Wanita cantik berambut panjang itu tengah merenggut sedih. Dihadapannya, seorang remaja lelaki dengan tatapan bingung mencoba membujuk wanita tersebut dengan kaku.

"Minhyungie sudah tidak menyayangi Mommy lagi?" Manik wanita yang disebut Mommy berembun.

"Mom, bukan seperti itu" tangan remaja itu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pada dasarnya Jung Minhyung adalah remaja empat belas tahun yang sangat kaku.

"Mommy sedih Minhyungie tidak menyayangi Mommy lagi" dan pergi kearah kamar dengan terisak. Meninggalkan Minhyung yang terdiam seorang diri.

Tak lama berselang, suara pintu terbuka menampilkan sosok penolong bagi Minhyung. Menghampiri penolongnya dengan tergesa, Minhyung menunjukkan raut memelasnya pada lelaki tersebut.

"Mark melakukan kesalahan, Dad" kini Minhyung pun mulai terisak kala mengadu pada Daddy nya.

"Mark membuat Mom menangis. Bantu Mark, dad"

.

...

.

"Sayang, ada apa, hm?" tanya Jaehyun saat melihat istri tercintanya sibuk menyembunyikan diri ditumpukkan selimut.

Tidak ada jawaban sama sekali tidak membuat Jaehyun marah pada wanita yang telah memberinya seorang putra. Lelaki berlesung pipi itu malah terkekeh melihat tingkah wanita pujaannya menggeliat lucu didalam selimut.

Jaehyun mendekati sang istri sebelum menunduk menatap lembut wajah cantik wanita yang dipersuntingnya lima belas tahun silam. Tangannya terulur mengusap surai kecoklatan sang istri.

"Mengapa Taeyongie ku bersedih, eung?"

Pertanyaan dari Jaehyun membuat Nyonya Jung itu kembali terisak hebat.

"Huweee. Jaehyunaaaaaa~ Minhyungie sudah tidak menyayangiku lagi. HUWAAAAAA" raung Taeyong dengan nada yang menyedihkan. Jaehyun dengan sigap meraih Taeyong kedalam pelukannya. Membaringkan tubuhnya disisi Taeyong.

"Sst. Siapa yang bilang seperti itu, sayang?" menepuk punggung wanitanya dengan penuh perhatian, tangan lainnya memeluk kepala Taeyong, menyembunyikan wajah sedih sang istri didada bidangnya.

"Minhyungie tidak mau dicium lagi olehku, Jae" adunya. Kedua tangan Taeyong memeluk erat Jaehyun sedangkan wajahnya semakin tenggelam didada sang suami.

"Mau mendengar apa yang ingin Mark sampaikan?" Taeyong tidak menjawab, malah semakin mendusal tak karuan didada Jaehyun.

Jaehyun melepas pelukan Taeyong dengan sedikit paksaan. Tangannya meraih dagu lancip wanitanya yang masih terisak. Menatap manik hitam kesukaannya dengan intens.

"Kita dengarkan penjelasan Mark bersama, oke?"

"Namanya Minhyung, Jae!" Nah, Taeyong nya sudah kembali.

.

...

.

"Mom" seru Minhyung seraya berlari menerjang sang ibu yang masih betah diatas kasur. Taeyong balas memeluk Minhyung dengan air mata yang masih setia mengalir.

"Maafkan Minhyungie. Minhyungie bersalah. Maafkan aku"

Jaehyun memakluminya. Istrinya yang sensitif dan putranya yang menurunkan sifat sang istri terkadang membuat Jaehyun merasa gemas. Ini bukan sekali dua kali mereka seperti ini. Jaehyun tidak merasa jengkel, ia malah merasa ini seperti tradisi untuk mendengarkan sesi curhat sang putra.

Bergabung bersama keluarga kecilnya diatas ranjang, Jaehyun mengusap surai coklat sang anak yang masih mendusal didada sang istri, persis seperti apa yang sang istri lakukan sebelumnya.

"Jadi, mengapa kalian salah paham, hm?" Minhyung mengangkat kepalanya, menatap manik sendu sang ibu yang juga menatapnya.

"Minhyung sudah meminta izin pada Mommy untuk ke perpustakaan kota. Kami berlima mengerjakan tugas kelompok"

"Setelahnya kami memutuskan untuk bersantai di cafe" Kepala Minhyung tertunduk. Menghindari tatapan mata sang Ibu.

"Mommy melihat kami dan langsung menghampiriku. Memelukku dan menciumku tapi aku menghindar"

"Kenapa Mark menghindar?"

"Disana ada Jaemin, Dad. Mark malu"

"Namamu Minhyung. Jung Minhyung!"

"Dan kenapa Mark malu?"

"Mark menyukai Jaemin" akunya dengan pipi yang merona.

"Huweeeeee. Minhyungie sudah besar. HUWAAAAA. Jangan tumbuh terlalu cepat uri Minhyungieeeee. HUWEEEEE~" Tanpa mempedulikan kedua lelaki disampingnya yang selalu kewalahan menghadapi ke-sensitif-annya, Taeyong meraung hebat mendengar penjelasan putra semata wayangnya.

"Sayang, apa kau sedang PMS?" dan raungan Taeyong pun semakin membahana.

Fri. Nov. 3. 17

16.59

Balik lagi dengan coretan tidak berpaedah

hehehehe

Mencoba menulis yg manis-manis malah jadi begini

Hmmmmm ku kangen Na Jaemin hmmmmm

udah ah

see you di coretan selanjutnya hehehe