Author : Ay

Cast :

Kai

Kyungsoo

Sehun

Luhan

Suho

Lay

Title : Painter's Your Heart

Genre : ?

Chap 1

Kai POV

Bait pertama dikisah hidupku

Terlukis indah sebuah nama...

Do Kyungsoo...

Begitupun seterusnya, dari awal hingga unjung uluh hatiku...

Haha... Ya begitulah jika Kyungsoo terus bermain diawang awang memory. Perasaan yang sepatutnya kusyukuri karna kini sudah tak lagi jadi beban dihati. Pasalnya, aku sudah mengutarakannya pada Kyungsoo meski aku tak yakin... Terbalas atau tidak. Karna kutahu, untuk sekarang... Hati Kyungsoo masih sulit menerimanya

Entah sudah keberapa kalinya, terus kuukir senyuman dibibir. Membayangkannya... Menerawang jauh angan angan akan memilikinya... Bisakah itu terjadi?

Aku menunduk dalam. Menyamarkan rasa sesak sambil tersenyum getir dengan keadaan menutup mata. Setidaknya dengan begini... Aku masih merasa nyaman dan seolah hatiku bebas dari siksaan perasaanku sendiri

- - - - - I'm A Painter Your Heart - - - - -

"hey Kai...!"

Aku berhenti sejenak untuk melangkah ketika kudengar seruan namaku didentangkan. Kubalikkan badan, guna melihat siapakah seseorang itu

"huh...! Sudah dari tadi aku meneriaki namamu! Tapi malah barusan kau menoleh!"

Kubalas tatapan sebalnya saat menghujatiku dengan tersenyum manis. Dia terlihat lucu saat mendengus kesal seperti ini

"ah~ Mianhae Kyungsoo-ya... Disini sangat bising. Aku benar benar tak mendengarnya.."

"Huh! Alasan...!"

"Em... Terserah kalau kau tak percaya. Kajja masuk kelas..!"

Kurengkuh pundak sempitnya dan sedikit kutarik agar kami bisa berjalan beriringan

"Kai-ah..."

Aku menoleh pada Kyungsoo saat ia mulai membuka perbincangan ditengah laju kami menuju kelas

"Nde?"

"Mianhae..."

Kening mulusku berkerut mendengar ia berbicara itu. Sikapnya yang seakan bersalah membuatku lagi lagi menghela panjang nafasku

"Sudahlah Kyungsoo-ah... Bukankah itu tidak salahmu? Kau selalu saja berucap kata itu. Apa kau tak bosan? Aku saja yang mendengarnya bosan. Kekekeke..."

Sebenarnya kalimat yang tadinya kujajar, kuharap bisa membuat Kyungsoo menjadi lebih tenang. Namun ia malah semakin menunduk dalam dihadapanku

Kudekati ia... Dan kutaruh telapak tangan ini pada pundak kecilnya

"Aku sendiri sudah tahu diri kok. Lagipula, apa salahnya jika kau memberiku kesempatan untuk mencoba? Aku faham... Jika kau masih menutup hati karna luka yang kemarin kau rasakan. Dan itu wajar Do Kyungsoo..."

"Ta... tapi Kai... Aku tak ingin menyakitimu lebih dalam lagi. Jadi... Berhentilah untuk menyimpan perasaan itu"

Lipatan mataku bergetar saat ia mengucapkan kalimat yang serasa belati untuk menyayat luka yang baru saja kurasa. Apa kau meragukanku Kyungsoo? Kenapa kau berbicara seperti ini? Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat mendengar ucapanmu tadi?

"Bukankah, tanpa aku melanjutkan ataupun berhenti berjuang mendapatkanmu akan kurasa sakit juga? Kau menyuruhku untuk berhenti mencintaimu, dan apa kau fikir aku takkan terluka? Semuanya sama saja Kyungsoo... Karna perasaan itu tak bisa dipaksa. Setidaknya jika aku telah mencoba itu, aku masih mendapati kemanisan didalamnya. Yaitu..."

"Berusaha mengejar dan memperjuangkan perasaan tulusku. Dan apa sampai sekarang, kau masih tak faham? Bahwa aku sudah terbiasa merasakan sakit hati karna terlalu lama memendam perasaan ini. Jadi untuk itu, kau tak usah khawatir. Gwenchanayo... Dan lagi! Aku sama sekali tak memaksamu untuk mencintaiku... Karna perasaan yang dipaksakan itu tidak akan bisa terjadi"

Telapakku beralih kerambut hitam kelamnya. Mengusapnya gusar sehingga ia mem-poutkan bibir karna rambutnya yang berantakan

"Mianhae..."

"Aiish! Aku sukar dengan satu kata itu! Jadi, jangan ulangi lagi! Arraci?"

Kyungsoo mengangguk tanda mengerti. Dan kami kembali berjalan menghampiri kelas pertama

Green Hill

Senja telah tiba. Burung berterbangan menuju sarangnya sebelum matahari benar benar tenggelam. Aku juga ikut menemani burung itu melangkah. Menuju suatu tempat yang sudah jadi rutinitasku setelah pulang dari kampus

Petak kakiku berhenti ditempat ini. Angin mulai menyapaku hingga kuhisap aroma naturally yang sedap. Kuhela nafas panjang... Sambil merentangkan kedua tanganku untuk menikmati sejenak keindahan Tuhan... KeajaibanNya benar benar membuatku takjub

Seperti Kyungsoo...

Salah satu keajaiban Tuhan yang satu itu, membuat mata yang tadi menutup kini terbuka. Jantungku serasa menggebu padahal hanya mengingat namanya saja. Bukan... Bukan namanya saja, tapi... Wajahnya, senyumnya, sikapnya, semua yang ada pada dirinya... Aku suka

Kuhampiri batu besar yang berada ditengah bukit ini. Menaruh tas, lalu membuka dan mengambil semua peralatan lukisku didalam. Yah... Dari kecil aku memang hoby melukis. Setelah duduk dengan posisi nyaman, mataku langsung menatap lurus kedepan. Tapi tatapan itu tidak terfokus pada sesuatu yang ada disana. Melainkan... Dia lagi...

Aku memang sering datang ke green hill untuk melukis. Tapi bukan pemandangannya, melainkan melukis Kyungsoo. Entah, kenapa otakku begitu mudah untuk menghafal semua yang ada pada dirinya. Aku tertunduk malu, merasa bodoh namun masih seraya tersenyum tak jelas. Kurasa, Kyungsoo sudah membuatku gila setelah kulantik hatiku... Bahwa aku mencintainya

Pena yang kugenggam mulai menarik garis diatas kanvas putih. Dengan telaten, kugores goreskan benda ramping itu sampai membentuk wajah seseorang. Sedangkan fikiranku, masih terus membayangkan bagaimana lekuk lekuk wajah Kyungsoo saat tersenyum

"kau sungguh indah..."

Gumamku setelah diam sejenak untuk melakukan kegiatan melukis. Setelah aku merasa lega, aku kembali khusuk memainkan jemari diatas kanvas tadi dengan iringan kata hatiku...

"Kai-ah..."

Aku terkesiap mendengar ada yang memanggilku. Kurasa, yang tahu tempat ini hanya aku saja? Karna selama bertahun tahun aku mengunjungi green hill ini, tidak ada satu orangpun yang berpijak kecuali aku

Aku berbalik guna melihat siapa sosok itu. Keningku berkerut saat kulihat namja bertubuh ramping dan bibir yang kecil tengah menatapku dengan mata yang berkunang. Ada apa? Apa dia menangis?

"Lu...Luhan-ah... Kenapa kau ada disini?"

"hiks...hiks...hiks..."

Tubuhku makin menegang saat ia menangis sesunggukan sambil memelukku seperti ini. Apa yang terjadi?

Kuusap punggungnya seakan memberi aba-aba supaya ia tenangkan hati dulu. Toh jika aku bertanya dengan keadaan Luhan yang seperti ini, dia pasti masih kesulitan untuk menjawab

Kini ia merenggangkan tautan pelukan itu. Menghapus sisa sisa air matanya yang tadi terjatuh. Ia mengikuti posisiku, yaitu duduk diatas batu besar ini. Dan refleks membuatku menggeser bokong sedikit XD

"Sudah tenang... Kajja ceritakan..."

Kataku memecah keheningan yang selalu saja menjadi maint cast disaat kedaan haru seperti ini

"..."

Aku menghela nafas berat lagi. Kenapa ia malah diam? Tapi aku tidak boleh juga menuntutnya untuk membicarakan itu padaku. Bukankah aku tak memilik hak? Namun kurasa, ia sedang berusaha menceritakannya. Hanya saja. Mungkin... Dadanya masih terasa sesak untuk mengeluarkan segenap kalimat

"Hm... Ya sudah jika kau tak mau menceritakan apapun padaku"

"Kai..."

"Ne?"

"hiks...hiks..."

"YA! Uljimmayo... Ada apa sebenarnya?"

"Sehun... hiks... Mengatakan terang-terangan dihadapanku, bahwa ia masih mencintai Kyungsoo... Hiks...Hiks"

Aku tercengang dibuatnya. Mataku yang tadi biasa saja melihat Luhan menangis, kini mulai samar. Curahan hati Luhan tadi terasa seperti tombak yang menghujani tubuhku, perih... Kututup mataku, mencegah agar air mataku tak jatuh dan berusaha meyakinkan bahwa ini mimpi

Namun sialnya, saat kubuka mata kembali. Keadaannya masih sama. Fikiranku mulai tidak tenang. Kenapa sangat sulit untuk menggapaimu Kyungsoo? Baru saja aku bisa bernafas lega, saat kau tahu bagaimana sosok Sehun sebenarnya. Namun bodohnya, aku tidak tahu jika Sehun masih menyimpan rasa padamu

Sehun pabboya! Jika kau memang mencintai Kyungsoo, lalu untuk apa kemarin kau menyakitinya, lebih memilih Luhan saat Kyungsoo sudah ada didekapanmu...?

"hiks...hiks...hiks..."

Aku kembali menoleh kearah Luhan yang masih saja menangis sesunggukan. Dia benar benar terlihat menyedihkan. Perasaan ibaku muncul begitu saja. Hingga tanpa kusadar, tanganku telah membawa kepala Luhan untuk bersandar didadaku

"uljimmayo... Kau membuatku miris jika terus terusan menangis..."

Luhan langsung refleks mengangkat kepalanya dari dadaku. Aku terkejut saat Luhan mulai menatapku dalam dalam. Apa aku mengucapkan kata yang salah?

Setelah beberapa menit kami saling beradu pandang, kini Luhan kembali menunduk. Aku hanya memandangnya heran. Sambil terus kuusap surai blondenya, dan perlahan... Punggung mungil Luhan tidak terlihat bergetar lagi

"Kai... Apa aku akan mendapatkan kesempatan kedua?"

Mataku membelalak saat Luhan berbicara itu. Beberapa detik aku berfikir, lalu tersenyum hangat sebelum membalas pertanyaannya

"Tentu saja... Tuhan kan Maha Adil. Dia juga jauh lebih tahu dari Sehun, bahwa kau yang terbaik untuknya..."

"Bukan Kai... Bukan Sehun..."

Lagi dan lagi. Pernyataan Luhan yang sangat sulit kutebak membuatku terkesiap!

"Maksudmu?"

"Ak... Aku... Ingin kau menjadi lebih memperhatikanku lagi, seperti dulu... Saat kita menginjak bangku SMA bersama..."

Luhan mulai mengangkat kepalanya. Melihat manic mataku dengan tatapan yang masih berkunang. Raut yang jelas memancarkan harapan penuh akan obat untuk luka yang ia rasa...

Aku memalingkan wajah kedepan. Menatap lurus, namun aku sendiri juga tidak tahu menatap apa

"jeball..."

Telingaku benar benar panas mendengar rintihan itu. Kesepuluh jemariku mulai mengepal, meluapkan emosiku untuk Sehun disana. Dasar namja tidak berguna! Aku tidak ingin lebih menghujatmu didalam hati, karna nanti... Aku akan memberikan pelajaran padamu!

"Kai... eoddika?"

Suara Luhan terdengar lebih untuk mencegahku pergi dari tempat ini. Sejenak aku memang berhenti melangkah, namun hatiku saat ini benar benar mantap untuk melakukan hal apa selanjutnya...

Author kece POV

Kai telah meninggalkan Luhan sendiri. Wajah cantik Luhan terlihat layu saat memandang punggung Kai yang mulai menjauh. Ia pejamkan matanya... Berusaha menghapus jejak jejak kenyataan pahit asmaranya yang masih kental menghuni pikirannya

Mata sipit Luhan kini tertuju pada benda disamping tempat yang ia duduki. Sebuah kanvas yang telah digoresi garis hitam membentuk wajah seseorang. Luhan tersenyum getir melihatnya. Namun ia tak ingin lebih dalam lagi mersakan sakit saat melihat wajah itu. Ia bangkit, merapikan lagi penampilan yang sedikit hancur karna kegiatan memilukan tadi

Luhan menghela nafas... Menghirup keadaan sekitar yang sangat menenangkan. Lalu membuat langkah demi langkah, dan meninggalkan bukit hijau ini... Hingga terasa sunyi kembali...

Kyungsoo sibuk membolik-balik halaman demi halaman buku tersebut, dan berharap bisa secepatnya menemukan jawaban atas soal yang diberikan dosen Suho padanya. Karna ia sadar, hari semakin malam, dan perpustakaan kampus hanya akan buka sampai jam 10 malam nanti. Sedangkan, ia harus mengumpulkan tugas susulan itu saat jam 9 malam nanti

Sebenarnya, Kyungsoo kesal. Kenapa harus malam nanti mengumpulkan tugasnya? Bukankah appanya dan Suho saling mengenal. Yap! Benar... Dosen muda itu anak dari teman appa Kyungsoo. Bahkan... akhir akhir ini Kyungoo terlihat sering pulang bersamanya. Karna appa Kyungsoo lah yang menuntutnya

Seorang appa yang benar benar menyayangi Kyungsoo. Hingga tanpa ia sadar, ia over protektif terhadap anaknya. Meski itu sangat mengusik kebahagiaan Kyungsoo, namun ketahuilah... Bahwa yang appa Kyungsoo fikirkan, hanya demi kebahagiaan anak bungsunya

"Kyungsoo-ah..."

Kepala Kyungsoo mendongak saat mendengar seruan itu. Secara sigap ia berdiri saat mendapati mata sipitnya

Raut sosok yang tadi memanggilnya berubah pilu, saat tahu Kyungsoo malah meninggalkannya sendiri. Mematung bodoh tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya pada punggung Kyungsoo yang menjauh...

Siapakah orang itu ?! Hahaha... #Ketawa nista XD

Nah... TBC sampe disini Readers. Kalo ada yang kasih tanggepan, respon, kritikan, hujatan, bullyan, banca'an... Paaaaaaaaaaaaaaasssssti saya terimah dengan senang hati ^_^

Ada yang kepo ama kelanjutannya gak?

Kasih saran yah….. :D