Naruto © Masashi Kishimoto
Warnings: OOC, AU, lebay, typo, dll.
Genre: Romance and Supernatural
Rating: T
PLEASE MAKE ME BEAUTIFUL
Chapter 1
Hyuuga Hinata, gadis berkacamata dengan rambut dikepang dua, berjalan menuju ke sebuah apartemen yang terlihat tak berpenghuni. Apartemen itu terlihat menyeramkan dari luar —dilihat dari tak terawatnya apartemen itu—. Masih dengan seragam sekolah dan membawa tasnya, ia berjalan menuju ke salah satu ruangan di apartemen tersebut, ruangan nomor 33. Ruangan yang menurut rumor adalah tempat untuk seseorang yang ingin menjadi cantik. Kecantikan yang diberikan oleh seorang pemuda. Entahlah apa yang dipikirkan Hinata, setelah mendengar rumor tersebut, tanpa berpikir dua kali, Hinata langsung bergegas ke sana setelah pulang sekolah.
"Selamat datang."
"Eh? Ah, i-iya," balas Hinata sedikit terbata. Agak gugup mungkin ya. Jujur saja, menurutnya, pemuda di depannya itu tampan sekali.
"Perkenalkan, namaku Uchiha Sasuke, penghuni ruangan nomor 33 di apartemen ini."
Oh, jadi ini pemuda yang dimaksud?
Hinata tak bereaksi, hingga suara batuk —yang disengaja— dari pemuda tersebut membuatnya sadar.
"Ah... Maafkan aku, namaku Hyuuga Hinata. Aku datang ke sini karena mendengar rumor yang beredar."
Hinata membungkukkan badannya berkali-kali, "Tolong buat aku menjadi cantik."
"Pfft."
"A-ano, ada yang salah?" tanya Hinata heran.
"Tidak, aku hanya berpikir kau lucu," jawab Sasuke singkat sambil terus terkekeh.
"L-lucu?"
Sasuke membuka pintunya lebar, mengabaikan gumaman Hinata.
"Selamat datang di apartemen nomor 33. Jika itu harapanmu, untuk menjadi cantik, maka akan kukabulkan. Masuklah."
Loh? Rumornya benar nih?
Setelah duduk —tentunya sudah dipersilahkan sebelumnya oleh sang pemilik ruangan—, Hinata memperhatikan sekelilingnya. Hampa, di ruangan itu hanya ada satu meja dan dua kursi —yang salah satunya ia duduki—. Ruangan bernuansa biru tua itu hanya memiliki satu pintu dan satu jendela dilengkapi dengan gorden berwarna hitam. Entahlah jendela itu mengarah ke mana, yang jelas jendela tersebut berseberangan dengan letak pintu yang dilapisi oleh cat berwarna putih. Hinata sedikit heran, tapi tak terlalu ia pikirkan.
"Silahkan diminum tehnya."
Hinata mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu. Ia tersenyum gugup, "Terima kasih banyak."
"Sama-sama," balas Sasuke singkat.
"A-ah. Jadi, di sekolahku akan ada acara berdansa yang dilaksanakan setiap setahun sekali untuk acara perpisahan. Kau tahu? T-terlihat cantik di pesta tersebut sudah menjadi impianku dari awal masuk sekolah itu," jelas Hinata, "aku benar-benar ingin menjadi cantik. A-aku berharap padamu, Uchiha-san. Tolong buat aku menjadi seorang perempuan yang cantik."
Sasuke terdiam sesaat.
"Baiklah, kita buat perjanjian."
"Perjanjian?"
"Hn."
"Eh, b-baiklah."
"Aku akan mengabulkan permintaanmu. Dan aku? Aku hanya meminta... darahmu," kata Sasuke santai, mata onyx-nya tetap memandang Hinata.
"D-darah?" tanya Hinata bingung bercampur... takut, mungkin?
Tunggu dulu. Kenapa harus darah?
Hinata memandang Sasuke takut-takut. Lalu, ia memperhatikan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang dari tadi tak Hinata perhatikan. Taring. Sejak kapan ada taring?
"Kyaaa!" pekik Hinata sambil berusaha berdiri dari posisi duduknya.
BRUK!
Kali ini, Hinata benar-benar sial. Ia yang terburu-buru malah jatuh dari tempat duduknya, membuat lutut kanannya berdarah karena terbentur ujung meja.
" S-sakit," rintih Hinata sambil memejamkan matanya, berharap dengan itu, rasa perih di kakinya tak terlalu menyakitkan.
Loh, Hinata merasakan kaki kanannya terangkat. Ada sesuatu yang basah menempel dan menelusuri lukanya.
Perasaan kedua tangannya ada di belakang deh. Lagipula, sejak kapan dia bawa-bawa kain basah?
Penasaran, Hinata membuka matanya. Sontak, matanya melebar.
Pemuda tadi, Uchiha Sasuke, menjilat lukanya.
"Kyaaa!" Hinata memekik lagi sambil menarik kakinya dan memeluk tas sekolahnya.
"Tak sadar suaramu terlalu nyaring, hah?" sindir Sasuke seraya berdiri tegak.
"Aku hanya ingin darahmu untuk melengkapi perjanjian ini. Tak perlu bereaksi sampai seperti itu," kata Sasuke lagi.
Hinata terdiam ketakutan. Lalu, tak sengaja ia melihat lagi taring pemuda itu, tubuhnya bergetar.
"T-taring i-itu…" kata Hinata sambil menunjuk taring yang dimiliki pemuda berambut raven di depannya.
"Well, I'm a vampire," jelas Sasuke singkat.
"V-vampir? K-kau menipuku!" Hinata berteriak dengan muka pucat.
"Hah? Kau overreacting. Lagipula, kalau aku memberitahumu kalau aku vampir, kau tak akan mungkin menyetujui perjanjiannya, kan? Makanya aku tak memberitahumu soal ini," kata Sasuke jujur.
Hinata mewek dalam hati, "aku benar-benar ditipu."
"Membuat seseorang cantik merupakan salah satu keahlian vampir. Tapi, itu butuh satu persyaratan. Ya, aku perlu meminum darahmu."
Sekarang, Hinata malah jadi kesal setengah mati sama cowok ini, ia langsung berdiri lagi sambil nunjuk-nunjuk Sasuke, "Apa yang sedang kau bicarakan? Kau... Kau membicarakan suatu hal yang tak masuk akal."
"Kau tak percaya, hah?"
"Tentu saja!"
"Well, then—"
Sasuke menarik Hinata kepelukannya, tangan kirinya lalu mengangkat wajah Hinata sehingga sekarang ia bisa melihat jelas iris lavender Hinata. Sasuke lalu menyeringai. Membuat Hinata bergidik.
"—why not give it a try?"
Eh, dia serius nih?
"No!"
Sasuke diam, menunggu kelanjutan.
"Kalau k-kau meminum d-darahku, aku akan m-menjadi vampir seperti kau juga, kan?"
"Itu kalau aku meminum darahmu sampai habis. Tak perlu khawatir."
"T-tapi, tetap saja..."
"Kau ingin menjadi cantik, kan? Percayalah padaku, aku pasti akan membuatmu menjadi cantik."
Hinata terpaku sesaat. Benar, tujuannya ke sini kan untuk menjadi seorang perempuan yang cantik.
"B-baiklah, lakukan saja. D-don't make it too painful," kata Hinata sambil membalikkan badannya sehingga sekarang ia memunggungi Sasuke.
"Oh. You sure say funny things. By the way, tidak usah khawatir, aku akan melakukannya sesempurna mungkin."
Sasuke lalu melepas satu kancing baju Hinata dari belakang, membuat leher Hinata yang mulus kini terlihat. Sasuke lalu mendaratkan bibirnya di leher Hinata.
Tanpa diduga—
BUGH!
—Hinata melancarkan sebuah pukulan ke arah pipi milik pemuda tersebut—
"KYAA!"
—dan sekali lagi, ia berteriak.
"Oy! Oy! Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke kesal karena tiba-tiba dipukul.
"K-kau... Kau m-mencium l-leherku," kata Hinata seraya memegang lehernya. Mukanya jangan ditanya lagi sudah kayak apa. Merah padam. Untung nggak sampai merah kayak darah —yang entah disebut makanan atau minuman favorit si Sasuke. Secara logika, kalau warna wajah seseorang merah darah, sudah nggak bisa disebut manusia. Kecuali ada orang kurang kerjaan yang ngecat warna mukanya pakai cat warna merah darah atau ngelumurin mukanya dengan darah beneran.
Well, ada baiknya kita lanjut ke cerita saja.
"Hah? Don't make such fuss. Aku tak akan bisa meminum darahmu kalau aku tak meletakkan bibirku di lehermu."
"Aku tak percaya! Apa-apaan sikapnya? Aku tidak akan datang kalau tahu dia vampir. Ini... Ini... Ini namanya penipuan!" jerit Hinata dalam hati.
Hinata yang sibuk jerit-jerit dalam hati, nggak sadar kalau wajahnya Sasuke sudah ada di depannya dengan jarak yang benar-benar dekat, hanya 10 cm.
Sasuke mengangkat dagu Hinata lagi.
"Atau kau sebenarnya... menginginkan aku meminum darahmu dari tempat lain, hmm?" Sasuke semakin mempersempit jarak di antara keduanya.
BUGH!
Hinata melemparkan tasnya ke arah Sasuke
"KYAAA!"
Setelah berteriak untuk kesekian kalinya, akhirnya Hinata melesat kabur, meninggalkan tasnya yang masih tergeletak bersama Sasuke yang meringis kesakitan dalam posisi jongkok sambil memegang wajahnya yang menjadi tempat mendarat tas milik Hinata.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku bodoh! Kenapa aku percaya padanya walau sebentar saja? ARGGHH!" Hinata merutuki dirinya dalam hati.
Salah sendiri mudah percaya dengan orang lain.
xxx
Sasuke bangkit lagi, rasa sakit karena tas tadi berkurang. Mengingat ia sudah berjongkok lebih dari 5 menit. Ia memungut tas yang ditinggal oleh pemiliknya.
"Aku gagal saat pertama kali, bahkan saat kedua kalinya. Hmm... Interesting one," gumam Sasuke sambil menyeringai.
—To Be Continued—
Argghh! Amburadul~!
By the way, ada nggak sih fict yang isi ceritanya sama kayak begini? Soalnya ini terinspirasi sama komik apa gitu.. #LupaJudulnya #plak
Sorry deh kalau sudah ada sebelumnya. Tapi, seenggaknya alur, penjiwaannya(?), dan tetek bengek lainnya beda lah. Kan beda author gitu.. #plak
Wkwkwk XD
Oh ya, sebenarnya ini mau dijadiin one-shot aja awalnya, tapi karena menurut Fimi nanti bakal kepanjangan. Jadi fict multichapter deh.
HAHAHAHA.. *Fimi ketawa nista*
Oh, kritik dan saran selalu dinantikan~~xD
.
.
.
.
.
Btw, lanjut kagak nih fict?
