Like Father Like Daughter

.

.

"YA! Bocah tengik! Berhenti di situ!" teriak Kyu Hyun tak tanggung-tanggung.

Gadis kecil yang dipanggil bocah tengik itu tak mau berhenti. Ia terus memperlebar langkahnya tanpa mau menoleh.

"Aku bilang berhenti!"

"Kejar saja jika kau bisa," sahut si bocah dengan suara lantang.

"Baik! Kau pikir aku tak bisa? Aku akan mematahkan kakimu begitu aku mendapatkanmu!" ancam Kyu Hyun.

Bocah berusia sembilan tahun itu membalikkan badan tiba-tiba. Kyu Hyun berhenti mendadak—nyaris jatuh tersungkur. Bocah itu menjulurkan kaki kanannya pada Kyu Hyun.

"Kau mau mematahkan kakiku? Silakan saja. Toh, dosamu bukan aku yang tanggung. Lagipula siapa yang menyuruhmu mengejarku, ahjussi?"

"Ahjussi?! Kau...kau memanggilku ahjussi?!" Mata Kyu Hyun melebar. Syok sekaligus marah bercampur menjadi satu. Ia berkacak pinggang seraya menghembuskan napas lewat mulut dengan cara yang berlebihan.

"Dengan wajah tua seperti itu kau berharap aku memanggilmu oppa?"

Oh no!

"Kau sungguh membuatku kesal!" erang Kyu Hyun.

"Dan kau membuatku jengkel!"

"Kenapa kau begitu menyebalkan, hah?!"

"Jika kau sungguh ingin tahu, tanyakan pada ibuku. Ibuku pasti akan punya jawaban kenapa bisa melahirkan anak semenyebalkan diriku!"

Kyu Hyun frustasi. Kali ini ia mengacak-acak rambutnya sampai berantakan. Bagaimana bisa ada anak kecil bermulut tajam nan tidak sopan seperti bocah di hadapannya ini. Kyu Hyun geram. Ia kesal. Jengkel. Marah. Frustasi. Tapi sayang seribu sayang memukul anak kecil bukan gayanya. Maka ia mencari pelampiasan di sekitar. Ia menendang pagar beton dengan segenap tenaga yang ada. Alih-alih merasa lebih baik ia malah menjerit kesakitan. Seketika ia sadar kalau kakinya hanya memakai sandal jepit.

"Sial! Sial! Sial!" Kyu Hyun mengumpat pelan.

"Kau mengumpat?!"

"Aku tidak mengumpat!"

"Aku mendengarmu mengumpat. Sial! Sial! Sial! Jika itu bukan mengumpat, kau mau menyebutnya cara orang dewasa merengek?"

Kyu Hyun speechless.

"Ahjussi, jadilah orang dewasa yang realistis. Jangan melampiaskan kemarahanmu pada pagar beton yang tidak bersalah. Jika itu tiba-tiba roboh, apa kau mau menggantinya dengan kakimu?"

Oh dear!

"Kau sudah hampir beruban tapi sifatmu bahkan lebih kekanakan dariku. Sungguh memalukan." Si bocah berdecak seraya menggeleng-geleng kemudian berbalik pergi.

Demi burung di udara dan demi ikan di laut bocah ini sungguh-sungguh membuatnya gila!

"YAAAAA! CHO DAN JI...!"

Tak peduli dengan teriakan ayahnya yang menggelegar, gadis kecil itu berlari memasuki halaman rumah sederhana menemui ibunya yang sedang menjemur pakaian.

"Ibu kenapa kau bisa melahirkan anak semenyebalkan diriku?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Ayah ingin tahu jawabannya."

Ibunya baru akan menjawab ketika mendengar suara Kyu Hyun dengan volume yang jauh di atas rata-rata.

"YA! Kim Hye Na! Kenapa kau bisa melahirkan anak semenyebalkan dirinya?"

Kyu Hyun datang mendekat dengan terpincang-pincang akibat insiden pagar beton tadi. Hye Na cengingisan.

"Kau belum sadar juga kalau putrimu mewarisi sifat permanen itu darimu?"

"AKU TIDAK SEMENYEBALKAN DIA!"

Serentak ayah dan anak itu berteriak sambil menunjuk satu sama lain yang akhirnya menciptakan tawa renyah di antara ketiganya.

FIN

.

.

Demi siang yang terang dan demi malam yang gelap, aku tak tahu kenapa aku menulis cerita seperti ini. Ketika aku berusaha tidur semalam, tiba-tiba ide aneh ini melintas saat aku terbayang wajah si bocah jenius Park Dat Byul dalam serial My Blessed Mom. Aku merasa sayang untuk membuangnya begitu saja. Alhasil aku memuntahkannya di sini XD

Berharap ada yang mencintai karya absurd :D