"Kau disini rupanya."
"Kenapa masih datang?"
"Apa aku tidak boleh mengunjungi tunanganku sendiri?"
"Tidak. Itu hanya akan menambah penderitaanku."
"Demi Tuhan Temari, jangan merasa kau yang paling menderita disini."
.
.
.
.
――――――Ballerina――――――
Naruto Masashi Kishimoto
(Inspired by One Liter of Tears)
Shikamaru Nara x Sabaku no Temari
Hurt/Comfort. Romance.
Rate T
AU. Typo(s). OOC. Alur cepat.
Happy Reading!
.
.
.
.
"Apa tidak sakit?" tanya seorang pemuda berkuncir satu kepada wanita yang berada dihadapannya.
"Apanya yang sakit?" Wanita itu balik bertanya sambil mengernyitkan alisnya. Tanda kalau dia tidak mengerti dengan pertanyaan pemudia yang berada dihadapannya itu.
"Itu.. kau tadi berjinjit dengan ujung kaki kemudian melakukan gerakan," ujarnya datar sambil menatap wanita yang berada dihadapannya. Wanita yang sudah menjadi tunangannya 1 tahun yang lalu.
"Oh. en pointe ,tentu saja tidak. Aku kan sudah terbiasa," jawabnya sambil mengaduk supnya. "Ah, sudah aku bilang tidak usah ditambahkan. Kau mau ini?" desisnya sambil menunjukan suiran daging ayam yang terdapat di sup nya.
"Merepotkan sekali. Tinggal kau makan apa susahnya sih?" omel pemuda itu sambil tetap mengambil suiran ayam disup gadisnya.
"Kau tau, daging bisa menyebabkan kegemukan." jawab gadis itu sambil meminum vanila latte-nya. Tersenyum, menatap tunangannya yang sedang menggerutu, mengambil suiran ayam dimangkuk putih miliknya.
"Sekali dua kali kau harus makan daging. Protein dari sayuran tidak sebanyak dari daging," dengus pemuda itu kesal sambil sesekali menatap wanita yang berada dihadapannya.
"Akan aku coba," ujar wanita itu santai.
"Hmm. Temari."
"Ya?"
"Siapa pemuda yang mengangkatmu tadi ketika latihan?" tanya pemuda itu ragu-ragu.
"Oh. Uchiha Itachi. Kau kenal?"
"Tidak. Pandangannya kepadamu aneh."
"Hmm.. Hmmm.. Cemburu?" ujar wanita itu menggoda sambil mengedipkan mata―iris jade itu yang sungguh menggoda.
"Eh?" Pemuda itu tidak menggubris godaan dari sang wanita. Sejujurnya dia sedikit dongkol melihat tubuh wanitanya yang dipeluk dan diangkat dengan mesra oleh pemuda bermarga Uchiha itu. Kalau bukan karena profesi yang sangat disenangi oleh tunangannya itu, mungkin dia tidak akan rela. Tapi itulah resiko mempunyai tunangan seorang penari ballet profesional.
"Aku mendapatkan peran utama dipentas kali ini. Senang sekali," ujar wanita bersurai pirang itu sambil tertawa. Nampak dari raut wajahnya itu―raut kebahagiaan. Mimpinya menjadi penari ballet tingkat internasional mungkin bisa tercapai sebentar lagi.
.
.
.
.
"Kelenturan harus dijaga! Perhatikan gerakanmu!" titah seorang pria―bisa dikatakan berusia 30 tahunan keatas sambil memperhatikan anak didiknya melakukan gerakan.
"Temari, kau pemeran utama dipentas kali ini. Jadi, latihan yang serius, oke?" ucap pria itu sambil mengelus kepala Temari.
"Baiklah,Asuma-sensei." ucapnya kemudian berputar dengan tumpuan satu kaki. Gerakan yang sangat indah.
.
.
.
Pemuda berkuncir satu tak henti-hentinya menatap gadisnya yang sedang mengangkat kaki tinggi-tinggi dengan lurus.
"Ck, apakah dia tidak terkilir?" ucapnya sambil berdecak kagum. Kagum melihat kelenturan dan kelincahan gerakan tunangannya.
Pemuda itu―Shikamaru Nara, adalah seorang pengacara muda berbakat di Konoha. IQ nya yang diatas 200 mengantarkannya meraih kesuksesan di usia yang mungkin terbilang sangat muda. Dia berhasil memecahkan kasus-kasus yang bisa dikatakan sangat rumit.
Gadis itu―Temari Rei anak sulung keluarga Kazekage Rei adalah seorang ballerina profesional. Dia selalu terpilih menjadi wakili Konoha didalam pentas antar negara. Gerakan-gerakan dari tubuhnya membuat semua orang berdecak kagum. Dia telah bertunangan dengan pengacara muda berbakat―Nara Shikamaru.
.
.
.
"Mengapa kau mengambil vas bunga?" tanya Shikamaru heran melihat Temari mengenggam vas bunga.
"Eh? Aku tadi mau mengambil tisu disebelah vas bunga ini kok," jawabnya heran. Temari mencoba mengambil tisu itu sekali lagi, tapi mengapa selalu meleset? Akhirnya dia urungkan niatnya untuk mengambil tisu.
'Mungkin aku terlalu kelelahan jadi penglihatanku ganda' batinnya keheranan.
"Ini." ujar Shikamaru sambil memberikan tisu ke Temari.
"Eh? Terimakasih Shika." jawabnya sambil mengelap mulutnya yang kotor.
.
.
.
"Terimakasih sudah mengantarku, Tuan pemalas," jawabnya sambil hendak masuk kedalam apartemennya.
"Berhentilah memanggilku, Tuan pemalas." Shikamaru terlihat kesal kepada tunangannya itu kemudian menatap kearah kemudi yang sedang dipegangnya.
"Marah? Hmm. Kau tidak mengambil titipan dari Gaara?"
"Oh ya, aku lupa kalau Gaara menitipkan sesuatu untukku."
"Ya sudah, ayo masuk."
Mereka berdua keluar dari mobil, dan memasuki apartemen Temari. Apartemen yang mungkin bisa dikatakan sangat mewah. Alangkah terkejutnya Shikamaru melihat Temari jatuh tersungkur tiba-tiba dengan kepala menyentuh lantai. Seharusnya, dia bisa menahan kepalanya agar tidak menghantan lantai. Tapi mengapa dia tidak melakukan apa-apa?
"Astaga Temari, kau tidak apa-apa?" Shikamaru membantu Temari berdiri. Sementara Temari masih terlihat kaget dengan apa yang terjadi.
"Eh? iya. Hanya luka kecil kok," ujarnya kemudian memasuki apartemennya.
"Aku obati lukamu." Shikamaru mengambil kotak obat dan dengan sigap mengobati dahi tunangannya yang berdarah.
"Terimakasih Shika," jawabnya sambil tersenyum.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ya, seperti yang kau lihat. Mungkin aku sedikit kelelahan," ujarnya sambil menatap tunangannya.
"Istirahatlah, aku pulang." Shikamaru mengecup bibir tunangannya, kemudian pergi.
Sementara Temari hanya mengangguk. Otaknya masih sibuk mencerna apa yang terjadi.
.
.
.
.
"Pirouette, Temari!" titah Asuma. Temari hanya mengangguk, kemudian bergerak berputar pada satu kaki―mirip angsa. Sangat indah.
Pentas musik dilaksanakan seminggu lagi, karena itulah klub ballet Temari mengadakan latihan dengan keras. Karena, mereka akan ditonton oleh semua orang diseluruh dunia.
"Yak! Bagus sekali. Latihan kali ini kita cukupkan." ujar Asuma kemudian menarik lengan Temari.
"Ada apa ya sensei?" tanya Temari terkejut melihat kelakuan Asuma.
"Gerakanmu terlihat kaku. Apa kau sakit?"
"Tidak sensei, mungkin aku kelelahan. Kau tahu sendirikan aku latihan terus menerus minggu-minggu ini," jawab Temari sambil tersenyum. Memang, badannya lemah akhir-akhir ini, untuk mengenggam sesuatu pun rasanya agak sulit.
"Kau harus istirahat, perhatikan kesehatanmu. Oh ya, sampaikan salamku ke Shikamaru ya," ucap Asuma hendak berlalu dari hadapan Temari. Temari mencoba berjalan, namun keseimbangan sepertinya tidak berpihak kepadanya.
Alangkah terkejutnya Asuma melihat Temari jatuh tersungkur dilantai dan tangannya sama sekali tidak menahan tubuhnya. Asuma membantu Temari berdiri. Sementara Temari, masih terlihat terkejut dengan apa yang dialaminya. Sudah dua kali dia jatuh seperti itu. Ada apa ini?
.
.
.
.
Musik klasik mengiringi ballerina itu menari. Badannya yang gemulai membuat seluruh penonton pentas itu berdecak kagum. Pentas balet bertajuk "Romeo&Juliette" ini seakan menghipnotis para pengunjung. Penonton tidak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepala takjub melihat dua orang yang berperan menjadi Romeo dan Juliette. Ya, itulah dia, Uchiha Itachi yang berperan sebagai Romeo serta Temari Rei yang berperan sebagai Juliette. Mereka seakan menikmati tariannya.
Pemuda Nara itu sibuk memotret sang tunangan yang sedang menari-nari lincah diatas pentas. Seulas senyuman terukir diwajah malasnya.
Tepuk tangan meriah menandakan berakhirnya pentas itu.
"Congratulations. Penampilan kalian menakjubkan." Asuma terlihat menyunggingkan senyumnya kearah muridnya yang membanggakan.
"Sensei, bagaimana jika kita mengadakan makan malam?" ujar Uchiha Itachi yang disambut anggukan dari semua yang berada disitu.
"Sekarang?"
"Tentu saja sekarang, memangnya tahun depan." celetuk ballerina bernama Sakura membuat semua orang yang berada disitu terkekeh.
"Baiklah. Baiklah." ujar Asuma kemudian mereka semua meninggalkan pentas itu dan menuju kesebuah restoran.
.
.
.
.
"Bersulang!" teriak mereka semua kompak kecuali Shikamaru, dia masih sibuk melihat foto-foto hasil jepretannya tadi. Temari menyenggol lengan sang tunangan supaya bergabung bersama mereka. Dengan malas, Shikamaru ikut mengangkat gelasnya.
Pandangan mereka terarah ke Temari saat gadis itu menjatuhkan gelas yang berada digenggamannya. Gelas kaca itu jatuh ke lantai, dan untunglah sama sekali tidak melukai seseorang yang berada disana. Gadis itu hanya terdiam menatap lurus. Temari masih terus berfikir. Akhir-akhir ini memang gerakan sulit dikontrol, otot-otot ditangan dan kakinya seakan melemah.
"Eh? Aku tidak apa-apa kok hehe." Temari tertawa garing. Shikamaru memperhatikan tunangannya. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi dalam diri tunangannya. Tidak susah memang memprediksikan sesuatu yang aneh mengingat IQ nya yang diatas rata-rata.
.
.
.
"Iya sayang, aku keluar." Temari mematikan sambungan teleponnya kemudian berlari-lari kecil keluar dari apartemennya. Dia memang punya janji dengan Shikamaru hari ini. Janji, mempersiapkan segala sesuatu terkait pernikahan mereka. Ya, mereka memang berencana menikah 3 bulan lagi.
Senyumnya terukir saat melihat tunangan pemalasnya sudah menunggunya disamping mobil. Dengan tergesa-gesa dia berlari kearah Shikamaru. Tapi, lagi dan lagi. Dia jatuh terjerembab di aspal tanpa ada satu pun gerakan tangannya yang mencoba menahan tubuhnya. Keningnya menghantam tanah. Darah mengalir dari kepalanya. Shikamaru yang panik, mengangkat tubuh tunangannya. Membawanya kerumah sakit.
.
.
.
Temari hanya meringis kesakitan saat lukanya diobati oleh perawat. Setelah diobati, Temari diperbolehkan pulang. Temari sedikit kaget saat Shikamaru menarik tangannya, untuk mendatangi ruangan dokter ahli syaraf―Tsunade yang notabene adalah teman ibunya.
"Shika, ada keluhan pada syaraf mu? Atau syarafmu sudah terpelintir karena terus menerus memecahkan kasus," ledek Tsunade yang membuat Temari terkekeh.
"Tsunade-sama, bisakah kau melakukan pemeriksaan syaraf tunanganku. Belakangan ini dia sering terjatuh dan melakukan gerakan diluar kehendaknya?" ucapnya serius, tidak memperdulikan ledekan yang baru dilemparkan Tsunade kepadanya.
"Hm. Baiklah. Aku juga sedang tidak sibuk. Kita lakukan beberapa tes awal," ujar Tsunade mengeluarkan beberapa peralatannya.
"Aku baik-baik saja, Shika. Ehm, maksudku aku terjatuh karena kurang berhati-hati saja," sergah Temari. Dia sangat tidak suka orang lain menganggapnya lemah. Padahal, dia merasa, dia adalah wanita yang kuat.
"Kita hanya melakukan tes saja nona ballerina, memastikan syarafmu dalam keadaan sehat. Bagaimana? Bisa kita mulai?" ucap Tsunade. Sementara Temari menangguk lemah.
Setelah melakukan sejumlah tes awal, akhirnya dokter itu meminta Temari untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh yang hasilnya akan diketahui dalam beberapa hari.
"Kau ini! Memangnya aku sakit jiwa apa? Harus diperiksa syaraf!" omel Temari seusai melakukan pemeriksaan.
"Hanya ingin mengerjaimu saja, dan memberi pekerjaan Tsunade-sama." ucapnya polos, membuat Temari terkekeh.
Temari tidak tahu Shikamaru selama ini memperhatikan pergerakannya. Geraknya yang sama sekali tidak wajar. Berkali-kali Temari menjatuhkan benda yang berada digenggamannya, sering melakukan gerakan yang sama sekali tidak disangkanya. Shikamaru tahu telah terjadi hal salah pada tunangannya.
.
.
.
Setelah mendapat telepon dari Tsunade, Shikamaru bergegas menuju kerumah sakit. Kebetulan, Temari sedang latihan ballet, jadi dia bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi.
Dia menghempaskan tubuhnya di kursi yang ada di ruangan itu.
Hening sejenak. Hingga Tsunade membuka suara.
"Tunanganmu adalah seorang ballerina yang hebat. Aku menyaksikannya di televisi, penampilan dia sangat memukau."
"Ya, apakah ada yang salah dengan dia Tsunade-sama?" tanya Shikamaru menatap Tsunade. Dia tahu ekspresi wajah Tsunade menyiratkan bahwa ada sesuatu yang tersimpan disana.
"Tunanganmu mengidap Spinocerebellar Ataxia?"
"Penyakit merepotkan apa itu?" tanya Shikamaru heran. Jujur, dia baru mendengar penyakit semacam itu.
"Penyakit berhubungan dengan fungsi spinal dan otak kecil. Dengan kata lain, penyakit ini merusak jaringan otak kecil dan syaraf tulang belakang. Padahal salah satu terminal dalam tubuh untuk pengiriman syaraf adalah tulang belakang. Karena itulah kenapa dia akan kekurangan kontrol dari otot kaki dan tangan, yang pada akhirnya menghasilkan kurangnya keseimbangan dan koordinasi dikarenakan kemunduran jaringan saraf pada urat saraf tulang belakang dan saraf yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki."
Tsunade terus menjelaskan sambil sesekali menatap kearah Shikamaru.
"Kau bercanda!" ucap Shikamaru diiringi dengusan kesal. Shikamaru mencoba lari dari realita. Meskipun dia tidak bisa menampik bahwa Tsunade adalah dokter senior yang hebat.
"Aku tidak pernah main-main untuk hal semacam ini, Shika. Penderita akan mengalami kesulitan berjalan dan mulai tak dapat berdiri tanpa ditopang. Pelafalan ucapan pun semakin tidak jelas dan sulit dimengerti. Penyakit ini terus menggerogoti tubuh penderita, dan dalam waktu singkat penderita hanya bisa berbaring saja." Penjelasan Tsunade itu membuat mata Shikamaru membulat kaget.
"Penyakit itu pasti bisa disembuhkan kan Tsunade-sama?"
"Maaf, penyakit itu tidak dapat disembuhkan, karena penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Ada obat yang bisa menhentikan laju perkembangan penyakit ini untuk sementara waktu, atau menghambatnya. Namun, lama- kelamaan keampuhan obat itu akan menghilang."
"..." Shikamaru hanya terdiam. Dia sungguh masih tidak percaya dengan apa yang diutarakan oleh Tsunade.
.
.
.
Shikamaru mencoba dengan sekuat tenaga membantah pernyataan Tsunade. Tapi semakin dia membantah maka semakin jelas bahwa omongan Tsunade seminggu lalu memang benar adanya. Shikamaru pernah dengan iseng melempar bola kearah Temari, tapi tangan Temari gagal menangkap bola, sehingga menyebabkan bola itu mengenai kepalanya. Temari hanya tertawa menatapi kebodohannya. Sementara, Shikamaru memeluknya. Memeluknya dengan erat.
Kali ini, Temari jatuh terjerembab lagi, yang menyebabkan luka baru didagunya. Itu membuat Shikamaru semakin tersiksa. Dia memang merahasiakan penyakit Temari. Dia tidak ingin gadis itu tahu. Toh gadis itu juga tidak pernah sedikitpun menanyakan tentang pemeriksaannya seminggu yang lalu.
Shikamaru memberanikan diri menghubungi ayah Temari yang berada di Suna. Ayah Temari memang telah meminta Shikamaru untuk menjaga Temari. Temari ngotot pindah ke Konoha untuk menggapai mimpinya menjadi ballerina karena ballet di Konoha memang lebih bagus dibandingkan di Suna.
"Halo, ayah." ucap Shikamaru setelah mendengar tanda bahwa telepon sudah diangkat.
"Ya." ucap ayah Temari ditelepon.
"Ayah pernah mendengar tentang ataxia?" ucap Shikamaru terdengar lirih.
"Maksudmu, spinocerebellar ataxia?"
Shikamaru kaget saat Kazekage Rei melafalkan nama penyakit itu dengan lancar. Dia saja hampir susah mengucapkannya.
"Iya."
"Apa puteriku mengidap itu?" tanyanya datar.
"Iya."
Lagi-lagi Shikamaru menjawab pertanyaan Kazekage dengan kata-kata yang sama.
"Sudah aku duga. Aku akan ke Konoha lusa." ujar Kazekage menutup sambungan teleponnya.
.
.
.
Shikamaru semakin panik saat berkali-kali Temari jatuh saat latihan ballet. Hal itu membuat Asuma panik dan meminta Temari untuk beristirahat. Walaupun sempat mendapat penolakan dari Temari, tapi akhirnya gadis itu menerimanya.
"Ah penyakit itu lagi." gerutu Kazekage dihadapan tunangan anaknya.
"Eh?" Shikamaru hanya menatap heran pria yang berada dihadapannya ini.
"Kau tahu? Ibu Temari meninggal juga karena penyakit memuakan itu. Hati aku sakit saat mendengar darimu bahwa penyakit itu menyerang puteriku disaat karir balletnya sedang berada dipuncak."
Hening menyelimuti mereka berdua, hingga ponsel Kazekage berbunyi.
"Shika, maafkan aku. Aku harus kembali ke Suna. Aku akan datang kesini secepatnya." ujar Kazekage kemudian melangkah meninggalkan rumah Shikamaru.
"Temari?"
Langkah Kazekage terhenti saat melihat puterinya berdiri terpaku dibalik dinding. Tangannya yang kekar merengkuh tubuh mungil Temari kedalam pelukannya.
"Aaa-yah? Aku sakit apa?" tanya Temari sambil menangis. Ayahnya hanya diam. Kemudian, pergi kembali ke Suna.
Temari hanya menatap Shikamaru lurus.
"Shika, pandanganku kabur, tubuhku tidak bisa digerakkan saat ada segerombolan anak kecil yang berlari kearahku, dan aku jatuh." Temari menangis. Shikamaru hanya terdiam. Dia memeluk tubuh Temari yang sudah terisak dipelukannya.
.
.
.
Temari kembali terjatuh. Kali ini dia dilarikan kerumah sakit karena benturan dikepalanya sangat serius. Meski akhirnya, Temari diperbolehkan pulang setelah menerima dua suntikan.
Temari bergegas menuju kestudio balletnya. Lagi-lagi Temari tidak bisa seimbang. Sehingga beberapa kali terjatuh. Hal itu membuat Asuma ragu untuk menampilkan Temari dipentas yang akan dilaksanakan 3 hari lagi. Tapi Temari terus berusaha dan sampai saat ini Temari masih belum mengetahui penyakitnya.
.
.
.
3 hari kemudian, Temari tampil sukses. Meskipun beberapa gerakan Temari terkesan kaku, namun itu tidak mengurangi nilai plus pada penampilannya. Asuma diam-diam memperhatikan cara Temari berjalan dan dia sadar bahwa ada sesuatu yang salah pada diri Temari.
Temari mendadak jatuh pingsan seusai latihan ballet. Gadis itu segera dilarikan kerumah sakit oleh Asuma dan beberapa rekan ballerina Temari. Dari dokter Tsunade, Asuma mengetahui penyakit yang diderita Temari. Asuma hanya bisa tertegun saat mendengar penuturan Tsunade. Tanpa mereka sadari gadis yang tengah mereka bicarakan menguping pembicaraan mereka.
.
.
.
Temari mendatangi studio ballet dengan langkah seperti orang mabuk, cara berjalan yang sangat aneh. Hal itulah membuat teman-temannya sedikit mengejeknya, tapi tidak dengan Asuma. Temari mengutarakan maksudnya untuk keluar dari klub ballet itu sambil tidak bisa menahan tangisnya.
"Asuma-sensei, dan teman-teman. Aku berniat keluar dari klub ini. Penyakit ini akan membunuhku secara perlahan-lahan."
Sontak saja, semua orang yang berada disitu memeluk Temari dan memberi semangat kepadanya. Begitu juga dengan Asuma, bagi Asuma, Temari adalah ballerina terhebat yang pernah dia ketahui.
.
.
.
Ballerina itu duduk diatas kursi roda. Hal yang sama sekali tidak pernah diduga akan terjadi padanya.
Tangannya yang gemetar menyentuh foto-foto dirinya semasa menjadi seorang ballerina. Tangisnya kembali pecah. Mengingat mimpinya menjadi seorang ballerina kandas, dan mimpinya untuk menikah dengan Shikamaru yang mungkin saja akan hancur. Dia sudah mengirimkan pesan ke pemuda itu untuk tidak lagi mengunjunginya.
"Ternyata kau disini rupanya." Shikamaru menghampiri tunangannya yang sedang menatap kearah luar jendela apartemennya.
"Ke-ke-napa masih datang?"
"Apa aku tidak boleh mengunjungi tunanganku?"
"Tinggalkan a-aku."
Kalimat singkat gadis itu membuat Shikamaru tertegun. "Tinggalkan aku dan carilah wanita lain." ucap wanita itu sambil menangis. Shikamaru bisa melihat wanita itu sudah sedikit kesulitan didalam bicara.
"Maksudmu?"
"Aku cacat Shika, dan mungkin nanti akan seperti mayat hidup, aku mohon, tinggalkan aku."
"Kau kira aku mencintaimu karena fisikmu! Aku mencintaimu apa adanya, dan tidak akan berubah sampai kapan pun. Kau mengerti?"
"Aku akan ke Suna besok. Kita berpisah sekarang. Berjanjilah untuk melupakanku. Aku mohon." Tangisan Temari meledak. Sungguh dia tidak sanggup untuk menatap wajah pemuda itu.
"Demi Tuhan Temari, jangan menganggap kau yang paling menderita disini!"
"..."
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
Haiiii,ane datang dengan fic yang sedih. Habisnya keenakan nulis fic humor sih #dibacok. Eh sumpeh ye, makin banyak aje nih fic ane yang TBC uwoooo gak kuat. Oke oke? Apakah ada yang bersedia mereview?
