Alpha x Beta © Oldurin20

.

.

.

CASTS © SMENT

.

.

.

See the end of the story for author's note

.

.

.

.

Ada hari dimana Jeno akhirnya sadar bahwa ia tidak tertarik dengan omega, memang mereka memiliki wangi yang harum saat mereka dalam periode heat. Jeno pernah mencium wangi itu beberapa kali, di koridor sekolah, di kamar mandi, di kelas, bahkan di jalanan. Ia akui ia sangat menyukai wangi omega, tapi ia tidak pernah sama sekali menemukan omega yang menarik hatinya.

Sangat disayangkan baginya yang terlahir sebagai seorang alpha.

Terkadang hakikat alpha yang harus berpasangan dan menikahi seorang omega sangat mengusiknya. Menurut penelitian, jumlah omega lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah alpha. Tapi yang mendominasi adalah beta tentunya. Jeno sendiri masih bingung mengapa jarang sekali atau mungkin tidak ada sama sekali alpha yang menikahi beta.

Jelas sekali kalau beta lebih mudah dicari dibandingkan omega.

Pikirnya.

Intinya semua pernyataan dan prolog di atas adalah konklusi dimana seorang alpha sedang jatuh cinta pada seorang beta, namun pastinya masyarakat akan menolak perasaan tidak normal itu.

Tidak normal? Itu omong kosong!

Pikir Jeno.

Mengapa beta harus menikah dengan beta lagi? Mengapa beta tidak punya hak untuk bercinta dengan alpha atau omega? Bukankah kita sekarang hidup di jaman yang bebas dan modern?

Ya begitulah, tapi ini kenyataannya.

Lee Jeno, seorang alpha yang mendedikasikan hatinya pada seorang beta,

Huang Renjun.

.

.

.

Sudah hampir tiga tahun ia mengenal Renjun, ia sudah mengenal seluk beluk kepribadiannya. Bahkan Jeno sudah tau betul jadwal heatnya.

Terdengar lucu.

Padahal, sangat sulit mendeteksi kapan seorang beta sedang heat, karena mereka tidak mengeluarkan wangi tajam seperti omega. Tapi Jeno tau benar gelagat Renjun saat sedang heat.

Contohnya, Renjun akan lebih sering mendesis jika sedang heat, pernah sekali ia bertanya pada Renjun, apa yang beta lakukan saat sedang heat. Renjun pun menjawab,

"Masturbasi tentunya, mungkin bisa saja aku meminta tolong pada beta lain. Tapi aku tidak berani. "

Menandakan bahwa Renjun belum pernah melakukan seks.

Jeno tersenyum mendengar jawaban itu, bahkan ia langsung membayangkan Renjun yang sedang mastubasi. Pikirannya selalu saja mendadak kotor kalo bicara soal heat Renjun.

Hari itu pelajaran olahraga, tepatnya materi lompat indah. Anak laki-laki diminta untuk mempersiapkan matras sebagai penunjang praktik. Selagi menata beberapa matras, terdengar bunyi suara seseorang terjatuh. Sontak semuanya melihat ke arah datangnya suara.

Chenle

Ia teman klub Renjun, seorang omega yang belum memiliki mate.

Wajahnya nampak sangat pucat namun merah pada saat yang bersamaan, ia mendadak mengalami heat. Jeno dapat menciumnya dengan jelas, wanginya sangat pekat memenuhi hidung dan naluri alphanya, beberapa alpha lain juga menatap Chenle dengan wajah kelaparan.

Sementara yang ditatap bersusah payah untuk berdiri dan mencoba melarikan diri, melihat usahanya itu, Renjun dengan sigap membantunya berdiri dan membawanya ke ruang kesehatan.

Terasa sangat berat perjalanan menuju ruang kesehatan, beberapa orang memperhatikan mereka di koridor. Sesampainya di ruang kesehatan, Renjun cepat-cepat membawa Chenle masuk dan mengunci pintu tersebut.

"Kenapa pintunya dikunci? " tanya perawat yang sedang bertugas.

"Untuk jaga-jaga. " jawab Renjun.

Ia masih membantu Chenle jalan sampai tiba di kasur terjauh dari pintu, tubuhnya penuh peluh dan ia mulai meringkuk kesakitan.

"Tunggu disini, aku akan meminta obat. " Renjun kembali menemui perawat yang bertugas dan meminta obat untuk heat omega, kemudian kembali pada Chenle.

"Kau seharusnya sudah meminum obatmu dari rumah, Chenle. Bagaimana bisa kau mengalami heat di tengah pelajaran ? kau mau membahayakan dirimu sendiri? "

"Obatku habis, ku kira aku bisa bertahan setidaknya sampai jam istirahat. Tapi ternyata terlalu berat. "

.

.

Di sisi lain, Jeno yang mendadak ditinggal Renjun menekuk wajahnya kesal. Ia merasa tidak terima saat melihat Renjun membopong Chenle dan menjaganya sampai ke ruang kesehatan.

"Waw! Yang barusan itu sangat bahaya, aku hampir hilang. " ujar Mark.

"Oh? Ya… kau benar. " jawab Jeno malas-malasan.

Sampai pelajaran dimulaipun, Renjun tidak juga kembali ke kelas olahraga, Jeno jadi berpikir macam-macam. Bagaimana kalo ternyata Renjun membantu Chenle menyelesaikan heatnya ? ah tapi itu tidak mungkin, ia yakin Renjun tidak akan berbuat seperti itu. Yang penting, setelah kelas ini selesai, ia akan pergi ke ruang kesehatan.

.

Jam pelajaran berakhir dan Jeno bergegas ke ruang kesehatan, namun ia menemukan pintu itu terkunci, ia semakin berpikir yang aneh-aneh. Ia terus mengetuk pintu itu beberapa kali sampai akhirnya pintu itu dibuka. Dan Renjunlah yang membuka pintu itu.

Jenopun merasa lega.

"Bagaimana keadaan Chenle? " tanya Jeno basa basi, padahal sesungguhnya ia tidak begitu peduli.

"Baik, ia sedang tidur sekarang, suster memberinya obat tidur agar ia tidak terus mengeluarkan wangi. "

Jeno hanya mengangguk pelan dan mengajak Renjun untuk ganti baju dan menghadiri kelas selanjutnya. Sesampainya di ruang ganti, hanya ada mereka berdua, yang lain sudah terlebih dahulu berganti dan pergi ke kelas.

"Hey, Jeno, wangi omega itu seperti apa? " tanya Renjun.

Wajar saja, ia beta, tidak bisa mencium wangi omega.

"Hmmm, yang jelas wanginya sangat harum. Biasanya setiap omega berbeda-beda. "

"Bagaimana dengan Chenle? "

"Green tea mungkin? Entahlah, tapi aku mencium wangi teh yang dicampur bunga. "

"Haha, seperti wangi makanan saja. "

"Bagaimana dengan beta? " tanya Jeno.

"Maksudmu? "

"Apa beta juga mengeluarkan wangi seperti omega antar sesama beta? "

"Tidak, beta tidak mengeluarkan wangi seperti omega, tapi biasanya beta punya gelagat tertentu saat sedang masuk periode heat, dan biasanya hanya pasangannya saja yang tau. Akupun yang beta tidak bisa tau apakah beta lain sedang heat atau tidak. "

Ah, tapi aku tau gelagatmu saat sedang heat.

Ujar Jeno di dalam hati.

Ngomong-ngomong soal heat, seharusnya tak lama lagi Renjun juga akan memasuki periodenya, tunggu saja waktu itu datang.

.

.

Hari itu hari sabtu, Jeno memutuskan untuk main game di rumah Renjun dan menghabiskan waktu sampai malam. Tapi hari ini agak berbeda, Renjun tidak seberisik biasanya, biasanya saat bermain game mereka akan saling mengejek satu sama lain atau menjerit kegirangan saat mengalahkan yang lain.

"Jeno, sebentar ya, aku ke kamar mandi sebentar. "

"Tunggu dulu, kau harus menghabiskan makananmu, kalau ditiggalkan nanti dingin. "

"Ssshhh….. mmmhh… aku sudah tidak lapar, kau bisa memakannya kalau kau mau. " katanya lalu langsung meninggalkan Jeno sendirian, dan iapun langsung melanjutkan kegiatan main gamenya.

Beberapa menit berlalu namun Renjun tak kunjung kembali, Jeno berpikir mungkin ia sedang buang air besar. Sedikit bosan karena tidak ada teman main, ia memutuskan untuk turun ke bawah sambil membawa makanan Renjun dan menghangatkannya di microwave, jadi saat ia selesai dari kamar mandi ia bisa melanjutkan makannya.

Tiba-tiba terlintas ide jahil di otak Jeno, ia berniat untuk mematikan lampu kamar mandi dan meninggalkannya, akhirnya iapun menghampiri kamar mandi dan hendak menekan tombol lampu namun terhenti saat ia mendengar suara dari dalam.

"Sshh… ahh…"

Jeno meneguk ludahnya, ia yakin baru saja mendengar Renjun mendesah, ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi, merasa berdosa karena yakin ia akan mimpi indah malam ini karena suara Renjun. Mendadak ia mengurungkan niatnya untuk menjahili sahabatnya itu dan kembali naik ke lantai dua untuk melanjutkan game.

Tak lama setelah Jeno kembali naik, Renjun kembali, namun Jeno agak canggung menghadapi kembalinya Renjun.

"Ada apa denganmu? " tanya Renjun.

"Tidak… oiya, ngomong-ngomong, barusan eommaku menelepon. Aku harus segera pulang sekarang, maaf aku tida bisa tinggal sampai malam, tapi aku janji! Besok aku akan datang lagi. "

"Baiklah-baiklah, hati-hati di jalan Jeno. "

"Iya, dan makananmu sudah ku hangatkan di microwave, jangan lupa dihabiskan! "

Jenopun cepat-cepat meninggalkan rumah Renjun, sepertinya ia akan sibuk di kamar mandi.

.

.

.

.

.

Haiiii, author baruu banget di fandom NCT dream, sebelumnya udah sempet kenal dan ngeship beberapa member NCT 127 atau NCT U tapi belum pernah ada rencana untuk bikin fanfic. Tapi pada akhirnyaaaaaaaa, author jatuh cinta mati-matian sama ship Jeno x Renjun! Mereka lucu banget ga siiii? Author jadi berasa pedoo bangettt kalo liatin NCT dream tuhhh, apalgi Jisung… ya ampun… ohiya btw, apa kira-kira ff ini harus dilanjutin dengan chapter rated M? soalnya niat awalnya emang mau bikin ff ini rated M. tapi pada akhirnya ga tega sendiri bayangin anak-anak kecil (meski udah puber) melakukan adegan tidak senonoh, wkwkwkwkw. Author tunggu pendapat kalian yaaa, hehehe.