Keluarga Bahagia
By honeyf
Disclaimer: One Piece © Eiichiro Oda
Warning: Sepertinya OOC, AU, Male x Male (yaoi), dan sedikit keababilan dari author.
Attention: Don't like it, don't read!
Note: Fanfict ini terinspirasi dari sebuah, eh dua buah fanart ZoSan. Bukan bacaan yang ditujukan ke anak di bawah umur. Maaf.
- Prolog -
Pagi yang indah, mungkin. Yang mana sang mentari muncul perlahan dari persembunyiannya. Seberkas cahaya kecilnya masuk ke dalam celah salah satu jendela rumah, jendela milik ruangan yang berisikan dua sosok lelaki yang masih terlelap di ranjang double size itu.
"Kring! Kring! Kring!" bunyi sebuah jam weker yang terletak di salah satu meja kecil samping tempat tidur.
Salah satu dari sosok lelaki tadi menggeliat, terbangun karena sadar akan keributan sang weker. Tak lama, sebuah tangan keluar dari selimut dan menggapai sang weker untuk menghentikan suara yang semakin lama terdengar berisik.
"Klik!"
Akhirnya jam weker tersebut diam.
"Mmm..." gumam lelaki yang baru saja mematikan weker tadi, sambil membuka matanya dan mengerjap-ngerjapkannya, kemudian melihat keadaan sekitarnya. 'Sudah waktunya bangun,' pikirnya.
Saat lelaki tersebut hendak membangunkan tubuhnya, tiba-tiba sebuah lengan yang terlihat kekar melingkar di pinggangnya. Ternyata tangan tersebut milik sosok lelaki lainnya tadi.
"Ssh!" seru lelaki yang dipeluk itu sambil melepaskan lengan tersebut dengan kasar. "Bangun! Sudah pagi."
"Hng..." Lelaki yang diminta bangun tersebut malah semakin memposisikan dirinya untuk kembali tidur.
"Gzzz, bangun, Bodoh!" Satu tendangan kecil melayang di kaki sang lelaki yang masih tidur.
Bukannya bangun, dirinya hanya berkata, "Aku sudah bangun, dan aku butuh kamu," dengan mata masih terpejam, tentunya.
Mengerti akan maksud perkataan itu, lelaki satunya membalas, "Lakukan sendiri, Brengsek!" Bukan lagi tendangan kecil yang mendarat, tapi tendangan yang sampai menggulingkan tubuh lelaki tidur itu dari atas ranjang jatuh ke lantai. "Cih, aku harus segera menyiapkan sarapan untuk anak-anak, ini sudah telat dari waktu biasanya. Dan itu karena nyamuk hijau besar brengsek yang terus saja mengganggu!" jelasnya tentang sebab musabab peristiwa 'kesiangan' tersebut dengan nada tinggi sembari menuju kamar mandi yang berada di dalam ruangan itu.
Lelaki yang baru saja ditendang, membangunkan dirinya dari posisi tersungkur tak elit tadi. 'Bukannya dia juga menikmatinya,' serunya dalam hati sambil mengingat proses berlangsungnya adegan 'Nyamuk hijau besar mengganggu tidur si Pirang', semalam. Dengan ingatannya yang semakin jauh, sesuatu yang lebih dulu bangun tadi pun semakin keras. "Ugh, kalau sekalian mandi?" tawarnya saat menghampiri lelaki yang menendangnya tadi.
"BRAK!"
Pintu kamar tertutup rapat, membiarkan sosok lelaki yang baru saja tawarannya ditolak, tergeletak dengan indahnya di lantai depan pintu kamar tersebut. Dan juga ditemani dengan beberapa barang sebagai paket tambahannya: handuk dan sikat gigi.
"Pagi, seperti biasa, ya..." sapa wanita yang sedang berjalan di depannya, sambil tersenyum seolah pemandangan tersebut bukanlah hal aneh lagi.
"Pagi," balasnya dan tidak menanggapi ucapan lain selain kata 'Pagi'. Kemudian ia berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu menuju kamar mandi umum, sambil menguap dan menggaruk-garukkan kepalanya.
Sesampainya di depan pintu kamar mandi, yang kini sedang tertutup itu, lelaki tersebut memegang handelnya dan mencoba membuka. Namun, tidak terbuka, pintu tersebut terkunci, yang artinya: ada orang di dalam kamar mandi.
"Yo, aku masih lama, nih, Bro!" kata seseorang dari dalam kamar mandi, tidak sopan.
"Ah, kau Franky."
"Zoro? Kenapa lagi kau? Habis didepak lagi? Hahaha..." tawanya membahana dalam kamar mandi.
Tetapi Zoro tidak menanggapinya, "Cepatlah..."
"Ugh, bentar, bentar, perutku sakit, Bro!"
"Ya, sudahlah..."
Tanpa menunggu jawaban, Zoro langsung meninggalkan tempat itu, berjalan menuju kamarnya lagi. Sedikit berharap kalau kekasih yang baru saja mendepaknya keluar itu sudah tenang, sama seperti ketegangan tadi yang sekarang sudah tenang, mungkin; meskipun masih butuh sedikit perhatian.
"Tok! Tok! Tok!" Zoro mengetok pintu kamar, lalu menunggu jawaban dari dalam.
Cukup lama waktu terbuang, tidak ada muncul satu pun jawaban, begitu juga sang pintu yang tidak juga terbuka. Zoro pun mencoba membukanya sendiri. Baru saja terbuka sedikit, tiba-tiba…
"Gzzz, kau bukan anak kecil lagi, Luffy!" terdengar suara yang tidak asing dari arah belakang Zoro. Zoro pun menoleh, dan bertemu pandang dengan lelaki yang baru saja di-harap-harap-cemas-kan tadi, kini sedang mendorong-dorong anak lelaki yang disebut Luffy—yang sepertinya masih tidur. "Kenapa kau masih belum apa-apa?" tanya lelaki itu, sadar akan penampilan Zoro yang belum ada perubahan.
"Kamar mandinya dipakai Franky," jawab Zoro ringan.
"Lalu, tunggu apa lagi, cepat masuk dan mandi!" ucap lelaki itu dengan nada sewot pada akhirnya. "Sekalian, urus dia!" Lelaki tersebut mendorong tubuh Luffy ke Zoro, kemudian pergi begitu saja ke arah dapur.
Zoro hanya menghela napas, kemudian pergi ke dalam kamar bersama Luffy yang masih saja dalam kondisi tidur.
-HHH-
Di dapur.
"Pagi, Sanji-kun," ucap anak perempuan sambil mengatur dasi seragam sekolahnya.
"Selamat pagi, Nami-san sayang~" jawab Sanji, lelaki yang sedari tadi bermasalah dengan Zoro.
"Sanji-kun, pulang sekolah nanti teman-temanku datang ke rumah."
"Oh, ya? Dengan senang hati, saya akan menjamu putri-putri cantik dengan hidangan istimewa~" tawar Sanji dengan penuh suka cita membayangkan dirinya menjamu gadis-gadis manis.
"Tidak perlu berlebihan, cuma main di kamarku saja. Yah, sampai menginap, sih. Aku cuma mau minta satu," jelas Nami.
"Apa itu, Putriku tercinta?"
"Please, malam ini, jangan ada kegiatan malam dulu. Oke!" pinta Nami sambil membuat OK dengan jari-jari lentiknya.
"JDER!" Sanji pun mematung seakan terkena sambaran petir. Sungguh memalukan.
"Bagaimana?"
"Aaa, tentu saja, Cinta~" jawab Sanji dengan penuh keringat bercucuran.
"Apakah sarapan sudah siap, Tuan Koki?" ucap wanita yang tadi sempat terlihat saat Zoro dikeluarkan oleh Sanji, yang mana dirinya menyapa dan melewati Zoro.
"Ya, sarapan sudah siap, Robin-chan~" jawab Sanji mencoba menetralkan kembali pikirannya.
Setelah menuangkan teh ke cangkir Robin dan memberikan segelas susu kepada Nami, Sanji pun keluar meninggalkan ruang dapur.
"Ah, akhirnya lega juga..." tiba-tiba suara muncul dari arah pintu masuk, memperlihatkan sosok lelaki dengan tubuh yang besar.
"Pagi, Franky!" sapa Nami, kemudian melanjutkan sarapannya.
"Selamat pagi," ucap Robin tanpa melihat sosok yang disapanya.
"Ah, uh, ya, selamat pagi, Nami, Robin," balas Franky dengan kaku sembari mengusap-usap kepalanya salah tingkah, mungkin ia sedikit sadar kalau dirinya barusan itu tidak sopan—mungkin.
Nami yang melihat Franky hanya tertawa kecil, sedangkan Robin tetap menyeduh tehnya dengan tenang.
"Yohohoho, pagi semuanya... Uhuk, uhuk," muncul lagi satu suara dari arah pintu masuk, dan menampilkan sosok seorang kakek yang datang bersama Sanji. Sanji pun menuntun sang kakek berjalan ke meja makan.
"Pagi, Kek!" seru Nami sambil tersenyum. Dan, sedetik kemudian...
"Yey! Sarapan! Dagiiiing!" teriak Luffy yang baru saja masuk ke ruang makan itu.
"JDUG!" jitakan ringan mendarat ke kepala Luffy.
"Adudududuh," Luffy pun guling-guling berlebihan.
"Sopanlah sedikit," ucap Zoro, sang pelaku penjitakan Luffy tadi, yang baru saja masuk ke ruang makan, dan disusul oleh anak lelaki berhidung panjang mencolok yang sedang menggendong seekor rusa kecil. "Pagi," sapa Zoro sambil lalu ke arah meja, "Koki, bir."
"Kau sama saja!" marah Sanji—yang padahal tadi sudah merasa agak senang karena Zoro 'menasehati' Luffy.
Nami dan anak lelaki yang membawa rusa itu hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran suami istri yang semakin menjadi itu. Sedangkan, Robin tersenyum seperti biasanya. Lalu, Franky dan sang Kakek tertawa-tawa. Dan, Luffy masih saja mengharapkan sarapan daging.
-HHH-
Di depan rumah.
"Kerja yang benar, jangan sampai kau tersesat di jalan," ucap Sanji sambil memberikan peralatan kerja Zoro.
"Hm, tenang saja."
"Aku tidak akan pernah tenang sampai penyakitmu yang satu itu benar-benar hilang," tekan Sanji.
"Yah," jawab Zoro enggan. "Hei, belum ada 'morning kiss' pagi ini?" goda Zoro memulai edisi manja-manjaan.
"Huh!" seru Sanji. Namun, tak perlu waktu lama, mereka sudah saling mendekatkan diri. Tinggal beberapa senti lagi, bibir mereka hampir atau bahkan nyaris bertemu, sampai...
"Ehem," terdengar suara dehaman dari arah belakang mereka, sehingga menghentikan aksi 'morning kiss' tersebut.
Sanji spontan mendorong tubuh Zoro dengan kasar, dan segera menoleh ke arah dehaman itu berasal.
"BUAGH!"
"Nami-san?" seru Sanji sedikit bercucuran keringat, saat melihat Nami menjitak kepala anak lelaki berhidung panjang yang kini sudah tersungkur di lantai.
"Tidak apa, lanjutkan saja..." kata Nami sambil senyum-senyum penuh arti, kemudian menyeret anak lelaki yang baru saja dianiayanya ke luar. "Kau ini menganggu saja, Usopp," gerutu Nami—yang sebal karena tidak jadi melihat, bahkan merekam momen 'morning kiss' tadi.
"Sanjiiii~~~" Muncul lagi suara Luffy dari arah belakang Sanji yang semakin lama semakin terdengar nyaring. "Bekalku manaaaa?" rengek Luffy melompat ke tubuh Sanji.
"Sudah ada di dalam tasmu," jawab Sanji.
"Oh, ya?" Mata Luffy langsung berbinar-binar. "Daging 'kan?"
"Iya. Jangan kau habiskan sebelum waktu istirahat," ucap Sanji, membayangkan betapa seringnya Luffy pulang ke rumah saat jam istirahat hanya untuk makan, dikarenakan bekalnya yang sudah habis duluan.
"Oke, kami pergi dulu!" ucap Nami sembari melambaikan tangannya.
Begitu juga dengan Usopp yang kini sudah pulih, ikut melambaikan tangannya, lalu disusul oleh lambaian tangan Luffy.
"Ya," balas Sanji. "Ah, tunggu, bawa dia juga sekalian," Sanji mendorong tubuh Zoro.
"Hei, memangnya aku apa?" ucap Zoro yang akhirnya tidak terima juga diperlakukan 'buruk' terus untuk pagi ini.
"Sudahlah," kata Sanji sambil menarik sedikit kepala Zoro, sesaat entah berapa sepersekian detik, Sanji sempat mengecupkan bibirnya ke bibir Zoro. Kemudian, melepasnya dan mendorong jauh tubuh Zoro, lalu segera masuk ke dalam rumah tanpa babibu lagi. Akhirnya, pintu rumah pun tertutup rapat sebelum mereka semua yang masih di depan rumah pergi ke tempat kewajibannya masing-masing
Zoro hanya diam. Kemungkinan, untuk sementara waktu ada sedikit kerusakan di otaknya dalam mencerna kejadian yang baru saja berlalu cepat bagai angin itu. Dan, anak-anak yang ternyata sempat menyaksikannya pun ikut serta untuk diam dan tidak berkomentar.
Usopp hanya geleng-geleng kepala melihat penyimpangan tersebut. Bukan, Usopp bukannya merasa aneh karena penyimpangan itu, hanya saja berpikir tindakan itu seharusnya tidak berlangsung di depan umum.
Kemudian Nami, lagi-lagi merasa kecewa. Dia benar-benar tidak sempat menyimpannya, padahal itu momen yang bagus. Jarang-jarang dirinya menemui orangtua angkatnya itu bermesraan di luar seperti ini. Apalagi yang tadi itu sangat lucu. Cih, sesal Nami.
Terakhir Luffy hanya bengong seolah tidak mengerti apa-apa. Bukan ia tidak tahu, dia juga mengerti—mungkin. Hanya saja tidak pernah mengurusinya. Lagipula, yang di pikirannya saat ini, "Kapan kita perginya? Aku tidak sabar untuk makan bekal Sanji."
"PLETAK!"
"Bukannya tadi sudah diingatkan Sanji-kun, jangan makan sebelum jam istirahat," ketus Nami, yang bersamaan dengan suara kesakitan Luffy.
"Adudududuh." Untuk kedua kalinya Luffy meng-aduh kesakitan dalam waktu pagi ini.
"Zoro, kau masih mau di sini?" tanya Nami mulai sewot.
"Oh," seru Zoro yang akhirnya sadar juga. Kemudian, menghampiri Luffy, Nami, dan Usopp, untuk berjalan bersama.
Sungguh pagi yang menyenangkan.
-HHH-
Sementara keluarga yang tinggal serumah itu sedang melakukan aktifitasnya masing-masing, mari perjelas hubungan yang ada dalam satu rumah itu, sambil mengamati lebih jelas lagi aktifitasnya.
Pertama, yang menjadi tokoh utama di sini, Sanji. Seorang pria berumur 21 tahun dengan perangai lelakinya para lelaki. Dengan wajah yang rupawan, yang bisa memikat hati wanita di mana saja. Ditambah dengan janggut dan kumisnya, yang membuat kesan dirinya semakin seksi. Kemudian rambut pirangnya yang sedikit panjang serta ikal di bagian ujungnya, dan bagian depan menjuntai di sebelah kanan wajahnya, sehingga poninya tersebut menutupi penuh mata kanannya. Terakhir, yang menjadi ciri khas dirinya adalah alis melingkarnya yang sering menjadi bahan 'godaan' sang suami.
Ya, suami. Pria seksi satu ini faktanya sudah ada yang punya, tidak berada dalam berstatus single, tidak pera—eh, perjaka lagi. Dan, tidak perlu heran dengan statusnya yang memiliki 'suami'. Karena memang pasanganya adalah seorang pria.
Menjijikkan? Oh, ayolah, dunia ini perlu kebebasan berpikir. Jangan hindari apa yang sebenarnya nyata dan ada. Fakta bahwa di mana seseorang bisa memiliki orientasi seksualitas untuk menyukai sesama jenis.
Begitu juga dengan Sanji, seorang pria yang memuja para wanita, pria gentle yang rela berkorban demi wanita, dan juga sering disebut dengan budak cinta para wanita. Ternyata, di balik itu semua, dirinya memiliki kecenderungan bercinta dengan salah seorang pria, dan pria itu hanyalah Zoro, sang suami.
Untuk saat ini, Sanji sedang sibuk di rumah, mengurusi pekerjaan rumahnya. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyiapkan makanan, dan sebagainya.
Bukannya, dia sudi telak-telak menerima posisi istri yang berdiam di rumah untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Tapi, ia hanya tidak bisa menerima kalau pekerjaan rumah ini ditangani oleh Zoro, atau bantuan dari Luffy, Usopp, Franky dan Brook. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau Zoro atau Luffy dan Franky mengurusi rumah. Sementara Brook, tentu tidak dengan alasan umur. Dan, Usopp, sebenarnya lumayan bisa diandalkan, hanya saja kurang gesit. Lalu, bagaimana dengan para perempuan? Oh, Sanji tentu sangat tidak terima membiarkan para wanita mengurusi semua beban ini. Jadi, kesimpulannya, Sanji 'terpaksa' berperan sebagai 'ibu rumah tangga'—ralat, mungkin sebaiknya 'bapak rumah tangga'.
Selanjutnya, Roronoa Zoro, suami Sanji, yang juga menjadi tokoh utama di sini, dan berumur 21 tahun. Seorang lelaki yang lebih mengutamakan kekuatan. Terbukti dari bentuk badannya yang atletis, terlatih, kekar, berotot, dan semacamnya. Serta terlihat beberapa bekas lukanya, mengukir tubuhnya sehingga semakin terlihat seksi, termasuk bekas luka di mata kirinya itu, semakin menambah daya tariknya. Sungguh lelaki macho idaman para wanita, bahkan para lelaki. Anting-anting yang dipasang di telinga kirinya pun turut ikut menambah pesonanya. Tak beda dengan Zoro yang beruntung memiliki Sanji, Sanji pun beruntung memiliki Zoro.
Masih tentang sosok Zoro, Zoro memiliki warna rambut yang lumayan unik, yaitu hijau. Saat di mana Zoro berumur 19 tahun, Sanji suka menyebut dirinya 'Marimo', dan itu hingga sekarang—meskipun rambutnya yang saat ini sedikit lebih panjang dibanding dulu yang tidak ada bedanya dengan marimo sebenarnya. Rambutnya yang sekarang lebih persis seperti hamparan rumput hijau yang subur.
Untuk peran kesehariannya, Zoro berkerja sebagai buruh bangunan, yang mana untuk menafkahi kelangsungan hidup keluarga di rumahnya. Memang tidak banyak yang ia dapatkan, tetapi setidaknya itu sudah cukup, ditambah dengan usaha sambilan Sanji dengan pemesanan makanan atau kue untuk saat tertentu. Yah, layaknya peran suami, ke luar mencari nafkah, setelah pulang ke rumah, dilayani istri—setidaknya begitu pada umumnya.
Kemudian, Monkey D. Luffy, 15 tahun, sebagai anak pertama dalam perwalian Zoro dan Sanji. Luffy dengan perangai baby face yang memiliki sedikit bekas luka jahitan di bawah mata kirinya dan berambut hitam pendek, dititipkan oleh kakak laki-lakinya, dengan alasan sang Kakak ingin merantau untuk mencari pekerjaan demi kelangsungan hidupnya dan Luffy, sedangkan Luffy harus tetap melanjutkan sekolahnya. Luffy masih sekolah, tepatnya sedang menjalani kelas 1 SMA. Dalam keluarga Mugiwara, meskipun Luffy anak pertama yang diwalikan namun Luffy diputuskan sebagai anak bungsu.
Lalu, Nami, anak perempuan manis berambut oranye pendek dan berumur 16 tahun, yang juga menjadi anak dalam perwalian Zoro dan Sanji. Dengan alasan yang tidak jauh berbeda dengan Luffy, yang mana Nami juga dititipkan oleh sang Kakak perempuannya, bedanya di posisi ini Nami-lah yang sedang dalam perantauan, meninggalkan sang Kakak di desa kelahirannya. Lagi-lagi sama halnya dengan Luffy, Nami juga masih bersekolah, kelas 2 SMA. Perannya di dalam keluarga menjadi anak sulung.
Selanjutnya Usopp, 15 tahun. Anak lelaki kedua dalam perwalian Zoro dan Sanji, memiliki ciri hidung panjang dan rambut hitam keriting sebahu, kemudian memiliki latar belakang yang berbeda dengan yang lain. Usopp dibawa oleh Luffy, dengan alasan Usopp tidak memiliki tempat tinggal. Untuk jelasnya, Luffy bertemu dengan Usopp di jalanan bersama dengan seekor rusa kecil bernama Chopper. Atas kebaikan hati Luffy—yang sebenarnya tidak begitu disadari oleh pemiliknya sendiri, akhirnya Luffy meminta agar Usopp dan Chopper tinggal bersama. Tentu saja, sekeluarga setuju dan menerimanya. Dan, sekarang Usopp pun bisa bersekolah, sama dengan Luffy, kelas 1 SMA. Sementara Chopper menjadi peliharaan yang kini sedang asyik bermain di rumah.
Lalu, Brook, sang pemilik rumah, sang 'kakek' bagi Zoro—yang mana telah mengasuh Zoro dari kecil, dan anggota keluarga lainnya. Saat ini Brook sedang dalam perawatan, yah, maklum saja, umurnya sudah hampir seabad, dan beberapa penyakit sudah mampir ke tubuhnya sehingga perangainya yang terlihat nyaris seperti kerangka tulang. Hanya rambut hitamnya yang tumbuh subur keriting seperti membentuk bola besar.
Terakhir untuk anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan, yaitu Nico Robin. Wanita berambut lurus panjang dan berhidung mancung ini sangat cantik dan elegan, sungguh idamana para pria. Namun, lagi-lagi keindahan tersebut sudah dimiliki oleh seseorang. Robin sudah bersuami, dengan umurnya yang sudah 30 tahun, pernikahan bukanlah suatu hal yang bisa ditunda lagi. Informasi lainnya, Robin adalah anak asuh Brook, selain Zoro. Bisa dibilang, peran Robin di sini sebagai tante para anak asuh Zoro dan Sanji. Untuk pekerjaan, Robin adalah seorang novelis.
Terakhir dari seluruh anggota keluarga yang ada, Franky, sang suami Robin. Lelaki bertubuh besar berlebihan dari pada umumnya—yang sebenarnya sedikit tidak normal, memiliki rambut berwarna biru yang bisa berganti di sini tentu saja menjadi paman untuk anak-anak asuh Zoro dan Sanji dan bekerja sebagai freelance, yang kadang dibutuhkan di suatu proyek tertentu.
Oke. Begitulah hubungan orang-orang yang tinggal serumah itu. Di satu rumah yang berukuran tidak kecil dan juga tidak besar. Rumah yang sekilas mirip ruko pada umumnya. Rumah yang terletak di antara bangunan-bangunan menjulang tinggi, wilayah proses pembangunan, yang bisa dibilang tidak sepi, tapi tidak ramai juga. Satu rumah yang berisikan satu keluarga—yang mana tidak memiliki hubungan darah satu sama lain. Keluarga itu disebut dengan keluarga Mugiwara.
- Prolog: End -
Tamat?
Ya enggaklah… =w=
Yang ada juga baru mulai, ini cuma prolog, panjang pun cuma karena penjelasan 'ntu' doank. OTL (Semoga ga pada sakit mata gegara liat paragraf penuh kayak gitu.)
Doakan... semoga bisa lanjut... -lha?-
Mohon maaf atas kesalahan yang ada, dan mohon untuk menyempatkan diri buat komentarnya. -ngarep- /plak
