Title : Shining Like a Star

Author : In Hyun

Genre : Mpreg, Yaoi, Romance, Sad (maybe), Family.

Rate : yang pasti NC dikit banget gk biasa bikin gituan masih polos soalnya hahah.

Length : Chaptered

Main Cast : Byun Baek Hyun

Xi Lu Han

Park Chan Yeol

Kim Jong In

Oh Se Hun

Wu Yi fan/Kris

Do Kyung Soo

Support Cast : Kim Jong Woon/Ye Sung

Kim Rye Wook

Kim Hee Chul

Dll.

Main Pair : ChanBaek/KrisBaek/KaiLu/HunHan and banyak lagi, jadi temukan sendiri!

Disclaimer : ini ide murni dari otak saya yang lagi senang nulis FF, jika ada kesamaan cerita itu murni tidak kesengajaan. Jangan sekali-kali ngebash cast yang saya pake, apalagi ngebash author nanti saya ngamuk(?) hahah.

Shining Like a Star

Chapter 1

Author POV

Malam itu dingin begitu mencekam. Sepertinya tidak lama lagi, musim dingin akan segera menyapa warga korea. Disepanjang jalan sungai Han, orang-orang berlalu lalang dengan tergesa-gesa sambil memeratkan jaket mereka. Sepertinya mereka ingin tiba di rumah sesegera mungkin, untuk menghangatkan tubuh mereka dari dinginnya malam.

Namun lain halnya dengan sesosok namja berperawakan cantik yang memiliki surai seperti gula kapas itu. Ia sepertinya sangat betah berdiri di atas jembatan sungai Han. Memandangi aliran sungai dengan tatapan kosong. Entah apa yang ia pikirkan.

Hari sudah semakin larut, tapi tidak ada tanda-tanda namja cantik tadi meninggalkan tempatnya berpijak saat ini. Bahkan sekarang tidak ada lagi orang yang berlalu-lalang seperti tadi.

Hanya orang yang mau mati kedinginan saja yang akan keluar disaat seperti ini. Kurang lebih itulah yang mereka pikirkan yang sekarang pasti sedang menikmati kehangatan di rumah mereka masing-masing.

"apakah aliran sungai ini akan membawaku ke tempat yang jauh?" namja surai gula kapas itu mulai bergumam yang aneh.

"tapi sepertinya sungai inipun akan menolak diriku" kini mata indah itu mulai menitikan air mata. Apa sebenarnya apa yang ada dipikiran namja ini.

"ahh sungai-ssi, apakah kau mau menerimaku untuk bergabung? Kau mau membawaku ketempat dimana tidak ada lagi kepedihan kan?" lirihnya dengan suara tertahan. "jebal terimalah aku!: seketika namja cantik tadi memanjat pembatas jembatan dan….

BYURRR…..

Kai POV

Namaku Kim Jong In tapi semua sahabatku lebih senang memanggilku Kai. Sekarang aku adalah mahasiswa SM university jurusan bisnis tahun awal.

Aku sebenarnya tidak berniat menjadi seorang pebisnis. Tapi appaku selalu mendesakku dan berjanji tidak akan mengurung hobyku yaitu menari. Namun, hari ini aku harus siap menerima ciuman stik golf appaku karena aku terlambat pulang kerumah tanpa memberitahukan kepada kedua orang tuaku. Padahal aku sudah lupa kapan terakhir kalinya appaku melayangkan stik golfnya kebadanku. Jika appa betul-betul merealisasikannya, aku tidak akan memaafkan Taemin hyung yang terus mendesakku agar aku tidak meninggalkan pesta perayaan kemenangan grup dance kami. Tapi aku masih merasa lega karena eommaku selalu membelaku di hadapan appa.

Sekarang aku sedang berjalan menuju rumahku yang berada tidak jauh dari tempatku mengadakan pesta tadi. Menulusuri jalanan sungai Han yang sekarang sudah nampak sepi.

"huh kenapa malam ini dingin sekali"

Aku terus memeratkan jaketku agar tubuhku tidak kedinginan. Namun, detik kemudian siluetku menangkap sosok yang tidak asing dimataku. Dia tengah berdiri di atas jembatan sungai Han.

"Lu Han hyung" gumamku mengerutkan keningku karena bingung, kenapa Lu Han hyung berkeliaran dimalam yang dingin seperti ini.

Lu Han hyung adalah namja yang dari dulu begitu kucintai, aku pertama kali bertemu dengannya saat menginjak bangku sekolah menengah pertama. Dia adalah seniorku, 1 tahun di atasku. Sewaktu masa sekolah dulu, dia selalu menjadi incaran teman, kakak kelas maupun adik kelasnya termasuk diriku. Walaupun aku tidak pernah mengatakan perasaanku kepadanya. Bagiku saat itu, berada di dekatnya sudah sungguh membahagiakan. Ya, aku beruntung bisa menjadi orang yang dipercaya Lu Han hyung untuk menjadi sahabat baiknya. Namun, semenjak ia kuliah kami jarang bertemu. Dan baru-baru ini aku dengar ia menjalin hubungan dengan juniornya di Universitas. Sungguh tragis, aku dan Lu Han hyung tidak satu Universitas.

Yang aku tahu kehidupan Lu Han hyung begitu menyedihkan, dia hanya seorang anak yatim piatu yang pernah tinggal di panti asuhan dan sekarang harus tinggal dan mengurus dirinya sendiri.

Perlahan aku mendekati Lu Han hyung, aku sugguh merindukannya. Yang akhir-akhir ini sulit ku temui.

"LU HAN HYUNG~~~~~" aku mencoba meneriakinya namun sepertinya ia tidak mendengarku.

"apa yang Lu Han hyung lakukan dimalam yang sudah larut ini" gumamku entah kepada siapa.

Aku terus berjalan menghamipirinya agar jarak kami semakin dekat, namun seketika mataku membulat ketika tiba-tiba Lu Han hyung memanjat pembatas jembatan dan.

BYURRR~~~~

"LU HAN HYUNGGGG" teriakku dan detik berikutnya tubuhku sudah menyatu dengan dinginnya air sungai mencoba menolong namja yang begitu berharga dalam hidupku.

Aku berhasil menyelamatkan Lu Han hyung, akupun membawanya ketepi sungai. Aku sedikit gugup apakah aku harus memberinya napas buatan seperti yang ada di film-film.

"k. " lirihnya yang tiba-tiba sadar kemudian jatuh kembali ke alam bawah sadarnya.

"Apa yang membuatmu seperti ini hyung" lirihku dengan air mata yang tidak bisa lagi ku bending.

Shining Like a Star

Author POV

Kai yang tadi menceburkan dirinya kedalam sungai kini berhasil menyelamatkan Lu Han.

"k. " lirih Lu Han kemudian jatuh ke alam bawah sadarnya.

Seketika memori bersama namja yang ia sayangi sekaligus dicintainya tereka ulang seperti sebuah film yang diflasback.

"annyeong,, hei apa yang kau lakukan sendiri disini?"

"kenapa kau diam. Perkenalkan aku Oh Se Hun. Kau?"

"Xi Lu Han imnida"

"kau seniorku kan. Kalau begitu aku akan memanggilmu Lu Han hyung"

.

.

"Lu Han hyung ayo kita pergi membeli buble tea!"

"hmm kajja"

.

.

"Lu Han hyung lihat ini!"

"wahh kalung yang cantik Se Hun-ah. Pasti untuk kekasihmu ya?"

"ne hyung. Dia adalah orang yang aku sukai"

"jadi ternyata benar? Kenapa kau tidak memperkenalkanku padanya"

"untu apa? Kau lebih mengenalnya dari siapapun"

"benarkah?"

"ne,, karena orang itu kau hyung. Lu Han hyung maukah hyung menjadi namjachinguku"

" Se Hun-ah"

.

.

"aigoo Se Hun-ah kenapa kau mabuk"

"ireona Lu Han hyung, apa yang harus aku lakukan"

"sudah jangan bicara Se Hun-ah, ayo aku bawa kau ke apartemenku"

.

.

"Lu Han hyung!"

"ne Se Hun-ah"

"jangan pergi. Temani aku tidur mala mini, aku takut sendirian"

"baiklah"

"hyung,, aku suka wangi tubuhmu. Jangan berikan kepada orang lai ne!"

"tentu tidak akan Se Hun-ah, karena aku milikmu seutuhnya"

"benarkah?"

"hmm.."

"kalau begitu aku ingin tubuhmu seutuhnya malam ini hyung"

#$%& #$%#*&^%$# #$%^&&^%$$#%$#$%%^%$## #$%%%%#

.

.

"hyung aku mau kita mengkhiri hubungan kita hyung!"

"wae Se Hun-ah. Apa ada yang salah?"

"semuanya salah hyung. Aku baru sadar ternyata selama ini aku tidak menyukaimu"

"kau bohong"

"aniyo Lu Han hyung, aku harap kau menemukan yang lebih baik dariku. Aku pergi Lu Han hyung"

"jebal ANDWAEEE Se Hun-ah. ANDWAEEE"

.

.

"selamat anda hamil. Sudah masuk bulan kedua"

"uisa,, anda bohong kan?"

"saya tidak berbohong, anda memang hamil"

.

.

"ahjumma aku mohon, aku harus bertemu Se Hun"

"kau tidak boleh bertemu dengannya. Kalian sudah putus bukan, lagipula sekarang Se Hun sedang melangsungkan pesta pernikahannya dengan Kyung Soo. Kau tidak boleh menghancurkannya namja JALANG"

"aku mohon ahjumma, ada yang harus aku beritahukan kepada Se Hun. Aku..aku.. mengandung anaknya"

"apa kau hamil?"

"ne ahjuma, sudah masuk bulan kedua"

"kalau begitu gugurkan kandugannmu"

"ta..tapi"

"kau tidak dengar, kubilang gugurkan anak itu. Hei penjaga cepat bawa namja 'menjijikan ini menjauh dari hadapanku, CEPATTT!"

.

.

"lebih baik aku mati bersama anak ini, mianhe Se Hun-ah. Mianhe sayang, eomma tidak bisa menanggung semua ini sendiri. Selamat tinggal dunia"

Kai segera membawa Lu Han ke rumah sakit terdekat. Di depan kamar rawat Lu Han, Kai begitu panik. Entah berapa kali ia mondar-mandir di depan kamar rawat itu. Bahkan ia juga lupa memberi kabar kepada orang tuanya yang pasti sedang khawatir di rumah.

Ceklekkk

Pintu kamar rawat Lu Han terbuka. Diikuti keluarnya seorang uisa dan seorang kanosa dari dalam sana. Kai langsung menghambur menghampiri uisa itu.

"uisa bagaiman kedaannya?" Tanya Kai panik yang tanpa sadar mancengkram bahu uisa itu kuat.

"tenang tuan! Dia tidak apa-apa, juga bayi yang ada dalam kandungannya"

Saat mendengar penuturan uisa, Kai begitu tersentak. Membuat uisa itu bingung dengan perubahan ekspresi Kai yang seharusnya senang. Namun, apakah Kai harus senang mendengar kabar ini. Yang pastiya saat ini Kai begitu shock.

"anda bisa menemuinya sekarang. Dia sudah sadar, saya permisi"

Uisa itupun pergi meninggalkan Kai yang masih berkecamuk dengan pikirannya.

"siapa appa dari anakmu hyung" lirih Kai.

Perlahan Kai membuka kamar rawat Lu Han. Mendekati sosok yang begitu rapuh, yang kini tengah duduk meringkuk diatas tempat tidurnya dengan selang infuse yang berada di punggung tangannya.

"Lu Han hyung" sapa Kai, namun tidak ada respon dari pemilik nama.

Kai kemudian menggerek kursi agar ia dapat duduk di samping tempat tidur Lu Han.

"hyung sebenarnya sia_"

Belum sempat Kai bertanya perihal bayi yang ada di kandungan Lu Han, namja cantik itu terlebih dahulu memotongnya.

"kenapa kau menolongku Kai?"

"ne?"

"KENAPA KAU MENOLONGKU? Seharusnya kau biarkan aku mati bersama bayi ini!"

"APA YANG KAU BICARAKAN HYUNG! TIDAK SEHARUSNYA KAU BERKATA SEPERTI ITU. Apa salah bayi itu, yang lahir saja belum" Kai mulai beram karena perkataan Lu Han.

"tapi bagaimana jika ia lahir tanpa seorang appa. Aku sudah mersakan hidup tanpa orang tua, dan harus tinggal di panti asuhan. Orang-orang akan mengatainya anak har_"

"aku yang akan menjadi appanya hyung"

Potong Kai cepat, tidak peduli jika Lu Han mau atau tidak. Yang pasti Kai tidak ingin mendengar kata-kata menyakitkan itu dari mulut Lu Han.

"K. , kau jangan bodoh. Kenapa kau harus bertanggungjawab terhadap apa yang bukan menjadi salahmu" kini air mata yang sedari tadi di tahan Lu Han agar tidak jatuh, berlomba-lomba untuk keluar.

"menurutku itu bukan tindakan bodoh, terserah hyung mau bilang itu bodoh. Tapi aku benar-benar ingin menjadi appa dari anakmu hyung. Aku menyayangimu hyung, tidak akan kubiarkan kau terluka lagi"

Lu Han mendengar semua itu, ia tidak menyangka jika selama ini Kai membenda perasaan yang begitu besar terhadapnya.

"hiks.. Kai"

Kai kemudian menarik Lu Han, menyandarkan kepalanya didada bidang miliknya, yang kini tengah menangis hebat.

"tapi bagaiman dengan orang tuamu Kai?"

Lirih Lu Han dalam pelukan Kai. Iapun sadar bahwa ia belum memberi kabar kepada orang tuanya.

"tenang saja hyung, aku yang akan mengurusnya. Sekarang kau istirahat besok aku akan membawamu menemui mereka"

Kai langsung menghubungi orang tuanya. Setelah keluar dari kamar rawat milik Lu Han. Ia memberi tahukan mereka bahwa ia tidak bisa pulang malam ini karena menemani seseorang di rumah sakit. Kai juga meminta agar appanya besok tidak bekerja dan melarang eommanya pergi. Karena ada seseorang yang ia ingin kenalkan. Dan orang tuanya menyanggupi permintaan putra tunggal mereka.

Shining Like a Star

Keesokan harinya Kai membawa Lu Han ke rumahnya.

"hyung! Sesampainya di rumah, kau jangan berkata apa-apa, jika memng perluh. Kau hnya menjawab seadanya. Selebihnya cukup aku yang akan menjawab peryanyaan eomma dan appa, arathci?"

"tapi Kai" Lu Han Nampak khawatir walaupun sedari tadi Kai terus menenangkannya.

"tenanglahh Lu Han hyung. Appaku tidak memangsa manusia. Dia hanya namja yang suka memelihara kura-kura. Aneh kan?"

Lu Han hanya tersenyum mendengar Kai mengatai appanya 'aneh'. Dan nampaknya Kai senang melihat senyum indah itu lagi walaupun dia harus mengatakan hal buruk tentang appanya.

.

.

"Kai ini rumahmu?" Lu Han Nampak takjub melihat rumah megah itu.

"ne, wae hyung"

"aniyo. Rumahmu bagus, mewah tapi tidak terkesan glamour. Menggambarkan kalau pemilik rumah sangat bersahaja" Kai hanya tersenyum mendengar penilaian Lu Han.

"sudahlah hyung, kajja kita masuk" Kai kemudian manarik pergelangan tangan Lu Han.

Bohong jika Lu Han bilang ia tidak gugup, sekarang ia mati-matian menahan kegugupannya.

"eomma,, appa,, aku pulang" sapa Kai ketika tengah berada di ruangan keluarga Kim itu.

"ne Kai. eomma dan appa sudah menuggumu dari tadi" balas Ye Sung appa Kai yang tengah duduk di sofa bersama istrinya Rye Wook.

"appa, eomma perkenalkan ini Lu Han" Kai mencoba memperkenalkan Lu Han kepada keluarganya. Walaupun Kai sudah lama mengenal Lu Han, namun baru kali ini Kai membawa Lu Han untuk menemui orang tua Kai.

"anyyeong haseyo Xi Lu Han imnida" Lu Han sedikit membungkukkan badannya saat memperkenalkan diri.

"baiklah Lu Han-ssi silahkan duduk" Ye Sung mempersilahkan Lu Han untuk duduk.

Lu Han berjalan kerah sofa diikuti Kai di belakangnya. Kemudian duduk berhadapan dengan Ny. Dan Tuan Kim, orang tua Kai.

"Lu Hannnie, neomu yeoppo" Rye Wook begitu gemas melihat wajah Lu Han yang imut itu. Sementara Lu Han hanya bersemu merah karena malu.

"appa, eomma sebenarnya ada yang ingin aku beritahukan kepada kalian" Kai mulai membuka suara. Lu Han sedikit menggigit bibir bawahnya takut juka Tuan Kim mengamuk(?).

"ada apa Kai" Tanya Ye Sung.

"aku ingin menikahi Lu Han appa" saat Kai mengutarakan ingin menikahi Lu Han seketiak itu pula, atmosfer di antara mereka berubah. Inilah yang ditakutkan Lu Han.

"apa maksudmu Kai?" emosi Ye Sung mulai naik, seandainya Rye Wook tidak menenangkannya.

"appa Lu Han hyung hamil, dan dia…." Kai memberi jedah sebelum melanjutkan kalimatnya. "dan Lu Han hyung mengandung anakku appa"

Mata Lu Han seketika membulat, pasalnya Kai tidak mengatakan bahwa Kai akan mengakui anaknya sebagai anak Kai dihadapan kedua orang tuanya. Kai hanya mengatakan bahwa Kai akan menjadi appa dari anak yang Lu Han kandung.

Kedua orang tua Kai tidak kalah terkejutnya dari Lu Han. Bahkan Ye Sung sudah tidak bisa meredakan emosinya.

"APA? KAU MENGHAMILINYA" Ye Sung murka kemudian Kai ditarik agar berdiri. Kemudian diseret. Ye Sung mengambil stik golfnya yang berada di pojok ruangan itu. Padahal sudah lama ia tidak menggunakan stik itu untuk memukul anaknya jika melakukan kesalahan.

Brukkk

Stik golf milik Ye Sung sukses menghantam tubuh Kai.

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI"

Brukkk

"KAU KUKULIAHKAN BUKAN UNTUK MENGHAMILI ORANG"

Brukkk

"AKU BAHKAN HANYA MEMINTAMU UNTUK MELANJUTKAN BISNIS KELUARGA, TANPA MENGHALANGIMU MENARI"

Brukkk

"suamiku berhentilah! Jangan pukul anakmu lagi" Rye Wook kini histeris. Namun sepertinya Ye Sung sedang dirasuki entah setan apa.

"KIM JONG WOON" bentak Rye Wook. Baru kali ini ia bersuara sekeras itu selama menjadi istri dari seorang Kim Jong Woon.

"tuan! Kumohon jangan pukul Kai lagi" kini Lu Han yang bersuara. Ia tidak sanggup lagi melihat Kai dipukuli terus oleh appanya.

"tuan, Kai tidak bersalah sebenarnya. Kai bu_"

"andweeee aku yang salah appa" Kai cepat-cepat memotong sebelum Lu Han mengakui semuanya.

"baiklah jika ini mau kalian" hati Ye Sungpun luluh melihat Kai dan Lu Han saling melindungi. Iapun melempar stik golfnya kesembarang arah.

Rye Wook dan Lu Han membantu Kai untuk duduk. Sudah dipastikan pasti sekarang tubuhnya sudah dipenuhi memar-memar biru. "baklah Lu Han-ssi. Maksudku Lu Hannie. Bawa orang tuamu besok kesini supaya kita membicarakan ini lebih lanjut" titah Ye Sung membuat Lu Han sedikit tersentak.

"andwe appa. Lu Han hyung, anak panti asuhan" kai yang menjawab karena ia yakin Lu Han mungkin sulit mengatakan itu.

Ye Sung menarik napas dalam.

"kalau begitu walimu. Apa itu juga tidak ada?"

"maafkan saya tuan" Kai kaget karena Lu Han angkat suara. Namun Lu Han mengisyaratkan bahwa dia tidak apa-apa.

"saya tidak punya siapapun di Korea. Anda mungkin tadi tidak menyimak saat saya memperkenalkan diri" Lu Han sedikit menghela napas.

"saya orang China tuan. Sebenarnya saya anak panti asuhan di China. Tapi sepasang suami-istri dari korea mengangkat saya sebagai anaknya. Namun sebelum mereka mengganti nama dan marga saya mereka meninggal karena kecelakaan" Lu Han tak bisa menahan air matanya saat menceritakan hidupnya.

Rye Wook yang ada di samping Lu Han hanya mengusap punggung namja cantik itu mencoba untuk memberi kekuatan. Sepertinya Rye Wook sudah menyukai Lu Han saat mereka pertama kali bertemu.

"Kalau memang seperti itu tidak ada alasan untuk menunda-nunda pernikahan ini" Ye Sung berhenti sejenak mencoba mengambil napas.

"Lu Han dan kau Kai besok appa akan menikahkan kalian"

"MWO" Lu Han dan Kai sama-sama kompak berteriak.

"wah mereka memang cocok chagi. Lihat, berteriak saja mereka berbarengan" Rye Wook mencoba menggoda mereka. Sepertinya atmosfer di ruangan itu sudah berubah.

"tapi tuan, apakah tidak terlalu cepat?" lirih Lu Han.

"ani. Hari ini appa akan membagikan undangannya, oh iya jangan panggil aku tuan. Panggil aku appa dan Rye Wook eomma. Sama seperti Kai memanggil kami. Aratchi?"

"n. appa" Lu Han nampak canggung saat mengatakan kalimat itu.

memang tidak sulit bagi seorang Kim Ye Sung untuk melakukan itu dalam sehari. Bahkan dalam sekejap mata saja. Karena ia dapat memerintah orang agar semua itu terwujud.

Bagaimana tidak ia adalah seorang yang memiliki perusahaan marketing yang sudah dikenal dalam maupun luar negeri. Karena perusahaan itu adalah perusahaan yang diwariskan secara turun temurun.

Lu Han POV

aku begitu bahagia, tepatnya hari ini aku dan Kai sudah resmi menjadi suami-istri. Appa juga mengadakan resepsi besar-besaran. Badanku terasa pegal karena menjamu kolega dan sahabat appa yang begitu banyak. Namun kai yang selalu setia disampingku terus menyemangatiku.

"wah ini menantu anda tuan kim? Cantik sekali"

"benar. Dia juga manis"

"mereka pasangan yang serasi"

begitu banyak pujian yang kuterima hari ini. Hari-hari kelam karena kesendirianku kini lenyap sudah.

"Lu Hannie ayo ikut eomma!"

"kemana eomma?"

"eomma akan memperkenalkan kau dengan teman-teman eomma. Kai, eomma pinjam istrimu sebentar. Sebaiknya kau menemui appa"

aku kemudian berjalan disamping eomma. Aku sangat senang, akan berkenalan dengan sahabat-sahabat eomma. Yang pastinya mereka semua adalah orang yang berkelas.

"maaf karena menunggu lama. Ini menantuku Lu Han" eomma memperkenalkanku kepada sahabatnya.

"wah cantik sekali"
itulah perkataan mereka saat pertama kali bertemu denganku. Sama seperti yang lain.

"maaf menunggu lama" sapa seseorang yang baru datang. Akupun menoleh kebelakang, asal suara itu datang.

"ahjumma" aku begitu kaget karena ternyata eommanya Se Hun yang datang.

"kalian sudah saling mengenal" tanya eomma karena bingung.

"ani. Aku bahkan baru bertemu dengannya" sanggah ahjumma Hee Chul berbohong. Tidak kusangka ia akan datang.

Author POV

Lu Han begitu terkejut saat bertemu dengan eomma Se Hun. Oh Hee Chul. Begitu pula sebaliknya.

"ini menantu anda Ny. Kim?" tanya Hee Chul yang sepertinya sedikit meremehkan.

"ne Ny. Oh, namanya Lu Han"

"annyeonghaseyo Ny. Oh" sapa Lu Han sambil membungkuk. Dan dibalas dengan senyuman oleh Hee Chul.

"oh iya mana Se Hun dan istrinya Ny. Oh?" Rye Wook membuka percakapan.

"mereka sedang bulan madu ke paris. Sepertinya mereka tidak ingin melewatkan momen indah mereka" Hee Chul mengucapkan itu namun melihat kearah Lu Han.

"dimana orang tuamu Lu Hannie?" pertanyaan Hee Chul sukses membuat Lu Han pucat. Rye Wook juga nampak gelisah. Hee Chul tau Lu Han tidak memiliki siapa-siapa, dan ia ingin mempermalukannya.

"saya sudah tidak punya orang tua" lirih Lu Han.

"mereka sudah meninggal?" tanya Hee Chul lagi. Dia tidak mau membahas perihal kehamilan Lu Han. Karena takut semua akan curiga kenapa ia mengetahui hal itu. Padahal Ye Sung sudah merahasiakan soal Lu Han yang hamil diluar nikah. Hee Chul juga penasaran, kenapa keluarga Kim dengan mudahnya merestui pernikahan anak mereka dengan orang yang hamil bukan dari anak mereka.

Rye Wook yang melihat situasi ini kemudian menyuruh Lu Han agar pergi. Sebelum ia dipermalukan.

"maaf Ny. Oh sepertinya Lu Han sedang lelah. Chagi ayo temui suamimu" titah Rye Wook.

"ne eomma. Saya pamit dulu" Lu Han kemudian membungkukkan badannya dan pergi menemui Kai.

Malamnya mereka berdua nampak canggung. Hanya ada keheningan yang tercipta. Bahkan mereka hanya duduk bersebelahan diatas kasur besar itu. Karena tidak ingin berlama-lama dalam kesunyian ini. Kaipun angkat bicara.

"Lu Hannie!"

"ne Kai"

"Saranghae"
tidak ada suara yang dikeluarkan Lu Han. Mungkin dia masih ragu.

"aku tau, kau tidak mencintaiku jadi aku akan menunggumu. Tidak apa_"

"nado saranghae Kai-ah" potong Lu Han. Mereka nampak sepasang kekasih yang baru jadian. walaupun mereka sudah menikah.

"gomawo" lirih kai kemudian mengecup puncak kepala Lu Han, kemudian kehidung lalu turun kebibirnya. Sungguh ciuman yang manis.

Lu Han tidak menolak ciuman itu, bahkan ia membalasnya. Kata-kata Se Hun pun mencuak.

"hyung,, aku suka wangi tubuhmu. Jangan berikan kepada orang lai ne!"

Lu Han tiba-tiba tersentak dan melepaskan pertarikan ciuman mereka.

" kai-ah" sesal Lu Han.

"tidak apa-apa chagi. Aku kan sudah bilang aku akan menunggu. Sampai hatimu benar-benar sepenuhnya untukku"

merekapun berpelukan dalam tidur mereka.

"kai!"

"ne. Chagi ada apa?"

"Apakah kau tidak penasaran dengan ayah dari bayiku" Lirih Lu Han dalam pelukan Kai.

"jika kau belum bisa menceritakannya, tidak apa-apa"

"ani. Aku akan menceritakannya. Dan ini untuk yang terakhir kalinya aku menyebut namanya.

Karena setelah itu aku akan mengubur ingatanku tentangnya. Aku hanya akan mengingat bahwa kai adalah suamiku dan juga appa dari anakku"

Lu Hanpun menceritakan semuanya. Bagaimana pertama kali Lu Han bertemu Se Hun. Sampai dimana ia dicampakan oleh Se Hun, Dan kenapa kai tidak mengetahui namja itu. Karena memang Lu Han dan Kai tidak satu Universitas.

Shining Like a Star

7 bulan kemudian.
Tepatnya tanggal 6 mei.

Kai nampak gelisah didepan ruang operasi. Ye Sung dan Rye Wook dari tadi mencoba menenangkan sang anak agar tidak terlalu khawatir. Namun sia-sia Kai terlalu takut akan terjadi hal yang buruk.

Kai begitu panik saat pulang dari kantor, dia tidak kuliah lagi. Dan bekerja di perusahaan appanya. Kai mendapati Lu Han yang pingsan dengan darah yang mengalir di kelangkangannya. Itulah sebabnya Lu Han harus melakukan operasi sesar, padahal seharusnya belum waktunya dia melahirkan.

"Sudah 3 jam Lu Han di dalam kenapa belum ada suara tangisan bayi" tanya Kai.

"tenanglah Kai. Doakan semoga mereka berdua selamat" Ye Sung menepuk pundak Kai

mencoba menenangkan putra semata wayangnya.

Sampai ketika seorang uisa keluar dari ruang operasi. Namun kai merasa heran kenapa tidak ada tangisan bayi.

Kai hanya mematung tidak mengerti dengan semua ini.

"uisa Lee. Bagaimana dengan menantu dan cucu kami" tanya Ye Sung, namun Uisa itu nampak murung.

"ada apa?" Rye Wook kini tidak sabar.

"menantu anda baik-baik saja tapi cucu anda" uisa Lee menggantung kata-katanya.

"kenapa dengan anak saya" kini Kai yang beralih bertanya pada uisa.

"anak anda terlahir prematur. Dan sepertinya anak anda sulit untuk bertahan sampai besok" uisa Lee sedikit mendesah "anda harus menemani istri anda sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang Kanosaan" uisa Lee menepuk pundak Kai seaakan ikut memberi kekuatan. Kemudain berlalu meninggalkan mereka.

"Kai tenanglah nak. Semua pasti akan baik-baik saja" Rye Wook memeluk putranya membiarkan namja yang lebih tinggi darinya itu menangis dipundaknya.

"Eomma, appa tolong jaga Lu Han dulu. Aku ingin melihat bayiku" pinta Kai ketika berada di depan kamar rawat milik Lu Han.

"ne chagi"

setelah itu Kai melesat menuju ruang inkubator dimana bayinya berada.

"uri baby. Jebal bertahanlah demi eomma dan appa" lirih kai yang berada diluar ruangan itu. Ia tidak masuk kedalam. Karena keadaan bayi mungil yang belum memiliki nama itu, belum bisa untuk ditemui. Hanya Kanosa dan uisa yang boleh masuk. Ia hanya bisa melihatnya dibalik kaca besar yang tembus pandang itu.

"Lu Hannie chagi" panggil Kai ketika menyadari Lu Han sudah sadar.

"K. " panggil Lu Han terbata-bata. Mungkin belum sadar secara penuh.

"syukurlah chagi kau sudah sadar" Kai nampak menahan tangis. Tidak sanggup untuk memberi tahukan kabar buruk kepada istrinya.

"Kai, dimana Baek Hyun"

"Baek Hyun?" kai sedikit mengerutkan keningnya karena bingung dengan perkataan istrinya.

"ne. Kim Baek Hyun" jawab Lu Han. "itu nama anak kita. Kau tau Kai. saat aku berada dibawah pengaruh obat bius tadi ada seseorang yang datang dalam mimpiku. Dia bilang anak kita akan menjadi cahaya bagi kita. Dan dia terus berkata Baek Hyun"

"begitu?"

"ne Kai" jawab Lu Han senang. "eh tapi kemana uri baby, Kai" tanya Lu Han karena bingung ia tidak mendapati bayinya disampingnya.

Kai lalu menjelaskan semuanya. Seketika Lu Han histeris. Ye Sung dan Rye Wook yang baru datang karena dari membeli makanan kini nampak sedih melihat menantunya menangis histeris.

"Kai.. Aku ingin bertemu Baek Hyun" lirih Lu Han.

"ne, tapi hati-hati! Bekas operasimu nanti terbuka"

Kai yang melihat Lu Han sudah tenang kemudian membawa Lu Han untuk menemui Baek Hyun di ruang inkubator.

"uisa bisakah aku dan Lu Han masuk. Kami ingin melihat bayi kami" Kai meminta dengan sangat agar ia dan Lu Han bisa masuk.

"ne. Sepertinya memang anda harus melihat bayi anda. Saya takut ia tidak bisa bertahan sampai besok" jawab Uisa itu kemudian pergi meninggalkan mereka berdua. Lu Han hanya memejamkan matanya mencoba tuli. Agar ia tidak mendengar kenyataan yang menyakitkan itu.

Sekarang hanya Kai, Lu Han dan seorang kanosa yang ada di ruang inkubator itu. Kai mendorong kursi roda Lu Han agar ia bisa melihat Baek Hyun dari dekat.

"kanosa, bolehka saya menyentuh bayi saya" kanosa itu nampak ragu menjawab permintaan itu. Namun karena dokter tadi bilang mungkin Baek Hyun tidak akan bertahan sampai besok. Jadi ia membuka inkubator itu.

"Baek Hyun-ah, ini eomma chagi" lirih Lu Han sambil mengusap pelan kepala Baek Hyun.

"lihat appa juga ada disini. Uri Baek Hyun tidak akan sendiri"

Kini Kai tidak sanggup membendung tangisnya. Kanosa yang tadipun ikut terharu melihat Lu Han dan Baek Hyun.

"lihat Kai. Mata dan alisnya mirip denganmu" Lu Han menunjuk alis dan mata Baek Hyun. Memang benar mata dan juga alisnya mirip Kai. Walaupun ia bukan ayah biologis dari Baek Hyun.

"ne. Dia juga sangat mirip denganmu. Dia namja cantik juga manis sepertimu"

"kau benar Kai. Chagi, eomma akan bernyanyi supaya uri Baek Hyun bisa tidur nyenyak" kini Lu Han tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Sepertinya ia sudah merelakan jika bayinya benar-benar akan pergi.

"uri Baek Hyun mau mendengarnya?" Lu Han nampak mencoba mengajak bayinya bicara. Walaupun tidak akan ada tanggapan dari Baek Hyun.

Lu Han bernyanyi begitu pelan.
Twinkle twinkle litle star.
How I wonder what you are.
Up above the world so high.
Like a diamond in the sky.
Twinkle twinkle litle star.
How I wonder what you are.

Lu Hanpun mengakhiri lagunya. Lagu itu adalah lagu yang selalu ibu panti nyanyikan untuknya jika ia tidak bisa tidur. Lagu itu juga menggambarkan tentang Baek Hyun yang bersinar seperti bintang. Kurang lebih seperti itulah pendapat Lu Han sang eomma.

Diusapnya pelan kepala anaknya. Kemudian mencium puncak kepalanya. Air mata Lu Han mungkin sudah jatuh di kepala bayi mungil itu. Dan tiba-tiba

Hoek. Hoek. Hoek

Untuk pertama kalinya Baek Hyun menangis.

Kanosa yang ada disana memandang tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"kanosa cepat panggil uisa!" perintah kai. Kemudian Kanosa itu melesat memanggil uisa di ruangannya.

"gomawo chagi. Eomma yakin uri Baek Hyun pasti kuat" Lu Han tak henti-hentinya mengucap syukur dalam hati.

~~~TBC~~~

Thank you so much para readers yang udah mau baca FF ini. Jujur ini ff pertama saya. Jika respon di chap ini memuaskan. saya akan melanjutkan FF ini dengan cepat. Oh iya saya gak terima review yang Cuma bilang lanjut thor, atau jangan lama-lama lanjutnya. Dan saya paling benci ama SIDER alias silent reader. Jadi jangan coba-coba, haram hukumnya. Hahah #ampun. See you next chap all. Itupun jika ada yang nunggu.