"Hey, mau bermain petak umpet denganku?"

1... 2... 3...

'Ahh.. aku tidak ingin bermain ini..'

4... 5... 6...

'Aku tidak ingin bersembunyi...'

7... 8... 9...

'Ini Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan...'

...

'Tolong.. temukan aku!'

10!

"Aku menemukanmu, Kuroko"

.

.

.

Hide and Seek

Pairing : Akashi x Kuroko

Disclaimer : Kuroko no basuke adalah milik fujimaki tadatoshi sensei

Warning : OOC, typo, gaje, bahasa tidak baku, yaoi, sho-ai, BL, dll

jaa,

*enjoy your reading*

.

.

.

.

.

Petak umpet

Salah satu permainan yang tidak disukai Kuroko Tetsuya sejak dia kecil.

Tujuan daripada permainan ini adalah bersembunyi agar tidak ditemukan oleh si 'penjaga', namun bila dilupakan oleh orang-orang yang mencarinya, permainan ini menjadi tidak ada artinya.

Selama ini, inilah yang selalu dialami oleh Kuroko Tetsuya yang memiliki hawa kehadiran yang rendah.

Sejak bersekolah di sekolah dasar. Setiap kali dia bermain petak umpet bersama orang-orang dikelasnya, tidak ada seorang pun yang bisa atau berhasil menemukan dirinya. Secara teori, dengan tidak menemukan dirinya, maka dia telah menjadi pemenang dalam permainan ini. Namun pada kenyataannya, bukannya 'tidak bisa' menemukan, namun lebih tepatnya, dia tidak dicari sama sekali karena eksistensinya yang telah terlupakan sepenuhnya.

Dilupakan, diabaikan dan tidak pernah ditemukan, adalah situasi yang selama ini selalu dialaminya. Terlalu sering hingga dia tidak lagi tahu apa yang dirasakannya ketika berada dalam situasi itu. Sedihkah? Sakitkah? Kesalkah? Dia tidak tahu apa yang harus atau sebaiknya dirasakannya. Dia tidak tahu, tapi...

"Aku menemukanmu, Te-tsu-ya"

Satu hal yang pasti saat ini, dia sama sekali tidak ingin di temukan oleh pemuda yang bernama Akashi Seijūrou ini.

Bagaimana dan kapan awal mula dari ini semua? Dia benar-benar tidak bisa mengingatnya. Yang jelas, suatu ketika, dia dan pemuda Akashi ini tiba-tiba saja memulai permainan petak umpet yang sangat dibencinya. Meski begitu, meski dia tidak menyukai permainan ini, Kuroko tetap saja bisa dengan bangga mengatakan bahwa permainan ini merupakan spesialisasinya. Hanya saja, eksistensi orang yang bernama Akashi ini, entah bagaimana selalu berhasil menemukannya dan menghancurkan kebanggaannya itu.

Sejujurnya dia merasa senang, karena akhirnya seseorang bisa menemukannya dalam permainan yang baginya sangat menyebalkan ini. Dia senang, karena eksistensinya akhirnya diakui oleh seseorang. Dia senang, ada orang yang tidak mengabaikan dirinya sama sekali. Dia mungkin akan berterimakasih pada pemuda Akashi Seijūrou itu karena berhasil menemukannya dan menyadari keberadaannya. Seandainya saja, satu 'peraturan' itu tidak diberlakukan dalam permainan petak umpet mereka.

Satu peraturan yang sebenarnya cukup mudah dan simpel serta menguntungkan baginya. Atau setidaknya, seharusnya menguntungkan untuknya. Seandainya saja pemuda Akashi itu tidak bisa menemukan dirinya. Dia terlalu naif dan meremehkan kemutlakkan pemilik rambut merah itu. Dia tidak pernah mengira, raja iblis yang serba bisa itu akan dengan mudahnya berhasil mendeteksi kehadirannya dan menemukan dirinya dalam waktu singkat. Alhasil, dia kini menyesal semenyesal-menyesalnya karena telah setuju dengan permainan dan peraturan yang dibuat sang kaisar.

[Peraturannya gampang saja, kau hanya perlu sembunyi dariku selama waktu yang ditentukan, jika berhasil, maka permintaan tidak masuk akal apapun darimu akan kukabulkan untukmu bahkan meski kau memintaku menjadi pelayanmu sekalipun. Sebaliknya, bila kau tidak bersembunyi dengan baik dan membiarkan dirimu tertangkap olehku, maka...]

"Tolong hentikan, Akashi-kun.."

Laki-laki berambut merah yang dipanggil 'Akashi' itu menyeringai dan menikmati perlawanan yang diberikan Kuroko terhadapnya. Kuroko seketika itu juga merasa bodoh sekali karena telah dibutakan oleh tawaran menggiurkan dari sang kapten hingga menerima permainan menyebalkan ini begitu saja tanpa berpikir panjang. Dia tidak pernah mengkalkulasikan situasi dimana dirinya akan ditemukan oleh Tuan Akashi. Sekarang, sedikit terlambat baginya untuk merasa menyesal. Dia terlanjur menyetujui permainan petak umpet yang berbahaya ini.

Sang kaisar pun kini menjilati sudut bibirnya sambil menatap lekat wajah manis Kuroko.

"Hentikan? Ini kemenanganku yang ke-411 kalinya, kau sama sekali tidak punya hak untuk memintaku berhenti, Tetsuya"

Kuroko terdiam saat itu juga. Tubuhnya telah menyerah memberikan perlawanan terhadap Akashi. Perlahan, dia mulai menutup matanya dan membiarkan sang kaisar melakukan semaunya terhadap dirinya. Dia mengerti sekali, dia sama sekali tidak memliki hak ataupun kekuatan untuk melawan. Karena dia sendiri yang menyetujui ini, dia harus menanggung akibatnya sendiri.

Aah, ini sungguh menyebalkan untuknya. Kenapa dia tidak bisa bersembunyi dari raja iblis ini? Kenapa hanya raja iblis ini yang selalu berhasil menemukan dirinya kapan dan dimanapun dia bersembunyi? Kenapa dia selalu harus dilecehkan oleh raja iblis ini setiap kali dia kalah dalam permainan ini? Kenapa saat ini si raja iblis menyandarkan kepalanya diatas pundak Kuroko?

Kuroko segera membuka keolpak matanya dengan bingung. Iris birunya segera diarahkannya kepada Akashi-sama yang tengah membenamkan wajahnya di pundaknya sambil mengeluarkan aura 'lemah' disekitarnya. Pemandangan itu membuatnya sedikit tercengang. Oke, harus diakui, ini hal yang tidak biasanya bagi Kuroko. Normalnya, Tuan Akashi ini pasti sudah 'menyerang'nya habis-habisan tanpa ampun. Melihat Akashi yang seperti itu, tanpa sadar, tangan Kuroko mulai menyentuh pelan kepala merah itu dan mengelus lembut rambut halus miliknya.

"Akashi-kun..."

Terhadap suara Kuroko yang memanggilnya dengan nada khawatir, Akashi segera membalas,

"Tolong.. peluk aku hari ini, Tetsuya..."

Kuroko terdiam sejenak sambil kembali menatap Akashi yang terlihat aneh itu. Biasanya, Tuan muda Akashi tidak akan repot-repot memintanya dan langsung memeluknya begitu saja jika memang itu yang diinginkannya. Melihat kondisinya yang seperti itu, alasannya pasti hanya satu. Di dunia ini, hanya satu hal yang bisa membuat Akashi-sama menjadi seperti itu, hal itu pasti...

"Apa kau bertengkar dengan tunanganmu?"

Akashi tidak menjawabnya dan hanya terus diam sambil tetap membenamkan wajahnya di pundak Kuroko. Kuroko pun hanya bisa menghela napas dan melingkarkan tangannya ke tubuh Akashi sambil memeluk pelan tubuh yang kini terlihat lemah itu. Tangannya pun mulai mengelus lembut punggung sang kaisar dengan pelan.

Padahal kalau soal memerintah orang dan berbuat sesukanya, dia jagonya. Tapi kalau sudah bermasalah dengan nona tunangan saja, kaisar tiran ini selalu sok lemah seperti ini. Bahkan sampai-sampai dia tidak membalas pelukan Kuroko meski biasanya selalu melakukan hal yang lebih parah. Inilah salah satu alasan kenapa Kuroko selalu sebal dengan pemilik rambut merah ini. Kenapa dia harus menunjukkan sisi lemahnya seperti ini kepadanya? Rasanya benar-benar mengesalkan saja!

"Tetsuya.."

Kuroko sedikit tersentak mendengar namanya tiba-tiba dipanggil oleh Akashi yang dari tadi tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Sesaat, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat karena mengira Akashi telah membaca pikirannya. Tangannya pun tanpa sadar mengeratkan pelukannya pada tubuh sang kaisar itu.

"...apa kau... mau jadian denganku?"

Pertanyaan tiba-tiba yang diajukan sang kaisar segera membuat tangan yang mengelus lembut punggung sang kaisar berhenti bergerak. Si pemilik tangan itu pun segera melepas pelukan mereka berdua dan menatap tajam ke mata rubi sang kaisar.

"Jangan bercanda, Akashi-kun.."

Nada bicara yang datar itu entah bagaimana terdengar lebih dingin dari biasanya.

"Aku sudah memelukmu.. permainan petak umpet kita selesai.."

Kuroko berkata lagi sambil tetap mempertahankan ekspresi datarnya yang dingin itu. Sejenak, Akashi terdiam menatap datar ekspresi yang tidak biasanya dari Kuroko itu. Tidak lama kemudian, dia pun tersenyum tipis.

"Begitu? Sayang sekali.. mungkin besok aku akan menantangmu bermain lagi.."

Setelah itu, Akashi pun membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Kuroko sendirian di gudang penyimpanan peralatan olahraga itu. Kuroko masih terdiam membatu di tempat sambil melihat kearah pintu tempat Akashi keluar. Bibir bawahnya digigitnya dengan kuat.

"Baka..."

Dia membencinya. Dia sangat membenci Akashi Seijūrou karena telah membuat perasaannya bercampur aduk menjadi tidak karuan. Dia benci Akashi yang mengatakan 'ayo jadian' dengan mudahnya tanpa memikirkan perasaannya. Dia benci bagaimana dia sesaat berpikir ingin menyetujui ajakan itu. Dia benci... bagaimana dia jatuh cinta pada Akashi Seijūrou padahal selama ini selalu dilecehkan olehnya.

Aah, ini benar-benar mengesalkan! Sejak kapan dia mulai memiliki perasaan kotor seperti itu terhadap kapten basketnya? Padahal dia sudah terang-terangan tahu, bahwa Akashi Seijūrou itu seorang laki-laki sama sepertinya. Dia juga sudah sangat tahu bahwa Akashi Seijūrou memiliki seorang tunangan, gadis tentunya, yang sangat dicintainya. Dia tahu Akashi tidak mungkin membalas perasaannya. Dia tahu semua itu tapi, kenapa masih menumbuhkan perasaan kotor ini?

Dia bukan gay atau homo atau sejenisnya. Dia masih tetap merasa Momoi dan gadis-gadis lain di kelasnya itu manis. Dia juga tidak pernah merasa akan pernah jatuh cinta pada teman baiknya, Aomine, ataupun pada teman-teman lainnya di klub basketnya. Tidak, bahkan membayangkan dirinya jatuh cinta pada lelaki saja sudah cukup membuat dia mual dan merinding. Lalu kenapa Kenapa dengan Akashi Seijūrou? Kenapa dengan orang yang selalu melakukan pelecehan terhadap dirinya? Dia benar-benar tidak bisa paham dengan pikirannya sendiri.

'Seharusnya... aku tidak usah setuju saja dengan peraturan yang tidak masuk akal itu...'

[Sebaliknya, bila kau tidak bersembunyi dengan baik dan membiarkan dirimu tertangkap olehku, maka kau harus menjadi alat pelampiasanku, bagaimana?]

'Alat' pelampiasan. Artinya, apapun yang dilakukan oleh Akashi Seijūrou terhadapnya, dia tidak berhak menolaknya, memprotes ataupun membantah. Dia juga tidak berhak mempertanyakan alasan kenapa Akashi melakukan semua pelampiasan itu. Dia hanya bisa dan boleh diam saja menerima semua perlakuan Akashi terhadapnya. Dan dia harus siap di buang suatu saat nanti ketika dirinya tidak lagi berfungsi. Karena dia hanyalah 'alat' yang ditemukan oleh Akashi Seijūrou.

.


.

"Kuroko Tetsuya? Tidak tahu... aku tidak tahu murid dengan nama itu di kelasku.."

'Apa maksudmu tidak tahu? Kita sekelas dan duduk bersebelahan, kau lupa?'

"Begitu ya? Ibunya menelpon karena sepertinya dia masih belum pulang rumah sejak tadi.. kau yakin dia tidak bermain bersamamu?"

'Ada! Kami ada main bersama! Kami bermain petak umpet bersama!'

"Ung! Hari ini aku bermain petak umpet bersama yang lainnya, etto.. Riku-chan, Mayu-chan, Acchan, Keita dan Shouta! Aku tidak ingat bermain dengan anak yang bernama Kuroko itu.."

'Apa maksudmu tidak ingat? Kita bermain bersama kan? Kau yang menjadi penjaganya dan kau masih belum menemukanku..'

"Begitu? Baiklah, okaa-san akan memberitahukan ibunya..."

'Tidak! Dia berbohong! Dia bersamaku hari ini! Kumohon dengarkan aku!'

"Ung! Dan juga, okaa-chan, hari ini aku lagi-lagi berhasil menemukan mereka semua dengan cepat!"

'Bohong! Bohong! Bohong! Kau belum menemukanku! Kau sama sekali belum menemukanku!'

"Benarkah? Hebat sekali kamu bisa menemukan semuanya.."

'Tidak! Itu tidak benar, dia belum menemukanku! Kumohon, dengarkan aku! Aku... aku.. tolong.. seseorang.. temukan aku!'

.


.

"...ya? Tetsuya? Kalau kau tertidur disini, kau bisa masuk angin.."

Kelopak mata Kuroko segera terbuka seketika itu juga. Keringat dingin bercucuran menuruni keningnya. Napasnya juga sama sekali tidak beraturan dan detak jantungnya tidak stabil. Wajahnya tampak ketakutan menatap pemuda yang membangunkannya dari tidurnya. Suaranya tertahan.

"...Aka...shi-kun?"

Kuroko masih belum terbangun betul dari tidurnya. Sesaat, mimpi yang baru saja dilihatnya terus bergeming di kepalanya. Wajahnya yang kini telah kehilangan warnanya menatap kosong wajah Akashi yang berada tepat di depannya. Butuh beberapa detik baginya untuk terbangun sepenuhnya dari tidurnya yang sama sekali tidak nyenyak itu. Hingga akhirnya, begitu dia benar-benar tersadar, Kuroko segera bangkit berdiri dari lantai perpustakaan itu dan menatap bingung Akashi.

"Akashi-kun? Kenapa kau berada disini?"

Sedikit aneh bagi Kuroko melihat Akashi berada di tempat dia berada saat ini. Dia tahu perpustakaan sekolah mereka adalah tempat umum yang bebas di akses oleh siapa saja. Dan dia juga tahu terkadang Akashi akan berkunjung ke perpustakaan itu ketika pulang sekolah. Yang membuat Kuroko bingung adalah, bagaimana Akashi bisa menemukan sudut ruangan lantai dua yang tertutupi oleh rak-rak besar dan tinggi?

Tempat itu sama sekali tidak diketahui oleh siapapun bahkan oleh petugas perpustakaan sekali pun. Karena selain harus melewati rak-rak buku raksasa yang terasa seperti labirin, disana juga hanya terdapat buku-buku lama yang tidak lagi dicari orang. Tempat itu sendiri jarang disadari oleh orang-orang meskipun Kuroko segera menemukan tempat itu ketika pertama kali mengunjungi perpustakaan. Tapi itu pun karena dirinya merasakan suatu ikatan dengan tempat itu. Dia merasa tempat yang tidak disadari oleh orang-orang dan selalu diabaikan itu adalah tempat dimana seharusnya dia berada.

Itu sebabnya, dia tidak pernah mengira bahwa Tuan Muda Akashi juga akan menyadari tempat itu. Walaupun, Kuroko sesungguhnya tidak begitu terkejut melihat Akashi berhasil menemukan tempat itu.

Apa boleh buat, kalau dipikir-pikir, Akashi adalah satu-satunya orang yang menyadari keberadaannya dan menganggap dirinya yang lemah berguna. Menemukan satu atau dua tempat yang tidak disadari oleh kebanyakan orang pasti merupakan hal yang mudah baginya.

Menatap lurus ke mata Kuroko, Akashi hanya menunjukkan sebuah senyuman sebagai jawaban.

"Daripada itu.. lagi-lagi aku berhasil menemukanmu.. sekarang, tutuplah matamu.."

Kuroko segera menuruti perintah Akashi dan menutup matanya meski dirinya masih berada dalam kondisi bingung. Perlahan, dia bisa merasakan Akashi berjalan mendekatinya dan mendekatkan wajah mereka berdua. Baru saja merasakan tangan Akashi menyentuh lembut wajahnya, mata Kuroko segera dibukakannya kembali dengan lebar. Kuroko pun segera mendorong pergi tubuh Tuan Akashi sambil memundurkan badannya sendiri. Matanya menatap kesal pada Akashi.

"Apa yang kau lakukan, Akashi-kun?"

Akashi segera memiringkan kepalanya dengan polosnya menanggapi pertanyaan itu.

"Apa maksud 'apa'? Bukannya sudah jelas? Aku hanya ingin mengambil penghargaan atas kemenanganku.."

Kening Kuroko semakin mengerut kesal menatap sang kapten. Diam-diam Akashi sebenarnya menikmati ekspresi manis yang jarang ditunjukkan oleh anggota basket bernomor punggungkan 15 itu. Namun saat ini Kuroko benar-benar serius merasa kesal dengan kaptennya itu.

"Penghargaan atas kemenangan? Kita sama sekali tidak ada janji bermain petak umpet saat ini! Hanya karena kau bertemu denganku disini, bukan berarti kau bisa seenaknya menyatakan kemenanganmu!"

Akashi segera mengeluarkan sebuah tawa kecil.

"Kenapa? Tidak masalah kan? Itu tidak mengubah fakta bahwa aku menemukanmu disini.."

"Ya, tapi kita tidak sedang bermain! Aku tidak memiliki kewajiban menjadi 'alat'mu ketika kita sedang tidak bermain.."

"Meski begitu, aku tetap menemukanmu, sesuai perjanjian, jika kau membiarkanku menangkapmu, kau harus menjadi 'alat'ku"

"Tidak bisa! Karena perjanjian itu berlaku ketika kita sedang bermain!"

"Aku tidak pernah mengatakan peraturan itu hanya berlaku ketika sedang dalam permainan.."

"Meski begitu-"

"Aku menemukanmu, kau adalah alatku"

Kekeras kepalaan Akashi membuat Kuroko menggembungkan kedua pipinya dengan kesal. Ini menyebalkan sekali. Dia bahkan tidak bisa menemukan kata-kata untuk membantah Akashi. Laki-laki pemilik rambut merah itu terlalu egois untuk dibantah. Rasanya, Akashi yang lemah pagi ini seperti hanya sebuah ilusi saja.

Akhirnya setelah berpikir keras selama beberapa waktu dan tidak menemukan cara menolak Akashi, Kuroko pun menyerah dan menutup matanya dengan ragu.

"Lihat? Akan lebih gampang jika kau menuruti perkataanku kan?"

Akashi pun kembali mendekatkan tubuh mereka.

"Akashi-kun, kau benar-benar menyebalkan! Sangat, sangat menyebalkan! Aku benar-benar sangat, sangat memben-"

Semua gerutuan Kuroko segera terhentikan oleh satu ciuman dalam yang di berikan oleh Akashi. Kuroko merasa sangat kesal, namun disaat yang sama, dia juga menikmati ciuman panas yang diberikan oleh Akashi itu. Bukan salahnya bila dia menikmati ciuman itu, karena selain karena Akashi adalah seorang ahli ciuman, siapa yang tidak akan menikmati bila mendapatkan ciuman panas dari orang yang dicintainya?

Meski begitu, Kuroko sangat sadar, bahkan ciuman yang sangat dinikmatinya itu pun, hanya bentuk pelampiasan Akashi terhadap tunangannya. Dadanya terasa sesak selama ciuman itu berlangsung, namun disaat yang sama, dia menginginkan ciuman itu. Rasanya sungguh sangat ironi, menikmati sebuah ciuman yang sesungguhnya tidak ditujukan padanya.

.

.

.

.

.

TBC


[A/N]

Holaa, Midorin desu ~

Diluar dugaan, cerita ini menjadi lebih panjang dari perkiraan Midorin #sweatdrop

awalnya cuma pengen nulis oneshot, tapi jadi kebablasan dan nulis panjang lebar, karena itu, maafkan Midorin yang lagi-lagi menulis multichapt padahal proyek sebelumnya belum di selesaikan! #sujud

Tapi untuk cerita Midorin yang ini, akan tamat hanya dalam 3 chapter kok (ini prediksi sih), jadi tenang saja, Midorin tetap akan menyelesaikan cerita multichpater yang satunya lagi meski midorin ragu ada yang nungguin update ceritanya #garuk2 tanah

yang jelas,
sebelum Midorin curhat panjang lebar ga jelas,

Terimakasih telah membaca fic gaje ini, Midorin menantikan review dari kalian oke? #chu

biar pun kayaknya ga ada yang nanya, chapter berikutnya akan diusahakan di update dengan cepat!

Once again, thank you for reading ^^

See you next chapter!