Summary: kenapa kau tidak mau bertanggung jawab? Ini anakmu. Kau telah mengkhianataiku. Membuangku. Warning: Fem hitsu. Oc, gaje, mungkin masih ada typo.

Genre: Tragedy/hurt/comfort

Rate: T ajah!

Discalimer: Om Tite Kubo selaluuuu!

Treason

"kau harus bertanggung jawab! Ini anakmu!" seorang pemuda berambut putih dengan emosinya berkata pada seorang pemuda berambut oranye. "Maaf saja, tapi aku tidak bisa menikahimu. Karena, aku akan bertunangan dengan orang yang lebih aku cintai. Kuchiki Rukia." Jawab pemuda itu dengan dinginnya. "Tapi, bagaimana dengan anakmu yang aku kandung ini?" pemuda berambut putih itu kembali berbicara dengan emosinya. "Kau gugurkan saja. Nanti aku akan memberimu uang untuk itu." Pemuda berambut oranye itu kembali menjawab dengan entengnya seolah, nyawa manusia adalah mainan. "AKU TIDAK BUTUH UANGMU!" pemuda berambut putih itu segera nerlari meninggalkan pemuda berambut oranye itu sambil menitikkan air mata. Dia, pemuda rambut putih itu, mengutuk dirinya sendiri. Toushiro Hitsugaya. Itulah namanya. Dia masih sangat mencintai pemuda berambut oranye itu. Tapi, pemuda itu telah mengkhianatinya, membuangnya. Ingin rasanya toushiro melupakanpemuda itu. Pemuda yang telah menghamilinya. Dia kembali mengutuk diri sendiri. Kenapa? Kenapa dia mau berhubungan dengan pemuda itu padahal, dia tahu bahwa lelaki itu vizard. Toushiro sudah mempelajari bahwa vizard bisa membuat sesama jenisnya hamil krena hormon mereka berbeda. Tapi, kenapa dia masih mau berhubungan dengan pemuda itu. Seakan, dai sudah melupakan pengetahuannya tentang vizard.

Kini, Toushiro tinggal di rumahnya yang mewah bersama dengan anaknya yang berumur 3 tahun. Ya, kejadian pahit itu berlangsung 3 tahun yang lalu. Setelah 3 tahun yang berat itu, dia sudah mulai bisa mengendalikan emosinya. Tapi, dai belum bisa melupakan pemuda berambut oranye itu.

"okaasan!Okaasan! shiro laper!" seorang anak laki-laki dengan rambut putih dan mata coklat besar yang indah, menarik-narik ujung shihakuso sang taicho juu-bantai itu. Ya, Shiro Hitsugaya, itulah nama anaknya. "Sebentar ya, nanti okaasan buatkan roti, sekarang, ayo mandi dulu." Toushiro menanggapi anaknya. "Wah! Kau jadi segar setelah mandi." Toushiro membuka pembicaraan. "hmm" hanya itu tanggapan anaknya. 'Sepertinya, hari ini shiro sedang bad mood' pikir Toushiro. "Ayo dimakan rotinya!" Toushiro menyuruh anaknya sarapan. "okaasan!" anak itu memanggil Toushiro. "ya?" Toushiro menanggapinya selembut mungkin. "Kenapa aku tidak punya otou-san? Semua temanku di sekolah punya! Dan kenapa okaasan itu laki-laki?" DEG. Toushiro kaget mendengar pertanyaan polos itu keluar dari mulut anaknya. Pandangannya kembali menerawang ke 3 tahun yang lalu. Sehari setelah pemuda berambut oranye itu menyuruhnya mengaborsi kandungannya.

"kau sudah melakukannya?" tanya pemuda berambut oranye itu dengan dinginnya. "su… sudah" Toushiro terpaksa berbohong. Karena, kalau tidak, dia akan di aborsi hari itu juga. "baguslah! Jadi, saat nanti aku bertunangan dengannya, aku tisak perlu ambil pusing memikirkan calon bayi tidak berguna itu." Katanya dingin sambil meninggalkan Toushiro sendiri. Toushiro ingin berteriak! Menumpahkan segala kekesalan, kesedihan, dan kesengsaraan yang di alaminya. Tapi, tidak bisa. Hatinya terlalu lelah untuk melakukan hal itu.

Tak terasa, air mata mulai mengalir dari pipinya. "Okaasan!Okaasan! kenapa Okaasan menangis? Apa ada perkataan shiro yang salah? Okaasan jangan menangis, nanti Shiro ikut sedih… hiks" anak itu mulai menitikan air matanya. "Ah! Shiro, Okaasan tidak apa-apa, ayo berangkat nanti kamu telat.

"Okaasan! Kenapa okaasan tidak pernah mengajak Shiro ke kantor okaasan?" di perjalanan, Shiro menanyakan hal itu pada Toushiro. "Karena, kantor okaasan bukan tempat bermain anak-anak." Jawab Toushiro sambil memberikan senyum untuk mayakinkan anak berumur 3 tahun itu. Karena, sebenaranya bukan itu alasannya. Alasan Toushiro tidak pernah membawa anaknya ke kantor adalah: Karena dia tidak ingin orang lain tahu bahwa dia memiliki anak.

Setelah mengantar Shiro, Toushiro langsung menuju tempat kerjanya. Kantor divisi 10. Sesampainya di sana, dia langsung duduk di kursinya dan mulai mengerjakan paperwork yang menumpuk. Saat dia akan menyentuh kuas, pintu ruang kerjanya terbuka. Terlihat lah wakilnya, Matsumoto Rangiku ingin menyampaikan sesuatu. "Hitsugaya Taicho! Anda di panggil menghadap soutaicho." "haik aku segera kesana".

Toushiro segera meninggalkan ruang kerjanya. Di jalan, Toushiro bertemu dengannya. Lelaki yang telah menghamilinya. Ya, kini lelaki itu menjabat sebagai Taicho divisi 5 dan wakilnya adalah tunangannya sendiri Kuchiki Rukia. Lelaki itu melemparkan senyum kepada Toushiro. Tetapi, bukan senyum lembut yang biasa dia berikan pada tunanganya. Melainkan senyum sinis yang seolah berkata 'Aku sangat membencimu.' Sebenarnya Toushiro merasa bahwa kata-kata itu lebih tepat di tujukan pada lelaki itu.

Akhitnya, Toushiro samp[ai di depan Soutaicho. "Hitsugaya taicho! Ada beberapa pertanyaan yang aku ingin kau menjawabnya dengan jujur!" "Haik soutaicho." Kini jantung taicho divisi 10 itu berdetak tidak karuan. "baiklah! Apa kau memiliki anak?" DEG pertanyaan macam apa ini? Apakah aku harus berbohong? Tidak aku tidak akan berbohong walau mungkin aku akan di pecat dari jabatanku sebagai taicho, itu hal yang pantas aku terima sebagai risiko dari perbuatanku.

"I… iya soutaicho."

"hmm siapa nama anakmu?"

"Shiro"

"nama marganya?"

"Hitsugaya"

"Siapa pasanganmu?" ya tuhan, kenapa pertanyaan macam ini harus keluar? Aku harus menjawab apa? Apakah aku harus jujur bahwa Shiro adalah anak dari hasil hubungan terlarangku?

"A… aku belum menikah!" sepertinya soutaicho kaget mendengar jawabanku. Terlihat dari ekspresinya.

"Begitu. Siapa yang bertanggung jawab atas hal ini?" tanyanya lagi.

"…" aku tidak mau menyebutkan nama lelaki itu lagi. Aku sudah muak mengatakannya.

"Baiklah. Aku mengerti posisimu Hitsugaya taicho! Kau tidak perlu bercerita sedetail itu. Sekarang kembalilah keruangamu dan lakukan tugas mu!"

"haik soutaicho!" ada apa ini? Soutaicho tidak memecatku? Oh tuhan! Ku harap tidak akan ada hal yang lebih buruk lagi.

TBC