FALSE
by Nakashima Eru
Ansatsu Kyoushitsu by Matsui Yuusei
Rate K
Angst/Hurt/Comfort
Happy Reading!
.
.
.
.
Sekali lagi, gadis itu berjalan ke atas bukit dimana pohon sakura tertua di kota ini berada.
Sekali lagi, gadis itu menapakkan kaki kurusnya di tanah kering menanjak itu.
Sekali lagi, gadis itu membiarkan rambut pirangnya lusuh tertiup angin.
Sekali lagi, gadis itu menyunggingkan senyum di bibir pucatnya sembari menatap pohon sakura di depannya.
Sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi yang terus terulang.
Sekali lagi penduduk sekitar menghujamkan tatapan penghinaan.
Sekali lagi penduduk sekitar menganggapnya tidak waras.
Sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi ia tidak peduli.
Sekali lagi ia tidak peduli kecuali-
"Karma, aku merindukanmu."
Pip pip pip pip
Menjadi suara latar belakang sekalipun kicauan burung camar penghuni bukit riuh memecah keheningan.
Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang kian lesu.
'Karma, ayo kita jalan-jalan bersama. Aku akan mentraktirmu susu setroberi.'
Sebuah pesan singkat yang baru saja ia kirim mengiringi helaan napas berat yang ia lakukan.
'Hee~ ok. Kalau begitu tunggu aku di depan stasiun.'
Balasan yang ia peroleh membangkitkan pelita kecil di sanubari suramnya yang kelam.
Angin bukit semakin ribut menjadi pengantar kepulangan gadis itu.
-0O0-
"Di depan stasiun ya. Aku akan berdiri di sini sampai kau datang."
Ia membiarkan tatapan tajam dan hujatan pedih akan baju lusuhnya dari orang yang lalu lalang.
Matahari semakin redup, keremangan senja memenuhi cakrawala hingga malam pun tiba.
Menunggu terlalu lama adalah hal biasa. Setiap hari ia melakukannya.
Langkah gontai ia ambil untuk menyusuri jalan pulang. Namun dengan tetap tersenyum ia berkata,
"Terima kasih, Karma. Aku senang menunggumu."
-0O0-
Setiap hari yang sama.
Semua burung menyambut kedatangannya di atas bukit.
Pip pip pip pip
'Karma, ayo kita latihan debat bahasa Inggris.'
Pesan pun terkirim.
'Ok~ aku menunggumu di taman bermain. Kita lakukan sambil main ayunan.'
Kaki gadis yang semakin ringkih itu pun menuruni bukit berderap ringan menuju taman bermain.
"Sudah kuduga kau lama sekali, Karma." Tetap senyum hangat dan ia melanjutkan,
"Kalau begitu aku latihan berbicara dulu."
Selanjutnya ocehan bahasa Inggris fasih terdengar riang, menghentikan celotehan anak-anak yang tengah bermain di tempat yang sama.
Monolog menyedihkan mengundang anak-anak yang sejak dulu mengecapnya gila untuk bersorak sorai dan mengolok-olok dirinya.
Dan ia tidak memikirkannya.
-0O0-
Setiap hari yang sama.
Setiap hari dimanapun ia berusaha menemui Karma, kepedihan dunia selalu terasa.
-0O0-
Suatu hari yang sedikit berbeda.
Gadis itu berdiri menunduk menatap nisan bertuliskan 'Akabane Karma' dengan beberapa tangkai bunga liar petikan dari bukit.
Pip pip pip pip
'Aku mengunjungimu, Karma. Kubawakan bunga untukmu'
Pip pip pip pip
'Terima kasih, bunga yang indah. Ayo kita ngobrol bersama.'
Seulas senyum pedih menghiasi wajah gadis itu. Tangisan perih pecah saat ia menatap kedua tangannya.
Tangan kanan yang selalu membawa handphone-ya.
Dan tangan kiri yang selalu membawa handphone Karma.
END
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
