Bisa dibilang ini sekuel dari sekuel. Ribet yah?
jadi knolologinya ini terjadi setelah fic "Sekuel : Rabin" yang krik krik itu. -_-
enjoy~
Saranghae, Wonshik © Kacang Merah
Pair : Rabin (Ravi x female-Hongbin)
Warning : Ficlet(?), AU, agak ga nyambung gitu, OCC, dapat menyebabkan alis berkerut dan bibir mengerucut
.
.
.
Bel apartemen berbunyi membuat Hongbin yang sedang mengeringkan rambutnya bergegas keluar kamar. Siapa orang yang bertamu sepagi ini? Keadaan apartemen sangat sepi membuat Hongbin bertanya-tanya di mana penghuni yang lain. Eonni-nya yang cerewet itu pun belum dilihatnya sejak semalam. Mungkin dia menginap di apartemen Taekwoon-oppa, pikirnya. Lalu di mana Hyuk?
"Wonshik?" Dari ekspresi wajahnya jelas sekali kalau Hongbin kaget, pasalnya Wonshik tidak pernah bisa bangun pagi. Dia adalah orang yang paling sulit dibangunkan saat pagi hari yang pernah dikenalnya. Tapi sekarang sosok tinggi itu berdiri di depan pintu apartemennya, sepagi ini.
"Pagi, Binnie." Wonshik merentangkan kedua tangannya memberikan jalan untuk direngkuh tubuh langsing Hongbin. Hongbin memeluk lelaki dengan rambut silver itu kemudian mencium pipinya.
"Ternyata kau bisa bangun pagi juga." Hongbin menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari lelaki tinggi tersebut, aroma parfum kesukaannya.
Wonshik masuk ke dalam apartemen tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Hongbin mengaitkan tangannya di lengan Wonshik mengikuti ke mana dia melangkah. Wonshik membuka kulkas mengambil soda berkaleng merah, belum sempat dibuka Hongbin merebut kaleng itu dari tangannya. Wonshik pun mengedarkan pandangan heran pada wanita yang rambut panjangnya masih setegah basah itu.
"Wae? Aku haus."
"Jangan minum soda, duduk di sana! Akan kubuatkan teh hangat untukmu."katanya menunjuk ruang tv dengan dagunya, membuat Wonshik mau tidak mau menurut, lagipula hari ini dia harus menuruti semua kemauan Hongbin.
Gadis dengan dua cangkir teh hangat di tangannya berjalan ke arah ruang tv. Dia meletakkan kedua cangkir di atas meja sebelum duduk merapat pada lelaki yang sedang bersandar memejamkan matanya itu. Hongbin mengelus pipi lelaki itu, kasihan dia pasti tidur larut malam karena harus menyelesikan pekerjaannya.
"Kau mengantuk?"tanya Hongbin pelan. Wonshik menggeleng, dia membuka matanya mengambil cangkir teh di atas meja menyesap isinya.
"Di mana Hakyeon-noona dan Hyuk?"tanya Wonshik saat menyadari suasana apartemen yang sepi.
"Molla."
"Kau sendirian? Kemarin harusnya kau menginap di rumahku."kata Wonshik dengan cengiran lebar.
"Yah! Kau sudah gila? Bukannya kau tinggal bersama orangtua dan adikmu?"
"Kita bisa menyewa hotel kalau begitu, lalu setelah itu―" Wonshik menyeringai, membuat Hongbin mempunyai firasat bahwa lelaki ini memikirkan hal yang tidak-tidak.
Hongbin memukul lengan Wonshik berkali-kali. "Berhenti berbicara. Dasar mesum." Kulit wajah Hongbin yang putih bersih mulai menunjukkan semburat merah, adegan mereka kemarin kembali berputar di pikirannya.
"Kau menikmatinya kan?"
"Larvaaa!" Hongbin benar-benar malu sekarang.
"Hahaha. Arrasseo arrasseo." Wonshik tertawa kedua tangannya merengkuh Hongbin yang langsung menyembunyikan wajahnya di dada Wonshik. "Kita pergi sekarang?"tanya Wonshik tiba-tiba.
"Aku ingin roti bakar."
"Ayo, kita bisa membelinya di perjalanan."
"Shireo, kau yang buatkan."
"Mwo? masak ramyeon saja aku tidak bisa. Beli saja."
"Wonshik~" Hongbin mulai mengeluarkan aegyo-nya. Mana bisa Wonshik menolak keinginan pertamanya hari ini.
•―•
.
.
.
Akhirnya mereka pergi juga setelah memakan roti bakar keju cokelat buatan Wonshik yang hampir gosong, dan berpamitan dengan Hyuk yang baru keluar kamar bersama Jaehwan. Entah apa yang Hyuk lakukan semalaman dengan lelaki Pinokio itu. Jika sampai Hakyeon tahu hal ini, pasti sudah habis Lee Jaehwan sekarang.
Wonshik mengikuti ke manapun gadis itu melangkah. Hongbin memasuki satu demi satu toko merchandise yang ada di daerah tersebut, Wonshik sudah menyerahkan kartu debitnya pada kekasihnya yang terlihat sangat bersemangat itu, dia membiarkan Hongbin menggunakan uangnya. Di tangannya dia sudah menenteng tiga paperbag besar dari toko yang berbeda. Yah, sampai kapan gadis dengan jumpsuit biru itu akan terus berbelanja? Kakinya bahkan sudah terasa mau kram.
Setelah satu jam penuh mereka berkeliling dari satu toko ke toko lainnya, akhirnya Wonshik bisa meluruskan kakinya di cat cafe. Sebenarnya ini idenya, dan Hongbin yang sangat amat menyukai kucingpun menyetujuinya. Setelah itu mereka masih berkelilling hampir ke semua toko yang ada di daerah tersebut, bahkan ke toko yang sama sekali tidak menjual barang-barang berbau Park Hyoshin, sebelum akhirnya Hongbin memutuskan untuk pergi dari sana dan membiarkan Wonshik menenteng empat paper bag besar sampai tempat parkir.
•―•
.
.
.
"Jadi kita mau ke mana sekarang?"tanya Wonsik sambil mengemudikan mobil. Hongbin bisa saja minta sesuatu yang aneh-aneh pada lelaki di sebelahnya. Toh, Wonshik tidak akan miskin seketika jika uang di kartu debitnya habis.
"Tidak tahu."
"Katakan saja, Binnie."
"Pulang saja."
"Jinjja? Ada apa?"suara Wonshik melembut, apa dia berbuat salah pada gadis dengan rambut ponytail ini?
"Tidak apa-apa."
"Jadi kita ke apartemenmu sekarang?"
"Shireo. Ke manapun selain ke sana." Hongbin bersandar di jok mobil dengan lutut yang dilipat di depan dada. Kulit putih mutiaranya yang bersinar terekspos pada bagian lengan dan dada membuat beberapa laki-laki mencuri-curi pandangan ke arah dadanya yang membusung sejak tadi membuat lelaki di sampingnya seharian ini seringkali menempatkan tangannya pada bahu Hongbin, lengannya, pinggangnya untuk menegaskan bahwa Hongbin adalah miliknya.
Laju mobil terhenti karena tertahan lampu merah. Tangan kanannya yang berada di atas kemudi pindah ke kepala gadis di sampingnya membuatnya menoleh ke arah Wonshik, lalu Wonshik mengelus rambut cokelatnya.
"Kau sakit?"tanya Wonshik.
Hongbin menggeleng.
"Apa aku berbuat salah?"
"Ani. Aku hanya lelah."
"Baiklah, kita cari penginapan."
•―•
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat mereka berhasil menemukan penginapan yang nyaman. Sebelum sampai ke penginapan mereka memutuskan untuk membeli beberapa potong pakaian ganti untuk besok. Sebenarnya ini di luar rencana Hongbin, tetapi gadis itu menginginkan waktu lebih lama bersama kekasihnya yang sibuk ini.
Sesampainya di kamar penginapan, Hongbin langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hakyeon sering menyebutnya clean-freak karena obsesinya terhadap kebersihan. Dia selalu menyukai segala sesuatunya bersih dan rapi. Entah kenapa dia bisa jatuh hati pada Wonshik yang notabene malas mandi dan berantakan.
Hongbin keluar kamar mandi dengan masih menggunakan jubah mandi, wangi sabun menguar dari tubuhnya memenuhi ruangan kamar di mana Wonshik masih berguling-guling di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.
"Wonshik, mandi!" Hongbin mengguncang-guncangkan tubuh Wonshik mencoba membangunkannya.
Bukannya menuruti kemauan gadis itu, Wonshik menarik tubuh gadisnya yang masih terbalut jubah mandi ke dalam pelukannya. Menghirup dalam-dalam leher Hongbin yang menguarkan wangi bunga.
"Kau wangi sekali."
"Dan kau bau sekali, Kim Wonshik. Cepat mandi!" Bohong kalau Hongbin bilang Wonshik bau, padahal dia masih bisa mencium wangi parfum Wonshik sampai saat ini.
"Kalau aku bau kenapa kau masih mencintaiku, hm?" Wonshik menggesekkan hidungnya di pipi Hongbin yang berada di atas tubuhnya, pelukannya semakin erat. Hongbin mendorong dada bidang Wonshik yang berada di bawah tubuhnya. Jubah mandinya sudah tersingkap apalagi di bagian dada dan pahanya membuat Wonshik tahu bahwa Hongbin tidak menggunakan apapun dibaliknya.
"Siapa bilang aku mencintaimu?"
"Jadi kau tidak mencintaiku? Padahal aku sudah memberikan cinta dan segalanya untukmu. Hiks." Wonshik berpura-pura sedih dia memeluk Hongbin lagi, membuat wajah Hongbin kembali tenggelam di ceruk lehernya.
"Wonshik, lepas!" Hongbin mencoba melepaskan kaitan tangan Wonshik di pinggangnya.
"Shireo, aku tidak akan melepaskanmu walaupun kau tidak mencintaiku."
"Mandi sekarang juga! Kau masih harus menuruti perintahku!"
"Apa kau mencintaiku?" Masih keras kepala dengan topik sebelumnya Wonshik menatap mata Hongbin yang besar, wajah cantiknya terlihat polos sekali jika tanpa make up.
"Tentu saja. Mana mungkin aku bisa bertahan dengan komposer super sibuk, tukang tidur yang jorok sepertimu."
"Apa kau hanya mengingat yang buruk?" Memang kadang perkataan kekasihnya yang cantik itu bisa menusuk seperti jarum. Wonshik sendiri mengakuinya kalau dalam beberapa situasi perkataan Hongbin agak keterlaluan.
"Tidak juga. Kau tampan, aku suka. Kau baik, menyenangkan, perhatian, lucu, tubuhmu bagus dan abs-mu―"
"Kenapa abs-ku?"
Hongbin tersenyum sebelum melanjutkan kalimatnya. "―aku sangat suka."
Setelah sebelumnya agak kecewa, saat mendengar jawaban Hongbin yang satu ini Wonshik ikut tersenyum. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa senang di hatinya saat Hongbin dengan terang-terangan memuji dirinya. Wonshik menggulingkan tubuhnya, merubah posisinya menjadi di atas gadisnya. Jubah mandi Hongbin benar-benar berantakan sekarang karena ikatannya sudah sangat kendur, kulit putihnya dari leher hingga batas perut terbuka.
"Aish, Wonshik!" Hongbin memekik sebal, kedua tangannya sibuk membereskan jubah mandinya mencoba menutupi kulit tubuhnya yang diterpa dinginnya pendingin ruangan.
"Katakan kau mencintaiku!"
"Shireo."
"Aku tidak akan mandi sebelum kau mengatakannya."
"Yah! Harusnya kau yang menuruti perintahku!"
"Sekali saja, Binnie."
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku tidak mau mandi, aku akan terus memelukmu seperti ini sampai pagi."
"Huuft...arrasseo. Aku―"
"Tatap mataku saat mengatakannya!"
"Ck! Kau benar-benar―"
"Ah, palli."
"Aku mencintaimu, Kim Wonshik. Puas seka―" Wonshik melumat bibir bawah Hongbin membuat kalimatnya terputus. Hongbin bisa merasakan Wonshik tersenyum di dalam ciumannya. Kemudian Wonshik menjauhkan wajahnya, lelaki tampan itu tersenyum lebar sekali sampai matanya yang sudah sipit itu semakin tipis.
"Aku juga mencintaimu, Lee Hongbin." Setelah itu dia benar-benar pergi ke kamar mandi meninggalkan Hongbin yang masih tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Yah! Kenapa jadi dia yang menuruti Wonshik!
•THE END•
Soneul deuro nan frezee. Armor down. Nananana nanana nana~ *joget chanined up*
Kacang Merah kembali lagi, kali ini ga bawa yang panas-panas kok. kkk
cuma fic pendek rabin dengan rating aman. XD
sebenernya setelah dibaca ulang ini rada ga nyambung gitu. tapi mending publish aja deh daripada dia mengendap jadi draft kan terus menuh2in memori(?)
jangan lupa review ya, oh iya kalo mau say hello ke aku lewat PM juga boleh.
Nanti aku bales. kali aja ada yang mau sharing soal rabin atau VIXX secara keseluruhan. hayuk atuh~
Kacang Merah, Sign Out
