A Hetalia: Axis Powers Fanfiction

"REVENGE"


Disclaimer: Hetalia: Axis Powers © Hidekaz Himaruya

Summary: "Ini akibat kau menyentuhnya." / FrUKUS, lime and gore. OOC.

Details & author's note: gaje, aneh, AU, OOC, abal, bahasa nyampur antara bahasa baku dan bahasa gaul, dll. Wahaha, Risunyan yang ngedit dan ngetik ini cerita. Sebenernya sih kita bagi-bagi kerjaan, Kicchi yang bikin chapter 2, Risunyan yang bikin chapter 1. Tapi tetep aja, akhirnya Risunyan emang mesti ngedit. Yah, Risunyan ngerti... Kicchi itu belum pernah share cerita, sih. Tapi Risunyan seneng sama cerita buatan Kicchi, keren! Gore-nya hebat! #dor collab ini tercipta karena Risunyan bisa lime dan Kicchi bisa gore, sedangkan Risunyan kepengen bikin ff lime + gore. Akhirnya kami collab! Wahaha. Nista sekali, tah? Fuh, enggak juga. Ngomong-ngomong, pengetikan chapter I jauh lebih lama dari pengetikan chapter II karena takut ketakuan. Haha. Nah, hope you like, all! Francis x Arthur + yandere!Alfred. Slight Arthur x Francis. And in chapter 2, there's a slight Alfred x Arthur. Don't like don't read. Read and review, ya! ~Risunyan Usagi~


Chapter I


Siang panas seperti biasa. Tidak ada perubahan sedikit pun hari itu. Apapun, segalanya berjalan seperti biasa. Pertengkaran? Sudah pasti ada juga. Biasa, Arthur dan Francis. Mereka selalu saja bertengkar, kan? Si Tsundere dan si mesum.

"Alis tebal!" ejek Francis. Jelas saja Arthur kesal.

"Apa? Dasar bloody frog!" balas Arthur.

"Dasar alis ulat bulu!"

"Jenggot tak terurus!"

Pertengkaran itu tak ada habisnya. Dan entah kenapa pertengkaran sekarang terasa agak berbeda. Arthur tampak lebih marah dari biasanya. Kali ini bukan seperti Tsundere, melainkan tampak sangat nyata, auranya menunjukkan kebencian yang tak dapat ditunjukkan. Sorot matanya tajam dan tampak serius. Tak seperti Arthur.

"Dasar mesum bego!" jerit Arthur saking kesalnya. "Pergi! Jangan sekali pun kau menunjukkan wajahmu di hadapanku sekarang!"

Kata-kata itu serius, keluar dari mulut sang British beralis tebal itu. Tidak, bukan kata-kata gertakan seorang cowok Uke yang Tsundere, melainkan kata-kata kebencian yang serius. Francis terpana. Baru pertama kali ia melihat Arthur seserius itu.

Mereka diam beberapa lama. Arthur mengatur napasnya yang tersengal akibat berteriak terlalu kencang. Sedangkan Francis hanya terpana karena kehilangan kata-kata.

Francis menghela napas panjang, dan mulai angkat bicara. "Ya sudah, kalau itu maumu." Ucapnya. Aura Francis tampak berbeda. Wajahnya tenang tapi tampak tak menerima.

Perlahan, lelaki Prancis itu membalikkan badan dan berjalan pergi, sampai wujudnya ditelan jarak.

Deg!

Tiba-tiba dalam hati Arthur dipenuhi perasaan bersalah. Ia menyesal telah menyuruh Francis pergi.

.

Sejak itu Francis tak pernah terlihat lagi, sekalipun dalam World Meeting. Arthur benar-benar menyesali perkataannya.

Akhirnya Arthur memutuskan untuk meminta maaf pada Francis. Siapkan batinmu, Arthur Kirkland.

.

Ting! Tong!

Arthur memencet bel rumah Francis. Walau ragu, ia memutuskan untuk minta maaf. Ia berharap Francis ada di rumah dan juga akan memaafkannya, agar kehidupan mereka bisa berjalan normal kembali.

"Kumohon, Francis, bukalah pintunya!" doa Arthur dalam hati.

Tiba-tiba pintu rumah Francis terbuka. "Ya?" terdengarlah sebuah suara yang telah lama tak terdengar oleh Arthur. Arthur tersenyum. Sekarang harapannya telah muncul. "H... hai, Francis."

Lelaki Prancis itu kaget saat mendapati Arthur berdiri di hadapannya. "A... ah, ada apa, Arthur?" tanya Francis kaget.

Arthur diam sejenak. "Francis..." gumamnya.

"Ya?"

"Maafkan Aku." Ucap Arthur pelan.

Francis tercengang. "Kau serius, Arthur?"

Arthur mengangguk. Francis tak percaya. Tapi wajah Arthur tak menunjukkan kebohongan sama sekali.

"Makanya, Francis maafkan a–"

Sebelum Arthur sempat menyelesaikan kata-katanya, Francis telah memeluknya. "Francis? A-ada apa?" kata Arthur gugup. Sang British ini kaget dan gugup karena sikap sahabatnya, orang Prancis di hadapannya ini. Francis mengabaikan panggilan Arthur. Ia malah memeluk Arthur semakin erat.

"Lepaskan aku!" teriak Arthur sambil mendorong Francis menjauh, melepaskan diri dari pelukannya. Wajahnya bersemu merah. Francis tersenyum. "Kau memang sangat manis, Arthur Kirkland." Ucap Francis nakal dan langsung menarik Arthur masuk ke dalam rumahnya.

Francis membanting pintunya hingga tertutup dan menguncinya, lalu ia mendorong Arthur ke pintu dan menahan tangannya agar ia tak bisa bergerak.

"Hei! Mau apa ka– uff!" Arthur tak bisa menyelesaikan kata-katanya karena mulutnya tertahan oleh bibir lembut orang Prancis di hadapannya. Mereka berciuman. Dan Arthur hanya bisa meronta dan berusaha menikmati ciuman itu.

Akhirnya Francis melepaskan ciumannya. Ia menatap lurus ke arah Arthur yang wajahnya terlalu merah. Ia membiarkan lelaki British itu mengatur napasnya.

"Apa yang kau laku– uwaa!"

Francis menggendong Arthur yang langsung meronta-ronta. "Lepaskan aku!" jerit Arthur sambil memukul Francis. Francis diam saja. Ia membawa Arthur ke kamarnya dan dengan agak kasar menjatuhkan Arthur ke kasurnya. "M-mau apa, kau?" tanya Arthur setengah berteriak, ketakutan.

"Tenang saja, Arthur. Aku akan melakukannya dengan lembut." Bisik Francis di telinga Arthur. Wajah sang pria British bersemu merah. Lagi-lagi Francis menciumnya.

"Ah..." terdengar desahan Arthur di tengah ciuman itu. Ia kehabisan napas. Francis terus menciumnya sambil melepas kancing baju Arthur satu demi satu dan segera menanggalkan bajunya.

Francis melepas ciuman itu. Segaris saliva menyambungkan mulut mereka. Francis memulai serangannya. Ia mencium leher jenjang Arthur dan menggigitnya. Membuat kiss mark di sana. Arthur mengerang.

"Kau kesakitan?" tanya Francis sambil menjilat kiss mark buatannya. Arthur mendesa. Francis melanjutkan serangannya, mencium tubuh Arthur sampai ke dada sang British itu. Ia menjilat puting kanannya Arthur dan memainkan yang kiri dengan jari lincahnya.

"J-jan... jangan!" kata Arthur di tengah desahannya. Francis berhenti bermain dengan putingnya, tapi tangannya menyelundup ke balik celana Arthur.

"Ukh!" erang Arthur saat tangan Francis meremas 'benda'nya. "Tampaknya kau besar juga, ya, Arthur?" goda Francis sambil melanjutkan penjelajahan di balik celana Arthur.

"Ah!" erang Arthur sekali lagi saat dua jari nakal Francis memasuki 'lubang'nya. Wajah Arthur merah padam. Francis mengeluarkan tangannya. Ada cairan di tangannya. Ia menjilatnya.

"Cepat sekali, Arthur. Aku belum mulai, lho." Kata Francis. Tangannya mulai menyentuh celana Arthur dan menurunkan resletingnya. "A-ah! Francis!" Arthur memekik pelan saat Francis menurunkan boxer-nya sampai 'benda' Arthur yang sudah tegang melompat keluar. Francis tersenyum puas. "Dugganku tepat. Kau tak hanya manis, tetapi juga besar."

Francis segera menjilati 'benda' Arthur dengan lembut. Sang Uke hanya bisa mendesah

"Argh!" jerit Arthur pelan. Ternyata, Francis meremas 'benda' miliknya keras sekali. Air mata mengalir dari mata hijau emerald milik Arthur. Jelas sekali dia kesakitan. Ia menggit bibirnya sendiri keras-keras.

"Kau kesakitan Arthur?" tanya Francis. Arthur mengangguk lesu. "Maafkan aku."

Lagi-lagi Francis menyerang Arthur. Francis melepas celana Arthur. Sekarang yang meletak pada Arthur hanyalah boxer-nya yang telah diturunkan, secara tak langsung Arthur telah telanjang bulat. Francis memulainya lagi. Ia memainkan 'benda' Arthur. Menjilat, mengulum, dan meremas 'benda' Arthur. Dan setiap Francis memainkan 'benda' itu, Arthur mengeluarkan erangan atau desahan. "Ah, uh, ahn... k-kau hebat sekali memainkannya." Gumam Arthur pelan. Francis melepas boxer Arthur.

"T-tunggu! Kau curang." Ucap Arthur.

"Kenapa?" tanya Francis bingung. Tiba-tiba Arthur meniban Francis dan melepas celana Francis sehingga ia menemukan 'benda'-nya. "Tak adil kalau aku telah telanjang bulat begini sedangkan bajumu masih lengkap." Kata Arthur sambil tersenyum.

Menjilat, mengulum, dan meremas. Intinya memainkan 'benda' Francis.

"Ah... kau hebat sekali, Arthur." Gumam Francis menikmati permainan Arthur.

Francis dalam posisi duduk, sedangkan Arthur dalam posisi doggy.

Francis mendesah puas. "Ah..." gumamnya. "Arthur, siap-siap telan. Aku akan keluar." Kata Francis dan seketika ada cairan yang keluar dari 'benda' Francis. Arthur menelannya. Tapi karena terlalu banyak, akhirnya ada yang terpaksa ia tumpahkan. Mulut Arthur jadi kotor karena cairan Francis.

"K-kau sudah 'merasakan'-ku, kan?" kata Francis terengah. "Sekarang giliranku 'meresakan'-mu." Francis meremas 'benda' Arthur sekali lagi. "Boleh aku 'memasukimu', Arthur?"

"Apa maksudmu?" tanya Arthur kebingungan sambil mengelap mulutnya.

Francis memegang 'benda'-nya yang sudah tegang dan mengarahkannya masuk ke 'lubang' Arthur.

"H-Hei!" Arthur menjerit.

"Aku akan melakukannya dengan lembut." Gumam Francis. "Kau juga ingin merasakannya, kan?"

Francis mulai memasukkan 'benda' miliknya ke 'lubang' Arthur yang kecil. Pelan-pelan, ia memasukkannya dengan penuh hasrat.

"Ah... kau sempit sekali, Arthur."

"Ukh! I-ini sih kau yang kebesaran!"

Dengan satu sentakan keras, 'benda' Francis telah memasuki tubuh sang British.

"Ah... ahn... uh." Arthur terus mendesah dan mengerang. "K-kau keras sekali..."

Francis memangku Arthur dan mulai menggerakkan 'benda'-nya dengan teratur. Arthur hanya bisa mendesah dan menjambak pelan rambut pirang orang Prancis di hadapannya itu.

"Ah... aku mau keluar." Kata Arthur tertahan. Mendengar itu, Francis semakin mempercepat gerakan 'benda'-nya sehingga jadi tak teratur. Arthur menjambak Francis keras-keras, menahan agar ia tak 'keluar'.

"Ngh! Fra–" Arthur berjuang terus agar ia tak 'keluar'. Francis masih terus memainkan 'benda'-nya gerakannya sudah sangat tak teratur. "Teriakkan namaku, Arthur! Keluarkan!" perintahnya. "Ah! Francis!" teriak Arthur dan segera saja cairannya mengalir deras dari 'lubang'-nya.

"S-sudah cukup!" kata Arthur terengah-engah.

Francis langsung mengeluarkan 'benda'-nya dari Arthur dan membiarkan lelaki British itu mengatur napasnya. Wajah sang Uke yang merah padam dan sangat manis membuat Francis berhasrat ingin 'masuk' lagi. tapi ia menahan hasrat itu.

Francis yang tak mengenakan celana menggengdong Arthur yang telanjang ke sofa karena kasur sudah kotor dan tak layak ditiduri. Ia membalut Arthur dengan selimut lembut.

"Francis..." ucap Arthur pelan dan terbata. "Kenapa kau melakukan ini?"

"Karena..." Francis mendekatkan mulutnya di telinga Arthur. "Aku mencintaimu."

.

.

Di luar, Alfred telah mengintip dan melihat apa yang terjadi. Tiba-tiba ia terbakar oleh perasaan cemburu.

"Francis Bonnefoy." Gumamnya. "Tunggu saja pembalasanku!"

-To be continued-