naruto (c) masashi kishimoto

huhu maafin kalau bosen liat nama saya... saya terima usulnya. mulai sekarang saya bikin ini kumpulan ficlet saja, biar lebih rapi, hehe. anyway, thanks udah mampir ke sini.


prompt: found that you're quite interesting dude


Shikamaru menemukan dirinya terus-menerus memperhatikan Hinata.

Kelas Fisika seperti biasa mengundang hening untuk bertahan lebih lama dari seharusnya. Suara kapur yang berderak di atas papan tulis dan pulpen yang mencorat-coret catatan mendominasi kelas. Duduk di depan tidak berarti kau bisa menyerap apa isi ucapan Sensei, lihat saja wajah Chouji yang lebih mirip remasan kertas, terutama Naruto yang kepalanya beruap, mencanangkan bendera putih padahal bel istirahat masih ada sejam lagi.

Duduk di barisan paling belakang merupakan kesenangan tersendiri bagi Shikamaru. Ia bisa menelekan lengan, duduk diam, mengamati sekilas Sensei menerangkan kuantum lalu kembali menonton gerakan awan-awan di arak angin. Bersih, terang dan Shikamaru makin mengantuk. Lelaki ini sudah kehilangan rasa takut akan catatan merah karena dia berhasil menyelesaikan ujian paling cepat, dengan skor sempurna dan duduk di depan. Lagipula Shikamaru tidak berbuat macam-macam, ia terlalu malas dan memilih tidur sebagai prioritas. Ia tidur karena bosan. Dan ia lelah karena bosan.

Deretan paling depan diisi oleh anak-anak yang tenaganya tidak akan pernah habis. Sebut Ino, Kiba, Lee, Tenten, Karui dan Suigetsu. Sementara barisan kedua diisi oleh Sasuke, Neji, Karin, Sakura, Chouji, dan Shino. Sisanya diisi secara acak, dan bangku di depan Shikamaru ditempati oleh Hinata. Tanpa ada keinginan sebagai pengamat di kelas, Shikamaru merasa keputusan Hinata duduk nyaris di paling ujung terlalu jauh untuk mengamati Naruto lebih jelas. Perempuan ini punya segalanya, tapi dia terlihat menarik diri dan menampik halus hak istimewa yang bisa ia dapat seperti yang Neji lakukan. Dari seluruh nama perempuan yang ada di kepalanya, Shikamaru memberi garis bawah pada Hinata karena catatannya rapi dan dia tidak pernah mengomel. Tambah satu poin kelebihan.

Shikamaru hapal—secara tidak sengaja—urutan tatanan rambut Hinata. Senin dan Selasa karena ada olahraga dan home economics, Hinata akan menjalin rambutnya ke belakang. Rabu, Kamis, perempuan itu menguncir tinggi rambutnya karena ada matematika, fisika dan gerah. Jumat, Sabtu, Hinata akan mengenakan bando atau menjepit rambutnya, mata pelajaran bahasa dan kesenian membutuhkan kelompok dan Hinata (bisa jadi) menginginkan Naruto setidaknya menyadari apa yang berubah dari dirinya.

Hari ini hari Rabu, dan musim panas tepat berada di puncak. Hinata menggerai rambut, dan Shikamaru tak bisa menahan diri untuk bertahan di bangku, mengamati Hinata sampai ia mengulurkan tangan, membelai rambut panjang Hinata yang begitu lembut di tangannya. Saat matahari menyapu, rambut Hinata terlihat seperti biru tua yang kental, Shikamaru ingat cat air yang digunakan pada festival sekolah.

Shikamaru belum bisa lupa ketika ia menemukan Hinata sendirian, melukis dekorasi kelas bertema pantai. Wajah Hinata serius dan tangannya basah oleh warna-warna gelap. Ia terbangun karena tempat tidurnya segera digusur oleh Ino secara paksa, kelas mereka butuh ruang tambahan untuk menaruh peralatan, terpaksa Shikamaru bangun, menggerutu, mencari tempat lain dan berakhir menemukan Hinata. Shikamaru tidak mendengar Hinata mengeluh, satu kata apapun, dan malah menawari si bocah Nara sebotol isotonik dingin. Ada keinginan untuk mengatai Hinata seorang yang bodoh (mana ada orang yang rela mengerjakan banyak hal tanpa ada yang membantu) tapi ia urungkan ketika Hinata mengusap keringat di keningnya dan berujung meninggalkan sapuan warna biru pada kulit pucat tersebut. Pada akhirnya, Shikamaru berjongkok, mengelap kening Hinata dengan punggung tangannya dan memutuskan membantu si gadis Hyuuga tanpa banyak bicara. "Eh, tidak perlu repot-repot, Shikamaru-kun," dan dijawab Shikamaru pendek, "Tanganku terlanjur kotor." Shikamaru bisa melihat mata Hinata seperti bulan disambit saat tersenyum.

Namun ketika dilihat lebih jelas, warna rambut Hinata lebih cerah daripada yang ia bayangkan. Langit malam dengan sedikit ungu gelap. Hinata, menurut Shikamaru, adalah seorang gadis yang cantik.

"E-eh… ada apa, Shikamaru-kun?" Hinata menengok ke belakang, merasa ada yang menarik-narik rambutnya. Hinata tahu dari belakang seperti ada yang memperhatikannya, namun ia tak mau besar kepala. Nyatanya, sepasang mata Shikamaru langsung menghujamnya dengan tatapan yang lurus dan tak bisa diganggu gugat. "Hmm…?" Hinata tidak tahu apa salahnya, tapi ia harus kembali fokus pada langkah solusi dari soal atau ia akan ketinggalan sama sekali, tapi, Shikamaru malah membuatnya bertanya-tanya, apakah ia melakukan sesuatu yang membuat temannya ini sampai tidak tidur di kelas. Ia dan Shikamaru seringkali satu kelompok pada kelas sains, dan Hinata tidak bisa lupa cara Shikamaru menerangkan kembali materi yang rumit menjadi sedemikian sederhana sembari lelaki itu memejamkan mata atau menekan-nekan bahu karena pegal.

"Shikamaru-kun, kau butuh penghapus?" tanya Hinata kembali, pipinya memanas karena Shikamaru malah menantangnya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Atau pulpen?"

"Tidak. Aku hanya mau bilang kau itu cantik, Hinata."