Did you hear me?

A KHR Fanfiction

Written By Gokudera J. Vie

Disclaimer : KHR © Amano Akira

Warning : Shounen-Ai, Chara Death, OOC, Angst-mode, fanon, Dino's POV, etc. Don't like? Don't read!

x x x

Hei, Kyoya!

Kau dengar aku Kyoya?

Kupandang sosok yang sedang berbaring di atas lantai beton itu dengan tatapan mengamati. Bagaimana rambutnya yang berwarna hitam seperti sayap gagak itu bergerak menari bersama angin, bagaimana matanya yang sewarna langit musim dingin itu menatap awan yang bergerak mengarungi langit. Bagaimana wajah porselennya itu menunjukkan ekspresi datar andalannya.

Pernah sekali aku melihatnya tersenyum, tapi bukan tersenyum lembut melainkan senyum keji sementara tubuhnya yang terbentuk sempurna itu bermandikan pekat merah darah para mangsanya. Dingin, keji dan keras. Inilah murid kebanggaanku.

Aku ikut mendongakkan kepalaku ke langit, memandang biru yang terlukiskan putihnya awan.

Bukankah warna biru itu indah, Kyoya?

Kuikuti langkahnya yang keluar dari gedung SMP Namimori itu, menuju sebuah mobil hitam yang telah menunggunya di depan gerbang. Tak lama kemudian, mobil tersebut membawa kami melaju menuju sebuah gedung megah yang tampak ramai dengan orang-orang berpakaian hitam.

Mobil berhenti melaju. Ketika Kyoya melangkah turun, aku juga ikut melangkah turun dari mobil yang kami tumpangi.

Hei, Kyoya, tempat apa ini?

Tidak ada jawaban. Tidak ada tanggapan.

Aku mengerucutkan bibir melihatnya. Dan kembali dalam diam mengikuti langkah Kyoya.

Dalam perjalanan itu, aku memandang berkeliling, menatap satu-persatu wajah yang beberapa diantaranya kuketahui.

Ketika kembali menatap ke depan, kulihat Kyoya sedang membuka sebuah pintu besar berwarna coklat. Di dalam, terlihat orang-orang yang kukenal dekat, yaitu Romario, Tsuna dan para guardiannya, serta beberapa orang-orang kepercayaanku.

Semuanya menampakkan wajah sedih, menatap Kyoya dengan tatapan penyesalan dan duka.

Kyoya tidak mempedulikan tiap-tiap tatapan yang ditujukan padanya, terus melangkah maju dengan kepastian. Di depan sana, sebuah peti terletak, peti besar seukuran tubuh manusia, berwarna hitam dan di atasnya terukir lambang Cavallone, disekelilingnya dihiasi oleh kumpulan bunga lili putih. Dan lebih ke atas lagi, terpajang foto seorang pria berambut pirang yang tengah tersenyum, fotoku.

Hei, Hei, Kyoya, apa yang terjadi disini?

Seakan mengerti sesuatu, semua orang pergi meninggalkan ruangan, menyisakan Kyoya dan aku saja. Atau setidaknya, begitulah yang ada di pandanganku.

Cukup lama Kyoya mematung di depan peti, menunggu sampai keheningan menyelubungi ruangan, sampai akhirnya Kyoya menyentuhkan tangannya dengan ringan di sepanjang permukaan peti. Sebuah senyum terukir, bukan senyum keji, melainkan sebuah senyum sedih.

Ketika tangannya berada di pinggiran peti, diangkatnya sedikit tutup peti tersebut sampai akhirnya terbuka sepenuhnya. Menampakkan sosok nyata tak bernyawa dari seseorang dalam foto tadi. Jasadku.

Pedih menjalari hatiku. Ternyata aku sudah mati,tak lagi bisa didengar atau dilihat oleh Kyoya. Dan kutatap kembali wajah Kyoya, wajah tampan itu masih bersirat dingin. Tanpa sadar aku bergerak, mencoba memeluknya.

Apakah kau mendengarku?

Ah, benar, kau sudah tidak dapat mendengarku ya?

Tapi tetap, aku ingin mengatakan hal ini padamu.

Aku menyayangimu, Kyoya. Selamat tinggal.

FIN

A/N : Baiklah, satu lagi kisah tanpa makna dan amanat dari saya.

Setelah dipikir-pikir, ternyata saya tidak pernah membuat D18 berakhir happy end ya?

Tapi sudahlah, terima kasih kepada semua yang sudah mampir dan membaca cerita ini, semoga tidak terlalu kecewa ya dengan kelabilannya

Terakhir, saya boleh kan minta apresiasi anda sekalian?

REVIEW

24 Juni 2011

Sign,

Gokudera J. Vie