Fairy tail by Hiro Mashima
Special for Valentine day!
Just drabble, hope you like this…
.
.
.
-Me, maybe?-
Erza memandang bosan pada sekumpulan gadis yang tampak asik berbincang-bincang. Lebih tepatnya, bosan dengan topik yang hari ini begitu 'populer' untuk dibahas. Yups, valentine! Hari kasih sayang, begitu kata orang. Hari dimana seseorang menunjukan rasa cintanya pada orang yang mereka cintai.
"Apanya yang menarik?" Erza bergumam bosan, melihat kumpulan gadis-gadis itu mulai histeris dengan apa yang mereka bicarakan.
"Kenapa tidak kau tanyakan pada mereka?" Erza berbalik, meluruskan kembali posisi duduknya, dan menatap lawan bicara –secara tidak resmi- didepannya. Raut heran terpancar di wajahnya, mendengar seorang Jellal fernandes yang terkenal dingin, mengomentari ucapannya. Tapi, sekalipun mulutnya berucap, tapi mata dan pikirannya tampak asik dengan buku yang ia dibaca.
Hal langka bagi Erza bisa berbicara dengan laki-laki dihadapannya ini. Biasanya saat istirahat seperti ini, ia menghabiskan waktu di kantin atau halaman sekolah bersama Mirajane, Lucy, dan yang lainnya. Alhasil, kapasitas ia bisa berbicara dengan laki-laki berambut biru dihadapannya ini hampir tidak mungkin, mengingat Jellal yang menghabiskan kehidupan sekolahnya di kelas atau perpustakaan. Suatu kejadian langka, karena ia 'ditelantarkan' para sahabatnya yang hari ini 'sibuk' dengan urusan masing-masing di hari valentine. Membuatnya –secara tidak langsung- terjebak bersama lelaki biruyang terkenal 'dingin' ini.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Erza kembali membalas, "Untuk apa? Melihatnya saja aku sudah bosan."
"…" Jellal melirik dari sudut matanya, tanpa niat menjawab, lalu kembali fokus pada bacaannya.
Merasa diacuhkan, dan tidak ada kerjaan, Erza kembali mencari objek pengusir rasa bosannya selain para gadis –yang tadi ia perhatikan- yang semakin lama semakin tambah 'bersemangat' saja. Dialihkan pandangannya keluar jendela, dan seperti yang ia duga, aroma 'love' dimana-mana, sepanjang retina matanya melihat. Menyerah, Erza mengdaratkan kepalanya diatas meja, dengan sebelah tangan sebagai alasnya. Erza mengetuk-ngetuk pensil yang tergeletak diatas meja, bosan.
"Jika kau merasa terganggu, kenapa tidak cari pacar saja?" Erza menegakkan kepalanya spontan, tatkala orang yang tadi mengacuhkannya kembali berkomentar.
Jellal menutup bukunya, lalu berbalik menghadap Erza, sebelum berkata, "Aku, misalnya?" yang membuat rona merah segera menjalari pipi Erza.
Erza tidak tahu saja kalau perpustakaan dan kelas yang biasa menjadi tempat favoritnya tatkala istirahat itu adalah tempat dimana ia bisa dengan leluasa memperhatikan gadis scarlet yang diam-diam sudah mencuri hatinya.
Fin.
