Disclaimer: Pandora Hearts (c) Jun Mochizaki
Warning: AU, OOC, gajeness, abalness, typo(s) maybe ._. , dan lain-lain
Summary: Sadarilah, aku adalah sesuatu yang paling dekat denganmu.
A/N: Na...Nana...Na...Na...Na...Na... (dicaplok sensei) Haha...! Halo semua pembaca fict Pandora Hearts. Disini Twilight Prince menulis! Ini adalah fict pertamaku di fandom Pandora Hearts. Biasanya saya nulisnya di Hetalia~ ( =3= ). Oke, disini saya hanya mau memberi penjelasan. Gilbert itu Gilbert yang masih kecil ya... Yang 10 tahun lalu~ Kalo Raven baru Gil yang udah gede... Okeh! Check this out ( ~ ^ o ^ ~ )!
Chapter 1: They are come...
Perkenalkan semuanya. Namaku Gilbert. Aku siswa kelas 7 di Pandora Gakuen. Aku layaknya murid lainnya disini. Yang mencolok dari diriku hanya rambut ikalku yang berwarna hitam dan mataku yang bermata emas. Selain pelajar, aku juga seorang pelayan. Tuanku bernama Oz Vessalius. Dia memiliki rambut emas dan mata hijau zamrud. Dia juga sahabat terbaikku. Aku berjanji akan selalu menjaganya.
Oz (dia pernah memarahiku karena aku memanggilnya Tuan Oz) adalah tuan yang baik. Dia selalu menjagaku jika ada yang menggangguku. Tapi sebenar dialah yang paling sering mnejahiliku. Kejahilan terbesar berdampak pada phobiaku pada kucing.
Selain Oz, aku juga memiliki teman baik bernama Alice. Perempuan berambut coklat tua panjang dan bermata ungu itu, memang berparas cantik. Tapi jangan pernah tanyakan sifatnya. Jujur saja dia menyeramkan. Terkadang aku meragukan gandernya karena sifatnya betul-betul kasar. Dia perkomplot dengan Oz dalam hal menjahili ku.
Hari ini hari Senin. Berarti hari ini dan Oz piket. Tapi suasana untuk piket sangat tak mendukung. Kelas sangat ribut. Bahkan ada yang bola dikelas. Selain piket aku juga harus berolahraga. Olahraga menghindari serangan bola.
"Woi! Hargai yang piket! Main jangan dikelas! Dilapangan sana!" teriak Oz
"Sa-sabar, Oz. Biarkan saja." kataku menenangkannya
"Mana bisa sabar! Ini cuma nambah-nambah kerjaan kita tau!" bentaknya. Aku sedikit bergidik mendengarnya. Sepertinya dia sedang stress.
"Oz berisik ah! Jangan mentang-mentang anak bangsawan jadi ngelunjak dong!" kata salah satu murid yang sedang bermain bola.
Tiba-tiba dia menendang bola di kaki kearah Oz. Dapat kuperkirakan itu akan menghantam Oz.
"TUAN OZ!" aku mengambil langkah lebar dan melindungi tuanku dari hantaman bola. Bola itu pun sukses menghantam kepalaku.
"Haha...! Kabur!" teriak yang tadi menendang bola bersama kelompoknya. Mereka lari keluar kelas.
"Hei, tunggu kalian!" kata Oz. "Kau tak apa-apa, Gil?"
"Tak apa-apa kok." jawabku berusaha tersenyum. Tiba-tiba pelipisku terasa panas.
"Duh... pelipismu berdarah tuh!" kata Oz sambil menyeka darahnya dengan tangannya.
Aku segera mengambil saputanganku dari kantung dan menyekanya sendiri.
"Ayo kita keruang kesehatan lalu kita keruang BK!" Oz mengait tanganku dan menyeretku
"Tunggu, Oz! Kenapa keruang BK juga?" tanyaku sambil menyesuaikan langkahku
"Tadi itu salah satu tindak kekerasan tau! Harus dilaporkan! Aku tak terima kalau pelayanku diperlakukan seperti itu. Sampai berdarah pula!"
Aku hanya terdiam mendengarnya. Aku merasa kesal pada orang itu. Dia telah menyakiti tuanku. Seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuk lebih menlindungi tuanku, aku akan benar-benar mempertaruhkan nyawaku untuk melindunginya.
"Change..."
"Eh?" gumamku. Suara apa itu?
"Kenapa Gil?" tanya Oz
Tuan Oz tak mendengarnya? "Tidak. Bukan apa-apa kok." Ah... mungkin hanya perasaanku saja.
A/N: INI BUKAN GILXOZ!
Hai semuanya! Namaku Oz Vessalius! Anak kedua dari 3 bersaudara dari keluarga bangsawan Vessalius. Kakakku bernama Jack Vessalius yang sudah kelas 1 SMA (aku lebih menganggap paman dari pada kakak) dan adikku bernama Eida Vessalius masih kelas 6 SD. Kami bersaudara sama-sama berambut emas dan bermata hijau zamrud. Aku sudah memiliki pacar bernama Echo~ Dia adalah pelayan dari keluarga Nightray.
Aku juga punya pelayan bernama Gilbert. Anak yang sangat baik dan enak untuk dijahili. HAHAHA! Rasanya ingin tertawa jika mengingat saat-saat aku menjahili (baca: menyiksa) Gil. Gil adalah anak berrambut hitam ikal menyerupai rumput laut dan bermata emas layaknya rambutku.
Aku juga punya teman perempuan berambut coklat tua panjang bermata ungu bernama Alice Baskerville. Anaknya baik. Dia sama sepertiku sukamenjahili Gil. Kasihan sekali Gilbert. Alice adalah anak perempuan yang sebenarnya manis tapi bersikap liar. Aku tak terlalu memikirkan hal itu sih. Dia juga tukang makan dan bisa dibilang sedikit bodoh. Ampuni aku Alice...!
Hari ini senin... Ah... melelahkan! Hari ini aku harus piket bersama Gil! Mana suasana untuk piketnya sama sekali tak mendukung pula. Aku dan Gil sedang piket tapi mereka malah enak-enakkan main bola? Menyebalkan! Kesabaranku habis sudah.
"Woi! Hargai yang piket! Main jangan dikelas! Dilapangan sana!" bentakku pada mereka semua yan bermain bola. Tapi mereka mengacuhkanku
"Sa-sabar, Oz. Biarkan saja." bujuk Gil mencoba meredakan amarahku
"Mana bisa sabar? Ini cuma nambah-nambah kerjaan kita tau!" bentakku padanya. Sepertinya dia sedikit takut.
"Oz berisik ah! Jangan mentang-mentang anak bangsawan jadi ngelunjak dong!" oke, siapapun yang berbicara tadi benar-benar membuat kesabaranku habis.
"Change..."
Suara apa itu!
"TUAN OZ!" tanpa kusadari Gil sudah berada didepanku sambil merentangkan tangannya-melindungiku dari hantaman bola.
"Haha...! Kabur!" kata seseorang yang sepertinya menendang bola itu bersama teman-temannya.
"Hei, tunggu kalian!" teriakku. "Kau tak apa-apa, Gil?" kataku langsung beralih pada pelayanku
"Tak apa-apa kok." jawabnya mencoba tersenyum. Tiba-tiba mengalir darah dari pelipisnya
"Duh... pelipismu berdarah tuh!" refleks aku menyeka darahnya dengan tanganku.
Gil langsung mengambil saputangannya dan menyeka darahnya
"Ayo kita keruang kesehatan lalu kita keruang BK!" aku langsung menyeretnya
"Tunggu, Oz! Kenapa keruang BK juga?" tanyanya berusaha menyesuaikan langkahku
"Tadi itu salah satu tindak kekerasan tau! Harus dilaporkan! Aku tak terima kalau pelayanku diperlakukan seperti itu. Sampai berdarah pula!"kataku meyakinkannya.
Gil terdiam. Aku juga diam dan terus berjalan keruang kesehatan sambil memikirkan suara tadi. Suara yang terdengar dalam. Seperti suara laki-laki. Sudahlah! Mungkin hanya perasaanku
Halo everybody~! Disini Alice Baskerville berbicara. Aku seorang perempuan berambut coklat tua panjang dan bermata ungu. Aku sangat suka pada daging! Aku adalah anak tunggal dari keluarga Baskerville yang terhormat. Aku anak yatim piatu tapi aku punya seorang paman yang sekarang menjadi waliku dan sepupu yang "baik". Pamanku bernama Glen Baskerville dan sepupuku bernama Charlotte atau di panggil Lotti. Paman berambut hitam dan bermata coklat. Sedangkan Lotti berambut pink dan bermata merah. Lotti kelas 1 SMA yang jujur saja aku lebh menganggapnya sebagai tante dari pada sepupuku. Tapi kalau aku berkata seperti itu padanya, aku bisa diumpankan pada singanya, Lion. Aku kelas VII di Pandora Gakuen.
Aku memiliki teman dekat bernama Oz Vessalius. Dia dari keluarga bangsawan juga yang bernama Vessalius. Tapi dari pada dibilang teman, aku lebih suka menyebutnya sebagai bawahanku. HAHAHA! DIA MEMANG ANAK YANG PENURUT DAN MAU MENURUTI SEMUA PERINTAHKU! MUAHAHAHAHAHAH! Ok aku memang menjadi OOC di fanfict ini. Salahkanlah authornya.
Selain Oz, aku juga punya satu lagi teman bernama Gilbert. Anak cengeng yang takut pada kucing. Aku dan Oz suka sekali menjahili (baca: menyiksa)nya. Habis menyenangkan. Tapi dibalik diriku yang suka menjahilinya, aku menyimpan perasaan suka padanya ( / ). Jangan beritahu siapa-siapa ya!
Cih, hari ini hari senin! Aku harus berjaga diruang kesehatan. Tapi ambilah hikmahnya Alice. Aku bisa tak belajar seharian. TAPI AKU JADI TAK BISA MAKAN STEAK DIKANTIN! Hahh...! Nanti kusuruh Oz saja membelikannya untukku deh! Tapi hari ini aku juga bosan! Tak ada siswa sakit hari ini. Tak ada buku yang bisa dibaca dan TAK ADA DAGING YANG BISA DIMAKAN!
"Permisi!" kata seseorang. Lebih tepatnya dia berteriak.
"Ya?" kataku
"Alice! Syukurlah kau yang berjaga." kata orang itu. Ternyata itu Oz. Dibelakangnya ada Gil yang tersenyum padaku sambil memegangi pelipisnya dengan saputangan. Sepertinya pelipisnya berdarah.
"Ada apa Oz?" tanyaku sambil mempersilahkan mereka duduk
"Gil terluka. Pelipisnya berdarah." kata Oz. Tebakanku benar
"Ada Gil? Kau kan tak mungkin bertengkarkan?" masih perlu 10 tahun lagi untuk melihat seorang Gilbert bertengkar dengan orang lain.
"Tadi aku melindungi Oz dari hantaman bola." katanya
"Tadi kami sedang piket, tapi yang lain malah main bola. Saat mereka kumarahi, mereka malah mencoba menendangku dengan bola. Untung Gil melindungiku ( =3= )." lanjut Oz
"Ternyata terjadi perang besar selama aku berjaga disini." kataku sambil menyiapkan alat-alat P3K.
"Begitulah..." jawab Oz sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur pasien. Aku mendiamkannya saja. Toh tak akab ada murid yang datang kesini.
Aku mulai menyembuhkan luka Gil. Aku membasuh waslap dengan air lalu mengusapkannya kepelipis Gil yang berdarah untuk membersihkannya. "Lukanya tak dalam. Hanya tergores. Lumayan lebar sih." kataku sambil meneteskan obat merah kekapas. Lalu mengusapkannya ke pelipis Gil.
"Aw!" rintih Gil
"Ups! Maaf..." kataku.
"Tak apa." dia tersenyum padaku.
"Nanti siang kesini lagi ya untuk mengganti plester lukanya." kataku sambil menempelkan plester luka itu.
"Iya." jawab Gil
"Hey Gil! Kita bolos saja yuk! Aku lagi malas belajar nih." kata Oz
"Eh? Katanya mau melaporkan murid tadi ke BK?" jawab Gil
"Ah...! Biar Jack atau Paman Oscar saja yang mengurus itu. Kita santai saja disini."
"Tapi-"
"Sudah! Turuti saja kata-kataku Gil! Atau nantiku beri kucing nih!" ancam Oz
"HENTIKAN! Baiklah aku akan ikut bolos." akhirnya Gil menyerah.
"Bagus! Aku tak akan suntuk lagi disini sendirian tanpa hiburan!" kataku tersenyum pada mereka.
Tapi itu semua hanya senyum palsu. Dalam hatiku, aku merasa kesal melihat keakraban mereka. Kalau mereka sudah berdua, dunia hanya milik mereka. AKu kesal. Rasanya aku ingin masuk ke lingkaran mereka, tapi tak bisa.
"Change..."
"Nee? Suara apa itu?" kataku setelah mendengar suara itu
"Suara apa Alice?" tanya Gil
"Aku mendengar suara. Seperti suara perempun. Dia menggumamkan, change."
"Kau mendengarnya juga Alice? Tadi saat aku hampir kena bola aku juga mendengar suara yang menggumamkan kata change. Tapi suara laki-laki mungkin." Oz angkat bicara
"Aku juga. Saat kami berjalan menuju ruang kesehatan aku juga mendengar suara yang menggumamkan hal yang itu suara laki-laki yang terdengar berat." ujar Gil
''..."
"..."
"..."
"EH? KOK BISA?"
A/N: Kita tinggalkan dulu 3 orang yang sedang kebingungan ini sampai chapter depan.
"Raven! Sepertinya pemilikku sudah menyadari keberadaanku."
"Hm... Gilbert juga sudah menyadari keberadaanku."
"Benarkah? Alice juga mulai menyadariku."
"Raven, B-Rabbit dan Alyss. Akhirnya kalian mendapatkan master kalian ya! Aku turut senang lho!"
"Bukan kami yang mendapatkan, Break. Tapi master kami yang menyadari kebradaan kami."
"Benar! Sejak awal master kami memang sudah mendapatkan kami kok."
"Ya... ya... Selamat ya, Raven, B-Rabbit, Alyss. Berarti kita bisa bertemu di dunia maya ya."
"Oh... Hai dark!Sharon. Ya... aku juga senang kok."
"Aku tak sabar menunggu hari itu B-Rabbit."
"Aku juga Alyss."
"Setidaknya bisa ganti suasana. Aku bosan terus berdiam diri di dunia Twin ini. Aku ingin mencoba kedunia manusia."
"Besok! Aku yakin besok kita sudah bisa kesana."
"Kau yakin sekali B-Rabbit."
"Hahaha...! Aku benar-benar tak sabar!"
TBC
Akhirnya jadi juga fict ini. Hahaha...! Maaf kalo aneh ya. Cerita ini terinspirasi dari Shugo Chara. Review ya~ GAK TERIMA FLAME! Bagi anak-anak Pandora Hearts~Indonesia Fans Only yang mungkin baca fict ini, ini aku Vienna Edelstein a.k.a Tiwi~! Hahahah...! Sekalian promosi Facebook .! Doakan saya agar apdetnya cepet ya...!
Twilight Prince
