto menatap kertas yang di tunjuk oleh sang rubah namun sebuah ekspresi sedih terlukis di wajahnya "Terlalu tinggi, aku tidak bisa menjangkaunya"

Sang rubah menepuk keningnya dan mengerang keras, di saat ia mendapatkan kesempatan untuk di lepaskan, ia terkena ketidak beruntungan di karenakan penahannya masih terlalu kecil dan pendek untuk meraih segel tersebut, belum lagi sang penahan belum bisa menggunakan kekuatan apapun untuk bisa meraih segel tersebut "Bocah sialan!"

"Aku bukan bocah sialan! Namaku Naruto! Aku biasa di panggil Naru!" Naru menatap tidak suka sang rubah, ia tidak suka di panggil dengan nama-nama buatan seperti itu, ia punya nama dan ia ingin di panggil dengan namanya dengan baik dan benar tanpa menambah embel-embel apapun.

"Hah?! Kau berani menyuruh-nyuruhku? Dasar bocah tidak tahu diri!" Sang rubah menggerakkan tangannya untuk meraih Naru dan mencakarnya dengan kukunya yang tajam, namun kandang yang mengurungnya membuatnya tidak bisa menjangkau Naru sama sekali.

Naruto sedikit mundur karena kaget namun melihat sang rubah tidak bisa melukainya membuatnya kembali berjalan mendekati sang rubah sebelum duduk di dekat kandang tersebut dan memeluk kedua kakinya.

Sang rubah diam saja sebelum membuang mukanya dan memutuskan untuk bersembunyi di dalam kegelapan kandangnya sebelum apa yang di katakan oleh Naru membuatnya terdiam membatu.

"Tu-tunggu! Jangan tinggalkan aku! Temani aku…" Kata Naru dengan lirih, ia tidak mau sendirian di tempat yang aneh seperti ini dan ia membutuhkan seseorang untuk di ajak bicara agar ia tidak bosan karena setidaknya ia di sini tidak merasa sakit atau di sakiti.

"Hah? Apakah kau sudah gila? Apakah menurutmu aku akan melakukan apa yang kau inginkan, bocah tidak berguna!" sang rubah mendesis keras, ia merasa bingung bercampur kesal dengan apa yang gadis kecil di depannya katakan.

Ia adalah Kyuubi, orang-orang takut dengannya dan menganggapnya monster, tidak ada yang mau mendekat—jangankan melihat dirinya—kepadanya, orang dewasa saja lari terbirit-birit melihat dirinya dan bocak kecil ini malah memintanya untuk menemaninya? Apakah ia tidak takut dengannya? Atau karena saking bodohnya, bocah ini tidak tahu betapa berbahayanya dirinya?

Ia tahu bahwa penahannya yang satu ini di benci oleh warga desa, bocah kecil ini di kira reinkarnasi dirinya yang bisa saja nanti menghancurkan desa, ia tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun kecuali sang Sandaime Hokage, namun sang Hokage sendiri terlalu sibuk jadi tidak bisa memberikan kasih sayangnya setiap hari, jangankan di beri pelajaran, ia tidak di anggap sebagai manusia sama sekali oleh orang-orang di sekitarnya.

Semuanya hanya karena ia adalah seorang Jinchuruki yang menahan dirinya, sang rubah berekor sembilan yang pernah menghancurkan Konoha dulu.

"Kau gila bocah? Apakah kau terlalu lama di siksa hingga otakmu sudah tidak berkerja dengan baik lagi?" Sang rubah yang ternyata adalah Kyuubi menatap aneh Naru, namun ia tidak bergerak sama sekali, seperti menunggu respon dari Naru.

"Aku… tidak mau sendirian… aku takut di sini sendirian…" Kyuubi harus menahan dirinya untuk tidak memarahi Naru karena alasan mengapa tempat di dalamnya berbentuk seperti selokan adalah karena Naru sendiri yang pikirannya yang tidak stabil dan merasa seperti hidup di tempat yang layak di tempati, maka jadinya alam bawah sadarnya seperti sebuah selokan.

"Salahkan dirimu sendiri, bocah sialan" Kyuubi membuang mukanya dan meninggalkan Naru untuk bersembunyi di balik bayangan kandangnya, namun ia meninggalkan satu buah ekornya yang bisa terlihat oleh Naru.

Tanpa ia sadari, ada sebuah perasaan senang yang menyelimutinya karena mendengar ada seseorang yang menginginkan dirinya berada di sampingnya, ia di inginkan dan tidak di anggap sebagai monster yang tidak berperasaan serta hanya di anggap sebagai senjata.

Naru tentu saja menyadarinya dan tersenyum kecil namun diam saja, ia menutup matanya untuk pergi ke dunia mimpi dan bersiap-siap untuk bangun lagi dan menerima siksaan yang seharusnya bisa membuatnya dalam ambang kematian namun entah mengapa tidak.

Itu adalah pertama kalinya ia bertemu sang rubah raksasa di selokan yang gelap dan pengap entah di mana, namun Naru tidak keberatan karena baginya, tempat itu adalah tempat yang paling ia sukai karena tidak ada orang yang bisa melukainya.

Kedua kalinya mereka bertemu adalah di saat penculiknya meninggalkan dirinya di sebuah ruangan yang kemunkinan besar adalah sebuah tempat penginapan di desa kecil agak jauh dari Konohagakure, ia mendengar bahwa mereka berdua mulai bosan dan lelah untuk tidur di alam liar dan memutuskan untuk beristirahat di desa kecil dan membeli suplai agar mereka bisa bertahan hingga sampai ke tempat tujuan mereka.

Mereka berfikir Naru tidak akan bisa kabur lagi karena mereka sudah sedikit menyiksa Naru dan mengikatnya dengan sangat kencang serta menguncinya di kamar tersebut, namun Naru tidak perduli dan di saat ia hilang kesadarannya; ia sudah berada di selokan tempat ia bertemu dengan sang rubah.

"Halo tuan rubah" Naru menyapa sang rubah yang masih bersembunyi di balik bayangan kandang, ia kembali berjalan mendekati kandang tersebut dan duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya "Senang bisa bertemu denganmu lagi"

Sang Kyuubi memperlihatkan wujudnya dan menatap kesal Naru "Apa lagi maumu bocah"

Naru entah mengapa sangat suka berada di tempat tersebut dan bertemu dengan sang rubah, ia terus-menerus mendatangi sang rubah yang ia panggil dengan panggilan 'tuan rubah' karena sang rubah tidak mau di panggil dengan rubah saja dan menginginkan dirinya di agung-agungkan.

Naru terus menerus menemui sang rubah di saat ia ada kesempatan setelah ia bertemu dengan sang rubah untuk ketiga kalinya, ia sudah bisa menemui sang rubah tanpa harus di hajar habis-habisan dan di buat pingsan. Hingga pada pertemuan yang kedua belas, sang rubah akhirnya angkat bicara.

"Kenapa kau senang sekali datang kesini bocah? Kau mengganggu!" Sang Kyuubi yang sudah tidak bisa menahan perasaan bingungnya akhirnya berbicara, selama satu minggu Naru di culik dan akan di bawa ke Iwagakure, Naru selalu mencoba menemui dirinya dan selalu saja mengajaknya berbicara, apa yang penahannya lakukan membuatnya bingung sekaligus… marah? Karena ia mulai merasakan perasaan aneh yang membuatnya jijik sendiri, sejak kapan ia memiliki perasaan seperti… iba? Kasih sayang?! Ia membenci manusia!

Namun mendengar jawaban penahannya, ia di buat terdiam seribu bahasa.

"Karena aku suka bersamamu tuan rubah, kau tidak mencoba menyakitiku dan kau mau mendengarkan aku berbicara" Kata Naru dengan nada polos yang bercampur senang, sebuah senyuman lebar terlukis di bibirnya, matanya yang berwarna biru menyinarkan rasa sayang dan kepolosan yang di tujukan kepada sang rubah.

Tiba-tiba saja amarah memenuhi dirinya, ia bangun dari posisinya dan mengerang dengan keras, matanya mengecil dan mulutnya terbuka dengan lebar, memperlihatkan gigi-gigi taringnya yang tajam "Jangan macam-macam bocah sialan! Aku bukannya tidak mau menyakitimu tapi aku tidak bisa menyakitimu karena segel tidak berguna ini! dan aku tidak ada pilihan lain selain mendengar omonganmu karena aku terkunci, dasar bocah sialan!"

Naru mengerutkan keningnya, ia tidak merasa takut sama sekali dan malah memandang bingung Kyuubi, seperti ia tidak mengerti apapun yang di katakan oleh sang rubah dan tidak menyadari amarah dan aura membunuh yang di keluarkan olehnya.

"Aku membenci manusia! Dan kau adalah manusia yang tidak tahu diri!" Sang rubah yang amarahnya sudah meluap-luap mencoba menerkam Naru namun ia berhenti di saat mendengar apa yang Naru katakan selanjutnya.

"Mengapa kau membenci manusia?" Tanya Naru, matanya tidak pernah berhenti menatap mata sang rubah tanpa ada rasa takut sama sekali.

"Apakah kau ini kelewat bodoh hah? Mereka adalah mahluk menjijikkan yang tidak tahu diri! Mereka mengatai kami monster sedangkan mereka yang menangkap kami dan menjadikan kami senjata! Menganggap kami mahluk tidak berperasaan sedangkan mereka memenjarakan kami tanpa memikirkan perasaan dan kemauan kami sendiri!" Sang rubah menghentak-hentakkan kesembilan ekornya ke lantai sehingga membuat suara yang keras dan mencakar kandangnya, ia merasa emosinya meluap-luap mengingat apa yang para manusia telah lakukan kepadanya.

Semua orang menganggapnya sebagai senjata, monster tidak berperasaan, parasit, apapun itu yang pasti panggilan yang tidak menyenangkan, semua penahannya selalu mengatakan hal yang sama dan membuatnya semakin kesal dan menyimpan dendam terhadap seluruh umat manusia.

Namun sepertinya bocah yang kini menjadi penahannya berbeda, karena apa yang ia katakan selanjutnya adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang penahan sebelumnya katakan.

"Tapi aku menganggapmu sebagai teman… dan aku menyayangimu…" Jawab Naru dengan nada sedih, ia berjalan mendekati kandang sang rubah dan meletakkan sebelah tangannya di pintu yang memisahkan dirinya dengan sang rubah "Kau teman pertamaku…"

Kyuubi terdiam, ia menatap tidak percaya sang bocah, ia di anggap teman? Monster berekor sembilang yang pernah menghancurkan desanya walau bukan karena keinginannya di anggap teman? Sesuatu yang membuat dirinya di benci, di siksa, dan di jadikan kambing hitam ia anggap teman? Sesuatu yang membunuh kedua orang tuanya ia anggap teman?

"Apakah kau gila hah? Aku adalah alasan mengapa kau di benci!" Kyuubi mengerang, ia tidak mempercayai apa yang sang bocah katakan, ia tidak mau mempercayai bahwa ada manusia yang mengaggapnya sebagai mahluk hidup dan tidak menganggapnya sebagai monster tak berperasaan. Orang terakhir yang ia tahu seperti itu adalah ayahnya, Rikkudo Sannin dan ia sudah meninggal.

"Benarkah? Namun kau hanya seekor rubah yang memiliki Sembilan buah ekor dan berukuran besar… mengapa karena dirimu aku di benci? Apa munkin hanya karena kau berbeda dengan rubah biasanya? Maka kita sama, aku hanya sedikit berbeda dari yang lainnya, hanya karena aku punya tanda seperti kumis di wajahku; aku jadi tidak di sukai" Jawab Naru dengan polos sambil menunjuk pipinya yang di hiasi luka seperti kumis.

"Apa maksudmu aku hanya rubah berekor Sembilan hah? Aku adalah Kyuubi! Monster berekor yang paling kuat!" Kyuubi merasa harga dirinya di hancurkan karena hanya di anggap rubah yang berukuran jumbo saja, sepertinya benar perkiraannya: bocah ini otaknya sudah rusak karena terlalu sering di siksa dan tidak ada yang mengajarinya bagai mana cara berfikir dengan baik dan benar.

"Aku tetap menyayangimu karena kau adalah teman pertamaku…" Bisik Naru sambil memainkan ujung bajunya, kepalanya tertunduk ke bawah dan air mata mulai mengalir keluar dari matanya "Aku hanya ingin seorang teman… aku tidak perduli siapapun…"

Kyuubi terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang Naru katakan. Ia tahu bahwa kehidupan Naru sangatlah sulit dan ia tahu bahwa Naru sangat menginginkan perhatian dan seorang teman.

Ia mengalihkan perhatiannya ke arah luar kandangnya, kini selokan yang pengap dan gelap telah berubah menjadi pemandangan hutan rindang yang cerah dan hangat, karena di saat Naru mengetahui bahwa ia bisa mengganti-ganti wujud dari tempat ini di saat pertemuan mereka yang kelima, Naru langsung mengubahnya menjadi pemandangan hutan yang rindang dengan alasan bahwa ia tidak suka dengan kegelapan dan melihat selokan selain itu ia juga kasihan dengannya yang selalu terkurung dan harus melihat selokan setiap hari.

Untuk pertama kalinya semenjak ayahnya telah meninggal, Kurama merasakan rasanya di beri kebaikan, untuk pertama kalinya ia merasakan bagai mana rasanya mendapat kasih sayang dan untuk pertama kalinya seseorang menganggapnya sebagai teman.

Sang rubah diam saja sebelum duduk dengan tenang, ia mengalihkan perhatiannya ke arah bocah kecil yang merupakan penahannya yang masih menundukkan kepalanya dan menangis dengan pelan.

"Oi bocah, angkat kepalamu dan lihat aku" Naru melakukan apa yang sang rubah katakan dan membuat sang rubah memutar kedua bola matanya karena melihat ekspresi memelas Naru "Apakah kau mau lepas dari orang yang menculikmu?"

Naru diam sebentar, ia sedang memproses apa yang sang rubah katakan sebelum mengangguk dengan cepat, ia sudah lelah di siksa dan di ikat, ia ingin bebas dan kabur secepat munkin.

"Apakah kau mempercayaiku?" Naru mengangguk lagi, tentu saja ia mempercayai teman satu-satunya "Fist bump denganku sebentar lalu pikirkan bahwa kau adalah aku dan kau setuju di kendalikan olehku dalam waktu singkat"

Naruto menatap bingung sang rubah, ia kurang mengerti apa yang di maksudkan oleh sang rubah sebelum akhirnya ia langsung melakukan apa yang sang rubah inginkan, di saat tangannya bersentuhan dengan sang rubah, ia langsung tidak sadarkan diri.


Seorang laki-laki bertubuh besar dan sangat tinggi menatap kosong pemandangan yang menyambut dirinya di saat ia sedang jalan-jalan di hutan perbatasan Iwagakure.

Dua buah mayat yang tercabik-cabik dan terpotong-potong menjadi banyak bagian tergeletak di mana-mana, seekor burung gagak dan hewan buas lainnya tengah memakan mayat tersebut dan bau anyir darah menyerangnya tanpa ampun.

Laki-laki tersebut melihat sekitarnya dan menemukan banyak bekas cakaran yang seperti di hasilkan oleh binatang buas sebelum melihat barang-barang yang tergeletak di samping mayat-mayat tersebut.

Ia bisa melihat gulungan yang berisi informasi dan berberapa benda dengan logo yang sama dengan ikat kepala yang ia kenakan.

'Ini bukan karena hewan buas, merek berdua di bunuh oleh seseorang' Laki-laki tersebut berjalan mendekati mayat yang dekat dengannya, hewan buas yang sedang memakan mayat tersebut merasakan keberadaannya dan mengerang tidak suka kepadanya, namun di saat mereka melihat dirinya, hewan buas tersebut langsung lari terbirit-birit.

Ia menatap kosong mayat di depannya dan melihat mayat tersebut mengenakan ikat kepala yang sama dengannya, ia mengerutkan keningnya, mayat yang ada di depannya adalah salah satu shinobi dari desanya namun ia tidak ada perasaan kasihan atau simpati dengan mereka.

Ia membenci desanya—tidak, ia membenci semua umat manusia namun ia cukup penasaran dengan siapa yang membunuh mereka, pembunuhnya pasti masih ada di sekitar sini, ia hanya ingin waspada dan tidak berakhir seperti mayat-mayat di depannya.

Ia menutup matanya dan dalam waktu sekejam ia sudah menghilang dari tempatnya berdiri, ia akan mencari tahu siapa yang membunuh mereka dan… entah lah, tergantung siapa pembunuhnya.


To Be Continue


Pair akhir adalah GaaNaru, tidak akan ada perubahan pair hingga akhir cerita.

Terimakasih sudah membaca, saya harap para pembaca menyukainya.

Review Please